Sabtu, 17 Oktober 2015

Jangan Suam Suam Kuku!!!

Wahyu 3:15-21

Di ayat ke15 dikatakan “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!” Disini kita melihat bahwa Jemaat di laodikia merupakan Jemaat yang suam-suam kuku (tidak dingin dan tidak panas) yang artinya adalah sikap hidup atau hati yang tidak memiliki status yang jelas, antara musuh atau kawan. 
Yang ingin dikatakan oleh Tuhan adalah, bahwa jemaat laodikia tetap melakukan satu ibadah, rutinitas dalam pelayanan, tetapi ibadah di dalam Jemaat ini adalah pelayanan yang suam-suam kuku. Jadi, kegagalan Jemaat di laodikia selain mereka kehilangan kasih mula-mula kepada Allah, mereka juga menjadi Jemaat yang mati segan, hidup tak mau. Oleh sebab itu dikatakan bahwa jika mereka dingin, baiklah sedingin es, dan jika panas baiklah sepanas air mendidih, agar status mereka jelas. Apakah masih mencintai Kristus atau sudah menjadi musuh Kristus (Rom 12:11, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”) Hal ini menyebabkan kondisi jemaat laodikia menjadi lesu dan tidak memiliki semangat lagi sekaligus kekurangan energi atau ‘passion’ untuk memuji dan memuja Allah. Mereka tetap beribadah dan melakukan pelayanan, tetapi mereka sudah kehilangan semangat, passion atau dorongan yang menggerakkan mereka menaikkan pujian dan penyembahan yang benar kepada Allah.

Tidak ada orang yang ingin dicintai setengah hati, semua ingin cinta dan perhatian yang sungguh-sungguh. Kalau manusia aja ingin hal seperti itu, apalagi Allah. Oleh sebab itu Allah berkata kepada jemaat laodikia agar mereka jangan suam-suam kuku. Di dalam gereja atau persekutuan sekarang ini, apa yang dialami oleh Laodikia bisa saja terjadi. Kita bisa tetap beribadah, saat teduh, membaca alkitab secara pribadi, atau tetap ikut komsel/cool. Tetapi kita bisa terjebak dimana kegiatan rohani yang kita lakukan tidak lagi memiliki passion. Ketika kita bernyanyi pun, nyanyian tersebut tidak dapat mengangkatkan hati kita kepada Allah. Pujian itu tidak bisa menghibur dan menguatkan kita, karena dinyanyikan tanpa penghayatan dan pemahaman yang benar. Dinyanyikan tanpa cinta kasih kepada Allah. 
Kasih membuat kita taat dan apapun yang kita lakukan bagi Allah, kalau tanpa kasih tidak ada artinya. Apapun yang kita lakukan kalau tanpa adanya kasih kepada Allah, tidak akan pernah diperhitungkan oleh Allah. Jika kita melakukan sesuatu untuk Allah dengan penuh cinta kepada-Nya, maka Allah akan berkenan dengan apa yang kita lakukan. Jika kita tidak melakukan dengan cinta, maka kita melakukan segala sesuatunya bagi Allah dengan setengah hati. Kita melayani setengah hati, bahkan datang ke persekutuan pun dengan setengah hati. Kalau ada waktu baru datang, kalau gak ada waktu, maka gak datang. Kita tidak pernah memberikan hati untuk datang dengan ketaatan, ada banyak alasan lagi yang dapat diberikan oleh orang-orang untuk tidak menghadiri sebuah persekutuan. Orang seperti inilah orang yang suam-suam kuku-yang tidak memiliki status yang jelas. Kristus mengharapkan kita yang percaya kepada-Nya, sungguh-sungguh tulus dan hangat untuk mencintai-Nya. Jika orang mengikut Tuhan dengan suam-suam kuku maka mereka akan menjadi orang yang kaku, tidak memiliki kekuatan untuk menyembah Allah dengan sungguh-sungguh.

