Sabtu, 24 Oktober 2015

Percepatan Tuhan, ACTION NOW!!!

Saya percaya bahwa di akhir tahun 2015 adalah tahun yang TIDAK BIASA. Inilah tahun yang LUAR BIASA! Bahkan, saya yakin di akhir tahun 2015 akan menjadi tahun yang TIDAK ADA BATAS, karena semua janji Tuhan yang sudah anda terima, entah itu 20;15;5 tahun yang lalu, yang Tuhan sudah sampaikan atas hidup kita, akan digenapi tahun ini, dan penggenapannya dapat terjadi sekaligus! Pastikan kita mengembangkan kapasitas untuk menerima penggenapan tersebut.
Tuhan sendiri yang akan menggenapi apa yang dijanjikan-Nya. Di tahun ini juga saya percaya bahwa Tuhan akan melepaskan kekuatan supranatural-Nya. Dia akan bekerja melampaui doa dan pikiran kita. Inilah waktunya tulang-tulang kering dibangkitkan, pemulihan terjadi, kubur-kubur dibukakan, ikatan-ikatan dilepaskan, penggenapan.

Sekaranglah waktunya kita bergerak dan bertindak bersama dengan Tuhan, sebab Tuhan sudah lama menantikan kita. Sekarang, bukan kita yang menantikan Tuhan bertindak dan bergerak, tetapi justru Tuhan yang menantikan kita bertindak dan bergerak. Ketika kita bertindak (action), maka akan terjadi percepatan (acceleration), dan percepatan itu akan membawa penggenapan. Anda harus percaya bahwa di tahun ini Tuhan akan memulihkan seluruh aspek kehidupan kita (keuangan, keluarga, kesehatan, pendidikan, dsb).

Saya juga percaya kalau tahun ini adalah tahun “TIBA-TIBA” (Kis. 2:1-4). Dan di tahun penggenapan ini, “tiba-tiba” kita melihat pelayanan kita mengalami terobosan dan membawa pengaruh. Tingkat kerohanian kita dibawa naik oleh Tuhan. Pujian, penyembahan dan doa kita mulai membawa pengaruh. “Tiba-tiba” kesembuhan dan mujizat terjadi!  “Tiba-tiba” keluarga dipulihkan! “Tiba-tiba” bisnis mengalami pelipatgandaan! “Tiba-tiba” Firman Tuhan bangkit dari dalam diri kita! Tetapi ingatlah bahwa “tiba-tiba” tidak terjadi dengan tiba-tiba.

Untuk dapat mengalami semuanya ini, kita tidak bisa hanya sampai pada tingkat mengerti Firman. 
Banyak orang Kristen mengerti firman, tetapi tidak percaya kepada Firman. Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apakah selama ini saya mengerti akan Firman Tuhan, tetapi tidak memercayainya?
Banyak orang mengerti bahwa doa itu penting dan penuh kuasa, tetapi apakah kita percaya bahwa doa itu penting dan penuh kuasa?
Bagaimana kita bisa mengetahui bahwa kita mengerti tetapi kita tidak percaya? Ketika masalah menghadang dan menjepit kita, apakah kita berdoa? Yang seringkali terjadi adalah kita membiarkan diri kita dikuasai oleh ketakutan, kekhawatiran, keraguan, dan kecemasan dan tidak berdoa.
Ketika kita memercayai Firman, maka kita akan BERTINDAK. Bagaimana orang bisa mengetahui bahwa kita percaya kepada firman? Tindakan kita!!
KITA BERTINDAK ATAS KEPERCAYAAN KITA KEPADA FIRMAN TERSEBUT! Inilah yang dilakukan oleh Yehezkiel ketika Tuhan menempatkannya di tengah-tengah lembah yang dipenuhi tulang-tulang kering.

Sekarang bukan lagi saatnya kita mempertimbangkan dan menganalisa Firman. Sekaranglah saatnya kita menerima dan melakukan Firman. Ingat, iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati!
Ketika Tuhan memanggil kita di tengah kesibukan kita, jangan pakai logika kita berkuasa karena akan membuat kita ragu, karena logika dapat membunuh iman kita. Kita harus segera meresponsnya. Itulah yang dilakukan oleh Elisa ketika Elia melemparkan jubahnya ketika ia sedang membajak di ladang. Demikian pula dengan janda yang ditinggalkan hutang oleh suaminya yang meninggal, ketika datang kepada Elisa ia tidak mempertanyakan atau memperdebatkan instruksi yang diberikan Elisa kepadanya untuk menolongnya keluar dari masalah.

Janganlah kita menjadi seperti orang-orang yang ada di dalam Yeh. 12:21-22 yang mengucapkan kata-kata sindiran dan menyangsikan penggenapan janji dan penglihatan yang sudah Tuhan lepaskan.

Apa yang terjadi di akhir tahun 2015 ini?
1.    Ketika kita "Take ACTION" bertindak di saat ini maka akan terjadi hal-hal berikut:
a.   Tingkat kerohanian kita akan meningkat
Tingkat kerohanian kita meningkat karena kita bertindak atas dasar Firman yang kita percayai. Ketika kita bertindak, maka Firman itu akan bertumbuh dan mendorong kita ke tingkat berikutnya.
b.   Kita akan melihat perkara supranatural terjadi dalam kehidupan kita
Terjadi mujizat, percepatan segala sesuatu karena tingkat kerohanian kita meningkat.

2.    Terjadi kegoncangan di dunia ini (Ibr. 12:26-27), dan juga penyucian di dalam rumah Tuhan (1 Ptr. 4: 17). 
Bencana alam masih terus terjadi. Goncangan ekonomi dan keuangan dunia juga masih terus terjadi. Di dalam rumah-Nya juga terjadi pemurnian, sebab waktu kedatangan-Nya sudah semakin dekat. Jadi kegoncangan bukan hanya di dunia ini, tetapi juga di dalam gereja-Nya.

3.    Terjadi penyesatan dan penipuan. 
Terjadi banyak penyesatan dan penipuan melalui pengajaran-pengajaran palsu, nubuatan palsu, ibadah dan hadirat yang palsu. Janganlah heran karena banyak muncul pengajaran yang aneh dan membuat banyak orang menjadi bingung. Sebab semua ini terjadi sesuai dengan yang sudah difirmankan-Nya. Tuhan akan melakukan pemisahan karena Ia akan segera menggenapi janji-Nya.

4.    Terjadi pemulihan, kemenangan, dan kemajuan. 
Tuhan memulihkan kembali apa yang pernah diambil oleh musuh (Amos 9:11-15). Tuhan akan membalikkan keadaan, dari yang mustahil menjadi tidak mustahil. Apa yang kita hasilkan di tahun ini, kita akan menikmatinya. Tuhan akan memberikan kestabilan kepada kita di tahun ini dan kita tidak akan goyah.

5.    Tuhan mengirimkan sumber-sumber kepada kita. 
Ia akan mengirimkan sumber dana, sumber daya, sumber manusia yang potensial kepada kita (Yes. 60:1-7).

6.    Tuhan akan menggerakan alam spiritual. 
Karena itu kita perlu menjaga frekuensi gelombang kita untuk tetap sama dengan Tuhan. Ketika Ia mulai menggerakkan para penguasa, sumber-sumber akan dikirimkan-Nya kepada kita. Tuhan akan memanggil sumber-sumber dari seluruh penjuru.

Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan di akhir tahun 2015?
1. Jangan menunda-nunda. 
Kita tidak boleh menunda lagi untuk bertindak sesuai dengan instruksi-Nya. Segeralah bertindak! Jangan mencari-cari alasan, dan jangan santai.
2. Berani untuk mengambil keputusan. 
Ketika Tuhan menggerakkan hati kita untuk merespons panggilannya, apakah kita berani untuk melepaskan segalanya? Bisnis kita, teman-teman kita, hobi dan kebiasaan kita? Kita harus berani untuk memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Kita pun harus berani berpikir sederhana sehingga mudah bertindak. Ada banyak orang berpikir rumit dan terlalu banyak menganalisa sehingga tidak berbuat apa-apa.
3. Kita harus tetap serius dan bertanggung jawab. 
Di akhir tahun ini kita harus benar-benar serius dan bertanggung jawab, tidak lagi bermain-main, karena tahun ini adalah tahun penentuan.

Sebab itu persiapkanlah diri kita untuk mengalami penggenapan janji-janji Tuhan dan mari kita bertindak atas dasar Firman yang sudah kita terima selama ini!!

Tuhan Yesus Memberkati!!

Kamis, 22 Oktober 2015

Mau atau Tidak??

1 Korintus 15:10 "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku."

Betapa seringnya kita melihat orang-orang yang tidak disangka-sangka kemudian dipakai Tuhan secara luar biasa. Bisa jadi mereka dulunya orang-orang jahat, pendosa dengan catatan masa lalu yang sangat kelam, bahkan yang tadinya begitu erat dengan kuasa kegelapan dan okultisme, yang secara logika tidak akan mungkin bisa berbalik 180 derajat dalam waktu relatif singkat. Tetapi ternyata kita terkejut melihat transformasi yang terjadi atas mereka. Bisa jadi pula mereka tadinya kita kenal sebagai orang yang penuh kelemahan. Tidak berani tampil di muka umum, tidak pandai berbicara, bukan orang yang peduli, punya inisiatif, dan sebagainya, tetapi kemudian mereka tampil melayani Tuhan dengan hebat. Manusia memang sering mengukur dari kemampuan individu. Dalam dunia pekerjaan pun orang-orang yang dipilih kerja biasanya adalah orang-orang yang dianggap punya kemampuan menonjol, punya pengalaman segudang atau punya gelar bertumpuk. Tetapi anehnya Tuhan justru memilih orang-orang yang biasa, orang-orang yang mungkin tidak menonjol bahkan mungkin tidak berguna dalam pandangan manusia untuk dipakai secara luar biasa. Kita menemukan begitu banyak orang-orang seperti ini dalam alkitab, dan inipun masih berlaku hingga hari ini.

Orang-orang biasa diubahkan lalu dipakai melakukan hal-hal luar biasa untuk Tuhan. 

Tuhan sangat suka melakukan itu. Ada banyak tokoh-tokoh yang dipakai Tuhan secara luar biasa itu bukanlah berasal dari orang-orang yang punya latar belakang hebat di perjanjian lama seperti musa, daud & yefta.

  • Musa mengaku sebagai orang yang tidak pandai bicara, berat mulut dan berat lidah. (Keluaran 4:10). Tapi lihatlah bagaimana hebatnya ia kemudian memimpin bangsa Israel yang tegar tengkuk selama 40 tahun. 
  • Daud adalah anak yang masih kemerahan (1 Samuel 17:42) ketika dipilih untuk menjadi raja, bahkan dia pula yang tampil untuk melawan Goliat, raksasa dengan perlengkapan perang lengkap, dan bukan seorang ahli perang, bertubuh sama besarnya atau pintar menyusun strategi.  
  • Yefta adalah anak pelacur (Hakim Hakim 1:11), seorang anak yang berasal dari keluarga broken home yang terbuang dari keluarga dan masyarakat. Tapi kemudian ia bisa dipakai Tuhan sebagai pahlawan. 

Yesus ternyata lebih memilih nelayan dan pemungut cukai untuk menjadi muridNya ketimbang para ahli kitab, orator ulung, orang berpangkat, kaya atau berpengaruh. Jangan lupakan pula sosok 'paulus' yang tadinya dikenal sebagai pembantai orang kristen kemudian bisa berubah menjadi tokoh yang dikenal sangat radikal dan total dalam menyampaikan firman Tuhan hingga ke Asia sekalipun.

Setelah diubahkan dan dipakai Tuhan, paulus tidak lupa diri. Ia tetap sadar akan status masa lalunya dan tetap bersyukur bahwa ia diselamatkan bahkan dipilih untuk melakukan sebuah pekerjaan mulia. Ia mengatakan "Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah." (1 Korintus 15:9). Dari pandangan manusia mungkin seperti itulah adanya. Dia tadinya adalah orang yang kejam, pelaku kejahatan terhadap orang percaya. Dalam versi bahasa Inggris kata "menganiaya jemaat Allah" dituliskan dengan "wronged and pursued and molested the church of God (oppressing it with cruelty and violence)." Tetapi kemudian ia pun diubahkan dan dipakai secara luar biasa. Paulus melanjutkan: "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku." (ayat 10). Paulus tahu betul bahwa jika ia menjadi siapa dia kemudian, dari orang yang kejam dan jahat lalu bertobat, berubah dan berbalik total, dari saulus menjadi paulus, itu bukanlah karena kehebatannya, melainkan berasal dari kasih karunia Tuhan, yang tidak akan pernah sia-sia dan akan selalu menyertai dirinya dalam menjalankan misinya. Paulus tidak akan pernah berhenti bersyukur setelah diselamatkan dan dipilih Tuhan, untuk itu dia menyerahkan seluruh sisa hidupnya untuk pekerjaan Tuhan, apapun resikonya dengan penuh sukacita.

Tuhan mau pakai orang-orang biasa seperti anda dan saya untuk melakukan pekerjaanNya. Kita mungkin bukanlah superhero, bukan orang yang berpengaruh di dunia, bukan orang terkaya, mungkin pula bukan orang berpendidikan tinggi dan sebagainya. Mungkin masa lalu kita kelam, penuh dosa. Mungkin kita beranggapan kita tidak ada apa-apanya dan sama sekali bukan dalam kapasitas atau pada tempatnya untuk bisa dipakai Tuhan. Mungkin kita berpikir bahwa kita mudah takut, penuh kelemahan dan sebagainya. Tetapi Tuhan tetap bisa pakai kita. Dan Tuhan sering melakukan hal itu. Mengapa? Lihat apa kata Tuhan:"Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia." (1 Korintus 1:25). Di tangan Tuhan, orang-orang biasa yang penuh kelemahan bisa diubahkan menjadi luar biasa. Sejak jaman dulu hingga hari ini kita terus melihat bagaimana firman ini dinyatakan.

Paulus punya catatan masa lalu yang suram. Tokoh-tokoh besar dalam alkitab pun sama seperti kita merupakan manusia biasa yang punya keterbatasan, kelemahan, punya rasa takut, pernah mengalami putus asa, kesepian dan lain-lain. Tapi jika Tuhan bisa mengubah dan memakai mereka secara luar biasa menjadi siapa mereka seperti yang kita kenal hari ini, mengapa tidak bagi kita?

Sebab firman Tuhan berkata "Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti" (1 Korintus 1:27-28). Dan ini bertujuan "supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah." (ay 29).

Kita tidak perlu merasa rendah diri, merasa tidak sanggup untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Ingatlah bahwa mereka yang dipilih Tuhan selama ini pun adalah orang-orang biasa yang sama seperti kita juga. Punya kelemahan, keterbatasan, pernah takut, pernah lemah, dan lain-lain, tetapi di tangan Tuhan mereka bisa diubahkan secara luar biasa. Seringkali pertanyaan yang diberikan Tuhan bukanlah kita bisa atau tidak, tetapi apakah kita mau atau tidak? 

Apakah kita memiliki ketaatan, kerendahan hati dan kesediaan untuk mau diubahkan Tuhan dan dipakaiNya. Maukah kita melayani Tuhan, menjadi perantara, agenNya di dunia ini, menjadi terang dan garam, memberkati orang-orang disekitar kita? Kesediaan kita, dan bukan kehebatan kita, itulah yang diinginkan Tuhan. Hendaklah kita sepikir dengan Paulus, menyadari bahwa keselamatan yang diberikan kepada kita merupakan kasih karunia Allah dan bukan karena kehebatan kita. Bersyukurlah senantiasa untuk itu dan manfaatkanlah untuk mewartakan Firman Tuhan membawa berkat bagi orang lain. Dengarkan panggilan Tuhan bagi anda dan lakukanlah bersama-sama dengan Tuhan yang akan selalu menyertai diri anda. Jika paulus bisa melakukannya, kita pun bisa. Karena bukan karena kehebatan kita, tetapi kasih karunia Tuhanlah yang memampukan semua itu.

"Orang biasa bisa diubahkan Tuhan hingga sanggup memberi dampak yang luar biasa!!"


Tuhan Yesus Memberkati!!

Musuh terbesar kita!!!

"Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." Matius 6:24

Perhatikan bahwa Yesus sendiri seolah-olah berkata bahwa rival terberatNya adalah mamon. Orang bisa saja beragama Kristen tetapi justru yang disanjung-sanjung dalam hidupnya adalah uang. Uang ini sedemikian besar kuasanya hingga Yesus pun berkata bahwa uang bersaing dengan Tuhan.

Uang adalah sesuatu yang netral, namun uang bisa memiliki kuasa yang baik ataupun jahat tergantung di tangan siapa. Jika uang menjadi tuan kita, maka kita adalah budak uang. Namun sebaliknya, memiliki penguasaan diri akan uang menjadikan kita tuan atas uang.

Berapa banyak orang yang melakukan kejahatan seperti korupsi, pembunuhan, penipuan, dll hanya karena uang? Berapa banyak orang Kristen menjadi malas beribadah ke gereja karena lebih banyak mengejar uang? Berapa banyak orang-orang yang rela kerja lembur demi uang tetapi sudah meninggalkan saat teduh pribadi?

Paulus menasihati kita demikian "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka." ~1 Tim 6:9-10

Kitab wahyu menerangkan bahwa angka 666 merupakan lambang setan! "Adapun emas, yang dibawa kepada Salomo dalam satu tahun ialah seberat enam ratus enam puluh enam talenta" 1 Raja-raja 10:14


Kehidupan raja Salomo menjadi rusak saat ia mulai menerima kekayaan ini. Persembahan 666 talenta ini merupakan pintu masuk iblis untuk merusak hidupnya. Ia memulai pemerintahannya dengan hikmat, tetapi  keterikatan akan uang merusak hidupnya. Alkitab jelas berkata kepada raja-raja yang akan memimpin Israel "Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; emas dan perak pun janganlah ia kumpulkan terlalu banyak.” (Ulangan 17:17). Dalam kepemimpinannya Salomo terus mengumpulkan kekayaan serta wanita-wanita yang justru membuatnya menjadi penyembah berhala. (Lihat kisahnya di 1 Raja-raja 11)

Roh mamon ini akan seperti sebuah materai kepemilikan. Jika orang percaya dimateraikan oleh Roh Kudus sebagai milik Kristus (Efesus 1:14). Efek paling buruk dari roh mamon ini akan membuat kita mengalami apa yang raja salomo lakukan, yaitu menjauh dari Tuhan, dan menjadi milik iblis. Bukankah Yudas si antikristus pertama dalam sejarah gereja juga jatuh karena cinta akan uang?

"dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud, ayahnya." 1 Raja-raja 11:6

Di dalam Alkitab menasehati kita "Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.” Ibrani 13:5

Kata-Nya lagi kepada kita: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.


Tuhan Yesus Memberkati!!

Rabu, 21 Oktober 2015

Be Authentic!

Di dalam sebuah persidangan, bukti yang otentik adalah bukti yang sah dan tidak bisa disangkal lagi sehingga bukti otentik adalah merupakan dasar bagi seorang hakim mengambil keputusannya. Demikian juga Allah sebagai Hakim yang Adil, Ia mau memberkati umat-Nya namun sebelumnya Ia perlu melihat dulu adakah “bukti otentik”sebagai dasar bagi-Nya dalam mengambil keputusan untuk memberkati kita?

Kekristen yang sejati, yang asli / otentik adalah yang memiliki “Kemurahan Hati.” Tuhan Yesus berkata: “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6:36). Yakobus juga menulis: “Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, –yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit–,maka hal itu akan diberikan kepadanya.” (Yakobus 1:5).Jadi kemurahan hati itu merupakan karakter dari Allah itu sendiri. Selain merupakan karakter Allah, Yesus mengajarkan kepada murid-murid-Nya suatu rahasia untuk memiliki kehidupan yang bahagia adalah dengan memiliki kemurahan hati. Ketika Ia berada di dunia, Ia mengajarkan tentang nilai, kultur/budaya Kerajaan Allah. Yesus berkata: “Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.” (Matius 5:7). Kata berbahagia di Matius 5:7 dapat dianggap sebagai konstitusi baru dari Kerajaan Allah yang berbeda dengan pandangan dunia.

Dunia juga bisa memberikan kebahagiaan seperti uang, jabatan, promosi, popularitas dan lain-lain, namun kebahagiaan yang dunia berikan itu bukan kebahagiaan yang sifatnya kekal tapi hanya sementara dan bukan kebahagiaan yang sejati. Sebaliknya, kebahagiaan yang Allah berikan itu adalah kebahagiaan yang sejati dan bersifat kekal karena Allah itu kekal. Di dalam Perjanjian Lama pada intinya Allah menetapkan kalau bangsa Israel mentaati hukum-hukum Taurat maka mereka akan diberkati. Ketaatan itu meliputi ketaatan-ketaatan di dalam area tindakan secara fisik yang ditimpali dengan berkat-berkat fisik pula. Sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Tuhan Yesus mengajarkan sikap-sikap hati yang kalau kita letakkan di dalam hidup kita maka kita akan menjadi orang yang berbahagia diberkati dalam arti yang sesungguhnya, yaitu berkat yang kekal dan sempurna.

SEORANG WANITA YANG MENJADI TELADAN BAGI KITA

Ribka adalah contoh yang baik bagi kita, ia tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi istri dari Ishak putra Abraham, seorang sahabat Allah dan seorang yang kaya raya. Ribka tidak pernah membayangkan bahwa setelah sekian generasi ia akan menjadi nenek buyutnya raja Daud dan namanya tercatat di dalam Alkitab sebagai wanita yang luar biasa. Mengapa Ribka bisa mendapatkan semua itu? Karena ia memiliki kemurahan hati sehingga Allah berkenan kepadanya. Jika kita membaca dan menganalisa di Kitab Kejadian 24:10-21, maka kita akan menemukan kemurahan hati yang ada pada Ribka. Ribka tidak pernah tahu bahwa orang asing yang ia temui di sumur itu adalah hambanya Abraham. Yang Ribka tahu adalah ia harus berbuat baik kepada orang yang minta pertolongan bahkan ia memberi lebih dari yang diminta.

Ketika hambanya Abraham berkata: “Tolong beri aku minum air sedikit dari buyungmu itu.” yang Ribka berikan itu bukan hanya air untuk orang tersebut melainkan sepuluh ekor untanya juga diberi minum oleh Ribka. Alkitab menyatakan: Setelah ia selesai memberi hamba itu minum, berkatalah Ribka: “Baiklah untuk unta-untamu juga kutimba air, sampai semuanya puas minum.”Saya pernah membaca sebuah artikel yang menulis bahwa seekor unta dewasa bisa minum sampai 20 galon sehingga ia puas. Jadi kalau ada sepuluh ekor unta berarti Ribka telah memberi minum unta-unta tersebut sebanyak 200 galon. Dan Ribka perlu bolak-balik mengambil air dan memberi minum unta itu, Alkitab menyatakan: “Kemudian segeralah dituangnya air yang di buyungnya itu ke dalam palungan, lalu berlarilah ia sekali lagi ke sumur untuk menimba air dan ditimbanyalah untuk semua unta orang itu.” 

Jika kita hitung secara konservatif, 200 galon dengan buyung yang berisi 5 galon berarti perlu 40 kali bolak balik dari sumur sampai dituangkan ke palungan, lalu jika 40 kali bolak balik dan memerlukan 3 menit setiap kalinya maka waktu yang diperlukan untuk memberi minum unta-unta itu sampai puas adalah 2 jam. Sebuah penawaran kecil yang murah hati membawa Ribka menghabiskan waktu 2 jam untuk memenuhinya. Ribka menawarkan lebih dari seharusnya. Kemurahan hatinya sangat berbeda dengan pada umumnya manusia saat ini. Saat ini justru banyak orang yang berpikir:“melakukan hal yang kecil yang diharapkan dari saya , untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya dari hal yang saya lakukan itu.” Kemanapun saudara melihat, kita akan melihat sikap usaha minimum untuk mendapatkan hasil maksimum alias banyak orang yang hitung-hitungan.

KEKRISTENAN YANG OTENTIK SELALU MEMBUAT PERBEDAAN

Khotbah Yesus di bukit adalah nilai-nilai untuk menjadi orang Kristen yang sejati, yang pasti berbeda dengan pandangan dunia. Kemurahan hati adalah kunci agar kita bahagia dan membawa dampak yang besar bagi kehidupan manusia di dunia ini. Ada dua hal yang perlu ada pada kita untuk memiliki dan menyatakan kemurahan hati yaitu:

1. Kita Tidak Bisa Bersikap Murah Hati Dan Munafik Di Saat Yang Sama

Bandingkan sikap Ribka yang murah hati dengan sikap munafik orang-orang farisi yang menghitung-hitung amalnya. Sikap munafik seringkali membuat orang lain sengsara. Kemunafikan itu menghilangkan tanggung jawab yang Allah berikan kepada kita. Tanggung jawab kita sebagai pengikut Kristus adalah hidup sebagai saksi Kristus.

Di dalam sebuah persidangan, seorang saksi dituntut harus jujur karena saksi dusta itu hukumannya berat. Ada tertulis: “Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman, orang yang menyembur-nyemburkan kebohongan akan binasa.” (Amsal 19:9).
Jika kita ingin memiliki kemurahan hati, maka kita harus membuang kemunafikan dari dalam diri kita. Caranya adalah mematikan keinginan daging kita yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Rasul Paulus menulis: “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21).
Hanya dekat dengan Tuhan dan tunduk kepada Firman Tuhan, maka kita bisa bebas dari kemunafikkan. Tuhan Yesus berkata: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yohanes 8:31-32)

2. Kita Tidak Bisa Melakukan Hal Yang Besar Sebelum Melakukan Hal Yang Kecil

Mudah / gampang untuk kita berbicara tentang hal-hal yang besar dan sikap murah hati yang akan kita lakukan pada masa depan. Tapi kalau kita tidak murah hati dengan apa yang ada pada kita sekarang, maka sedikit sekali kita akan membawa perubahan di masa yang akan datang. Mudah saja kita berkata; “Kita jadikan bangsa- bangsa menjadi muridnya Tuhan!” Tetapi keluarganya sendiri sudah dimuridkan atau belum? Apakah jemaat yang ada di gereja lokalnya sendiri sudah dimuridkan atau belum? Rasanya mudah untuk kita berkata: “Hapuskan kemiskinan di Indonesia, jadikan bangsa Indonesia menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain!” Lalu bagaimana dengan saudaranya sendiri yang miskin apakah sudah ditolong atau belum? Bagaimana dengan jemaat yang miskin di gereja lokalnya, apakah sudah mendapat perhatian  dan bantuan atau belum?

Ribka memulai dengan memberi seorang asing minum, setelah itu ia baru memberi minum unta-untanya. Ribka melakukan hal yang berbeda, mudah bagi Ribka jika hanya memberi minum kepada orang asing itu, lalu ia pulang. Tetapi Ribka membuat perbedaan di mata hamba Abraham itu. Didorong kemurahan hatinya yang begitu besar maka Ribka bukan hanya memberi orang asing itu minum tetapi juga unta-untanya. Apa hasilnya?  Betul seperti ada tertulis: “Sebab mereka menabur angin, maka mereka akan menuai puting beliung” (Hosea 8:7).
Yang dituai selalu jauh lebih besar dari pada yang kita tabur.

Ketika hamba Abraham mengungkapkan siapa dirinya maka iapun mengeluarkan perhiasan emas dan perak serta pakaian kebesaran, dan memberikan semua itu kepada Ribka; juga kepada saudaranya dan kepada ibunya diberikannya pemberian yang indah-indah. Ketika kita memberi dengan murah hati, maka orang-orang yang kita cintai juga akan diberkati. Selalu ada luapan kemurahan hati yang memberkati mereka yang terdekat dengan pemberi. Yesus mengajarkan; “Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.” Berkat ekstra diperoleh dari usaha ekstra. Ribka tidak pernah menduga bahwa apa yang ia lakukan membawanya menjadi nenek buyut Sang Mesias di kemudian hari, dahsyat!

KEKRISTENAN YANG OTENTIK PEDULI BANGSANYA

Marilah kita mulai bermurah hati di tempat kita berada, mulailah dari yang terdekat dulu sebab inilah saatnya gereja menyatakan“keotentikkannya / keasliannya.” Tengoklah keadaan bangsa kita, sangat menyedihkan melihat kenyataan bahwa Indonesia diberkati Tuhan dengan kekayaan alam, hasil laut dan hasil bumi yang berlimpah-limpah tetapi masih ada puluhan juta orang miskin di negeri yang kaya ini, mengapa? Jawabannya adalah masih banyak orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri, masih banyak orang yang tidak peduli dengan kesusahan orang lain. Kemurahan hati masih merupakan barang yang langka di negeri ini sehingga kemiskinan masih betah tinggal di negeri yang kita cintai ini.

Saudaraku, saat ini dunia sudah banyak mendengar khotbah-khotbah orang Kristen, dunia ingin melihat bukti nyata. Karena kedurhakaan sudah meningkat maka kasih telah menjadi dingin, oleh karena itu dunia sedang menantikan anak-anak Allah menyatakan keotentikkannya. Jika orang Kristen tidak perduli dengan kesusahan orang lain, jika orang Kristen hanya mementingkan diri sendiri, selalu perhitungan, tidak murah hati maka jangan heran jika Kekristenan menjadi tidak menarik lagi.

Coba kita bayangkan apa yang akan terjadi dengan dunia saat ini jika;

– Nuh tidak mau bermurah hati dan ia berkata:“Saya tidak mau membangun bahtera!”

– Musa tidak mau bermurah hati dan berkata:“Saya tidak mau kembali ke Mesir!”

Mungkin ada di antara kita yang berkata, “Kalau Nuh dan Musa tidak mau, Tuhan bisa pakai yang lain kok,” baiklah masuk akal juga, tapi coba renungkan yang satu ini; jika Yesus tidak mau bermurah hati dan berkata: “Saya tidak mau disalibkan!” Apa yang akan terjadi dengan keselamatan umat manusia?

Suatu lifestyle yang memberi dengan murah hati dampaknya akan lebih lama daripada lamanya kita hidup di dunia bahkan hingga di akhirat. Bagaimana dengan kita? Umat yang layak bagi Tuhan adalah umat yang hidup sama seperti Kristus telah hidup, jika Kristus murah hati maka bisa dipastikan Kekristenan yang otentik akan nampak dengan perbuatan murah hati di mana di setiap peristiwa kehidupan, para pengikut Kristus menyatakan kasih-Nya dengan memberikan tangan-tangan yang terulur dan memberikan lebih dari yang diminta atau diharapkan.


Salam Revival!!!Tuhan Yesus Memberkati

Katakan tidak untuk KOMPROMI!!

Kompromi, yang di dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah persetujuan dengan cara damai, adalah kata yang bisa di anggap positf. Tapi hari ini saya akan menjelaskannya di pihak negatif. Tidak kompromi juga mempunyai arti yang mirip dengan kata radikal, teguh, kekeuh, tak tergoyahkan.

Dalam kekristenan, kompromi itu hal yang sangat negatif (lebih tepatnya di dalam tulisan saya ini). Tanpa panjang lebar, salah satu kesalahan dalam kompromi adalah berkompromi dengan dosa. Kompromi juga adalah satu sikap yang tidak tegas yang membuat kehidupan seseorang tidak berjalan bagaimana seharusnya. Contoh, seorang karyawan muda belajar untuk mengejar karirnya, tapi karna ia berkompromi dengan beberapa keasikan anak muda, akhirnya ia tidak maksimal dalam pencapaian karirnya tersebut.

Dalam hal kekristenan juga banyak, manusia tau kalau bohong itu dosa, tapi seringkali kita berkompromi dengan berkata "ah, hanya bohong kecil aja", akhirnya kompromi yang kecil-kecilan ini membuat dosa bohong jadi biasa, seperti bukan dosa lagi. Sama seperti dosa-dosa lainnya, manusia seringkali berkompromi dengan dosa. Tapi di tulisan ini, saya juga mau menjelaskan kompromi-kompromi yang lain, seperti hubungan setiap umat Kristen dengan Allahnya.
Dari mulanya, hubungan manusia dengan Tuhan adalah hubungan yang sangat dekat. Namun sekarang, hanya segelintir orang yang bisa merasakan kedekatan hubungan pribadi mereka dengan Tuhan. 
Kenapa? Karena mereka berKOMPROMI! Mereka berkompromi untuk tidak taat, mereka berkompromi dalam hal menyembah Tuhan, dan banyak lainnya. 
Bagaimana seharusnya? Ada beberapa contoh di alkitab, orang-orang yang hidupnya berkenan dihadapan Tuhan dan mereka sama sekali tidak berkompromi.

1. Tidak kompromi untuk TAAT
Nuh (Kejadian 6-8) : Nuh adalah orang biasa pada zamannya. Waktu itu Tuhan melihat dunia sudah menjadi jahat dan Tuhan ingin menghancurkan bumi. Pada saat itu juga Tuhan menyuruh Nuh untuk membuat bahtera yang besar untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya serta semua pasang binatang yang ada di bumi. Itu bukanlah suatu hal yang mudah buat Nuh untuk taat. Banyak orang sekitarnya yang menertawai dan mengoloknya. Tapi Nuh tetap taat, dia sama sekali tidak kompromi. Ia melakukan tepat seperti apa yang Tuhan suruh, seperti bahan-bahan yang harus ia gunakan, ukuran bahtera, semuanaya ia lakukan tanpa sedikit kompromi. Ketaatan Nuh membuat hati Tuhan disenangkan. 

Abraham (Kejadian 22) Tuhan juga menguji ketaatan Abraham. Tuhan memberikan seorang anak laki-laki kepada Abraham dan Sarah di umur mereka yang sangat tua. Anak satu-satunya yang tentunya sangat di sayang oleh kedua orang tuanya. Tapi waktu itu Tuhan memerintahkan Abraham untuk menjadikan Ishak korban persembahan. Pastinya sulit sekali untuk Abraham menyerahkan anak satu-satunya yang ia punya untuk dijadikan korban walaupun itu untuk Tuhan. Tapi Abraham tetap taat, tanpa kompromi ia membawa anaknya. Di dalam Kejadian 22, dijelaskan bahkan Abraham sudah mengikat anaknya dan menaruhnya di atas perapian dan tinggal menyalakan api. Tetapi Tuhan salut dengan ketaatan Abraham, dan membatalkan perintahNya lalu memberkati Abraham berkali-kali lipat. 

Apakah kita bisa untuk taat dan tidak kompromi seperti Nuh & Abraham?

2. Tidak kompromi dalam Keuangan
Zakheus (Lukas 19: 1-10) : Zakheus adalah orang yang sangat kaya, ia adalah pemungut cukai, seorang yang berdosa. Tapi ketika Yesus datang memasuki kotanya, ia sangat haus akan Yesus, ia ingin merasakan kasih Yesus. Ketika ia mencoba untuk melihat Yesus, dan Yesus tinggal dirumahnya, dimana pasti ia merasakan kasih Yesus, ia seketika itu juga langsung memberikan harta miliknya dan mengembalikan uang yang telah ia rampas 4 kali lipat. Ia tidak kompromi sama sekali sewaktu ia mengambil keputusan untuk bertobat, bahkan tidak kompromi untuk memberikan setengah harta miliknya untuk orang miskin. 

Janda Miskin (Markus 12: 41-44) : Pada waktu itu ada seorang janda yang tidak mempunyai apa-apa hanya 2 keping uang, tapi saat dia harus memberikan persembahan, ia dengan tulus hati tanpa kompromi memberikan uang yang ia punya kepada Tuhan, sehingga Tuhan menghargai apa yang janda itu lakukan, "Janda itu memberikan dari kekurangannya". 

Apakah anda bisa untuk tidak kompromi dalam keuangan anda seperti Zakheus & janda tersebut? Jika kita hanya memiliki uang untuk satu kali makan terakhir, tapi harus memberikan persembahan, apakah kita akan kompromi dan berkata "sekali ini aja aku tidak memberi persembahan karena saya harus makan nanti siang"?

3. Tidak kompromi dalam Menyembah
Daud (2 Samuel 6: 20-22, 1 Tawarikh 15: 29) : Seperti yang kita tau, Daud adalah salah satu orang yang paling berkenan di hati Tuhan karena penyembahannya. Daud dari masa mudanya menyembah Tuhan dimanapun ia berada. Sampai ia telah menjadi raja, setiap kali ia memenangkan peperangan, ia langsung mempersembahkan korban dan menari-nari menyembah Tuhan, sewaktu ia berhasil memindahkan tabut Allah, ia juga menari-nari bahkan ia sampai menghinakan dirinya menari-nari seperti orang gila untuk Tuhan. Kisah ini menjelaskan bahwa Daud tidak segan-segan, ia tidak kompromi dengan posisinya sebagai raja, ia tidak mengkompromikan pendapat orang lain yang melihat atau memandangnya rendah. Ia tidak kompromi untuk menari dan menyembah Tuhan!

Bagaimana dengan penyembahan kita?

4. TIdak kompromi dalam Kepercayaan akan Tuhan
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (Daniel 3) : Semua pasti tau kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Mereka bertiga ini adalah orang-orang pintar yang sangat takut akan Allah. Tapi sewaktu raja Nebukadnezar membuat patung emas dan memerintahkan smua orang yang ada di istananya untuk menyembah patung emas itu, Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak mau menyembahnya, mereka hanya mau menyembah Tuhan, Allah mereka. Bahkan sampai mereka di ancam untuk di masukkan kedalam dapur api, mereka tetap tidak kompromi. Mereka teguh berpegang dengan kepercayaan mereka kepada Tuhan.

Apakah kita akan tetap teguh percaya kepada Tuhan walaupun ancaman-ancaman atau hinaan-hinaan datang kepada kita?


Banyak hal lain yang mungkin saya belum bisa tuliskan disini, tapi lewat tulisan ini saya mau mengajak untuk kita hidup tanpa kompromi. Hidup maksimal untuk Allah kita yang sudah memberikan yang maksimal untuk kita, nyawaNya. Hidup mencintai Allah kita dengan tidak kompromi, itu lah salah satu cara bagaimana menyenangkan hati Tuhan kita. Jangan sampai dunia, keegoisan kita, kedagingan kita membuat kita berkompromi dengan dosa, berkompromi dengan kepuasan dunia, berkompromi dengan kesenangan-kesenangan yang sifatnya sementara ini. Kolose 3:2 "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."

Tuhan Yesus Memberkati!!

Selasa, 20 Oktober 2015

Excellent Life

Matius 11:11a; 7:21-22

Setiap manusia pasti memliki kerinduan agar hidupnya tidak hanya kehidupan yang biasa-biasa saja. Seringkali manusia mencari kehidupan yang hanya untuk dapat dipuji oleh sesamanya. Yang Tuhan kehendaki adalah agar kita tidak mencari pujian dari manusia, tapi pujian di hadapanNya.

Matius 7:21-23; nubuat itu penting, mengusir setan juga penting atau melakukan banyak mujizat pun adalah tanda-tanda heran yang disertakan dari Tuhan. Akan tetapi, jika fokus utama manusia hanya pada hal-hal itu saja, maka kita akan salah untuk menyenangkan hati Tuhan.
Inti dari menyenangkan hati Tuhan adalah dengan melakukan kehendak Allah Bapa di sorga.
Matius 11:11a; Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, Jika yang memuji itu dari pihak manusia maka kecenderungannya subjektifitas, tergantung dari kebaikan orang tersebut. Namun, jika itu dari Allah, itu merupakan pujian yang bernilai atas apa adanya orang tersebut.
Yohanes Pembaptis adalah orang yang sederhana, yang tinggalnya di hutan, yang makanannya belalang dan madu hutan (Mat. 3:4). Tapi yang juga dinilai A+ atau A-plus oleh Tuhan Yesus. Mari, kita kejar nilai A-plus.

Yang kita kejar bukan pujian dari manusia tapi pujian dari Allah sendiri. Sebab ketika Tuhan memuji, maka Dia, Allah, melihat sesuatu yang spesial ada di dalam hidup kita. Pertanyaannya: Apakah hari ini ada sesuatu yang spesial di dalam kita yang Tuhan temukan?

Yohanes 3:26-30
Ada 3 hal yang membuat Yohanes Pembaptis mendapat nilai A+ dari Tuhan, yaitu:
1. Dia tahu Sumbernya (ayat 27)
Yohanes Pembaptis dalam pelayanannya, tahu dengan persis dari mana sumber hidupnya. Hal yang berbahaya bagi manusia hari-hari ini adalah tidak tahu dari mana sumber hidupnya, sehingga membuat kita melakukan hal-hal yang tidak berkenan di hadapan Tuhan.

Contoh: orang yang menciptakan mesin kipas angin. Tidak lain tujuan dari menemukan kipas angin adalah untuk menyenangkan si pencipta tersebut.
Ketika manusia mengetahui Sumbernya (Resource) maka itu membuat manusia akan memiliki sikap komitmen takut akan Allah. Ulangan 8:17-18 "Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini."

Kejadian 1-26-27; kalau sumber kita adalah Allah, maka otomatis DNA-Nya pun akan turun ke kita. Kita adalah orang-orang yang diciptakan untuk berkuasa (have dominion) di bumi. Standar hidup orang-orang yang percaya pada Tuhan adalah tidak akan pernah mengalami masa-masa kering. Setiap orang yang tahu sumbernya pasti menyenangkan hati Tuhan. Manusia tidak boleh mengandalkan kekuatannya sendiri. Yeremia 17:5 "Beginilah firman TUHAN: Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"
2. Dia tahu posisinya (ayat 28-29)
Ketika seseorang tahu posisinya dan menjadi maksimal di dalamnya, maka itu akan mempengaruhi pergerakan ministry yang menghasilkan pelipatgandaan yang luar biasa. Tetapi yang sering kali menjadi penghambat adalah kita mencoba untuk mengurusi posisi orang lain, tanpa kita pun maksimal di posisi kita masing-masing.

Setiap manusia mempunyai fungsi dan posisinya masing-masing. Jangan pernah merasa diri kita tidak memiliki fungsi atau tidak berarti. Sebab setiap manusia mempunyai fungsi dan posisi yang spesifik di hadapan Tuhan. Oleh karenanya, LAKUKANLAH BAGIANMU SUNGGUH-SUNGGUH (Kolose 3:23).

Hidup kita akan menjadi excellent kalau kita melakukan bagian dimana kita ada dengan bersungguh hati kepada Tuhan. Akan terjadi kemandekan pergerakan dari pelayanan ketika semua posisi berusaha mengurusi posisi orang lain. Oleh karenanya, mari, TEMUKAN POSISIMU.

3. Dia tahu tujuannya (ayat 30)
Yohanes 3:30 "Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. Galatia 2:20; namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." Yesuslah yang semakin besar dan semakin menguasai hidup kita, sedangkan keakuan (ego) kita yang semakin terkikis.

Kata kuncinya disini iyalah "Change". Perubahan paradigma atau pola pikir.
Lebih jauh John C. Maxwell berkata: You are what you thing! Artinya: Anda adalah apa yang Anda pikirkan.
Destiny Final kita adalah TO BE LIKE JESUS! Menjadi serupa dengan Yesus. Sebab kedekatan melahirkan keserupaan. Dengan siapa kita bergaul karib, maka kita akan menjadi serupa dengannya. Begitu pula dengan Kristus, semakin kita intim denganNya, maka kita akan menjadi serupa denganNya (nearness become likeness).

Caranya ialah : 
  • Bergaul karib dengan Tuhan Yesus.
  • Libatkan Dia dalam segala hal.
  • Mengasihi Tuhan; melakukan kehendakNya.
  • Berbagi dengan Tuhan (communion = sharing in common atau berbagi kesamaan).
Kepada siapa kita bergaul karib menentukan menjadi seperti apa kita. Jemaat Tuhan, biasakan libatkan Yesus dalam segala perkara, tidak hanya perkara-perkara besar tapi juga perkara-perkara kecil. Kita akan cepat akrab dengan Tuhan karena ada kesamaan kita denganNya.

"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya. Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku."
(Mazmur 91:14-16)

Tuhan Yesus Memberkati!!

Pilar

O"Barangsiapa menang, ia akan Kujadikan sokoguru di dalam Bait Suci Allah-Ku, dan ia tidak akan keluar lagi dari situ; dan padanya akan Kutuliskan nama Allah-Ku, nama kota Allah-Ku, yaitu Yerusalem baru, yang turun dari surga dari Allah-Ku, dan nama-Ku yang baru" (Wahyu 3:12).

Yohanes ditugaskan untuk menulis kepada jemaat di filadelfia, ia menasehati mereka untuk menjadi pemenang dan menjadi sokoguru di dalam Bait Allah. Sokoguru atau pilar adalah tiang penopang bangunan. Bangunan akan runtuh apabila pilar-pilarnya tidak kuat menopangnya. Karena itu, pilar berpengaruh besar terhadap keseluruhan bangunan. Jemaat muda harus bertekad untuk menjadi pilar di dalam rumah