Pada ayat 17 dikatakan “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,…”. Disini kita lihat kalau jemaat laodikia merasa diri mereka hebat dan masih layak di hadapan Allah. Ada satu kecongkakan di dalam jemaat dimana mereka merasa diri mereka kaya. Ingat, jemaat ini di kota perdagangan yang sangat kaya, yang sangat menilai materialisme, maka kalimat di sini banyak berbicara kalimat perdagangan ( ay 18). Dari ayat 17 kita bisa melihat keangkuhan Jemaat ini, mereka cenderung tidak membutuhkan Tuhan lagi karena mereka merasa cukup secara materi dan segala hal. Jika kita perhatikan bagian firman ini, ada sesuatu yang sangat kontras. Mereka yang mengatakan mereka kaya dan memperkaya diri dan tidak kekurangan apa-pun, tapi dihadapan Allah mereka miskin, melarat, buta, dan telanjang. (17b, ”karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,”). Orang yang berpuas diri merasa dirinya layak, dan merasa rohani, mereka mudah terjebak dalam kondisi seperti ini. Hal ini juga sering terjadi kepada kita. Jika kita merasa sudah cukup baik, sudah cukup memberi, sudah cukup berkorban untuk pelayanan, bisa membuat kita kurang bergantung kepada Allah dan akhirnya cinta kita kepada Allah menjadi suam-suam kuku. Mari kita sadari akan hal ini, jangan sampai seorang pun diantara kita merasa cukup layak dan tidak membutuhkan Allah lagi, sehingga semangat untuk memuji Allah tidak ada lagi. 

Kristus memberikan nasihat kepada jemaat laodikia ini di ayat 18 ”; maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.” Ada satu perintah untuk membeli dari Tuhan (ingat kembali, ini adalah bahasa bisnis konteks Laodikia di mana masyarakatnya materialistis (ay 18)). Hal ini bukan berarti bahwa keselamatan dapat dibeli. Mereka yang merasa cukup, kaya, dan puas dengan dirinya sendiri itu, kini harus belajar dengan meenyadari bahwa mereka tidak memiliki apa-apa. Mereka miskin, melarat, buta, dan telanjang. Mereka harus membeli/datang kepada Kristus. 

Ada tiga hal yang ditawarkan Kristus: 
1. emas yang sudah teruji agar mereka kaya. 
2. Pakaian putih agar keterlanjangan mereka tertutup. 
3. Minyak yang pelumas, agar dioleskan ke mata dan mata mereka dicelikkan dan mereka bisa melihat. 
Apa yang bisa kita lihat di sini adalah sebuah solusi yang dikatakan oleh Tuhan agar jemaat ini tidak suam-suam kuku. Kristus mengatakan kepada mereka agar mereka memiliki kekayaan bukan dengan apa yang ada pada diri mereka. Kekayaan itu ada di dalam Kristus. 
Kenapa mereka dikatakan telanjang? Artinya mereka hancur total, dimana mereka seharusnya malu total dengan perbuatan, sikap hidup dan moralitas mereka yang tidak benar dihadapan Allah. Oleh sebab itulah Allah menawarkan pakaian putih kepada mereka agar mereka tidak malu lagi. Dengan membeli minyak pelumas maka mata mereka dapat dicelikkan. Dengan demikian mereka bisa melihat mana kepuasan yang sesungguhnya yang akan dapat mereka lihat di dalam Kristus. Mat 5:3 berkata : “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”. Mari belajar mencari kepuasan, kenikmatan dan kecukupan di dalam Kristus. Mereka yang merasa cukup dengan keberadaannya (berpuas diri), kini harus belajar berkecukupan dan puas di dalam Kristus. Solusi berikutnya yang diberikan oleh Tuhan adalah mereka harus menyadari kekurangan dan kebutuhan mereka. Salah satu tahapan yang tidak di sadari adalah mereka tidak sadar bahwa mereka miskin, melarat, buta dan telanjang. Sering kali kita merasa tidak ada kekurangan lagi secara rohani sehingga ketergantungan kita kepada Tuhan semakin hilang. Mari sadari bahwa kita hancur dan tidak apa-apanya dihadapan Allah. Kristus mengajak mereka untuk memahami bahwa kebutuhan tersebut hanya di dapatkan di dalam Kristus.

Dalam ayat ke 19 dikatakan bahwa orang yang dikasihi Tuhan ditegur dan dihajar (ibr 12:5-11) Sering kali kita menjadi generasi yang cengeng, kita hanya ingin yang enak saja seperti pujian & sanjungan. Tetapi kita tidak ingin ketika kita dikoreksi dan orang lain menyatakan kesalahan kita. Tetapi kita menikmati sanjungan dan pujian. Hati-hati dengan hal ini. Mari belajar mulai sekarang untuk menikmati kritikan dalam arti agar kita bertobat. Cara untuk bangkit dari kesuam-suaman kuku ialah mau ditegur dan dihajar oleh Allah, mari kita relakan diri untuk dikoreksi oleh Allah. Allah bisa mengoreksi kita melalui firmanNya, tetapi juga bisa melalui orang-orang disekitar kita. Mari merelakan diri kita untuk ditegur oleh Allah dan mari bertobat. Mari menjadi anak-anak yang dikasihi oleh Allah, yang merelakan hati kita untuk ditegur dan dihajar oleh Allah. Tidak hanya sampai sini, namun ada pertobatan dari hari ke hari.

Perhatikan ayat 16, “Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Dengan tegas Allah menyatakan bahwa Allah akan memuntahkan kita jika melakukan sebuah pelayanan dengan suam-suam kuku. Sangat pentingnya bagi kita untuk tidak suam-suam kuku, tetapi bangkit dan bertobat adalah agar Tuhan tidak memuntahkan kita karena Allah jijik melihat kita. Yesus menolak/benci dengan kesalehan atau kerohanian yang palsu atau berpura-pura, mekanis, formalis, dan dingin. Apakah ketika kita masih bersaat teduh masih ada spirit-nya atau hanya karena terpaksa? Jika hanya karena rutinitas semua ibadah kita, saat teduh, & pelayanan kita, maka akan dimuntahkan oleh Allah karena hal tersebut menjijikkan bagi Allah. 
Oleh karena itu penting sekali kerohanian yang sehat dengan tetap semangat melayani Tuhan secara dinamis. Ingat Rom 12:11-12. dikatakan di sana: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa”. Perhatikan ‘janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan’. Jangan kiranya ada diantara kita yang datang ke persekutuan dengan setengah hati, berdoa, bernyanyi, dan melayani setengah hati. Jangan melayani hanya karena kita pengurus atau panitia, tetapi mari melayani karena roh yang menyala-nyala. Jika bertobat dan mengundang Yesus berdaulat dalam kehidupan kita, selain dipulihkan mereka juga akan mengalami keharmonisan atau keintiman. 

Mari perhatikan ayat 20, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Artinya adalah Tuhan selalu menantikan pertobatan kita, memanggil kita untuk bertobat. Ada hubungan yang dipulihkan ketika kita betobat. Ketika ada pengampunan, maka akan timbul kemesraan. Ketika ada rekonsiliasi, maka akan ada keharmonisan. Kita kembali intim dengan Allah. Ketika kita menaikkan pujian dengan kondisi seperti ini, maka kita akan menikmati pujian yang kita naikkan. Tuhan tersenyum saat mendengar pujian kita. 
Diayat 21  “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” Tuhan berkata jika Jemaat Laodikia bertobat dari dosa mereka, maka mereka akan menjadi pemenang dan mereka akan didudukkan dalam tahta Kristus. 
Coba kita lihat janji Tuhan pada murid-murid di Luk 22:29-30. Dikatakan di sana: “Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.” Pasti kita bangga jika satu meja makan dengan pak jokowi sang presiden RI atau dengan artis yang kita puja. Tetapi, akan jauh lebih bangga jika kita makan dan minum satu meja dengan Bapa serta menjadi hakim bagi dunia ini, ini adalah penghormatan yang luar biasa.

Mari kita relakan diri untuk ditegur dan dihajar oleh Tuhan, dan bertobat supaya kita gak suam-suam kuku. Tetapi kita bangkit dan mencintai Tuhan serta mentaati Dia. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat 

Tuhan Yesus Memberkati!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar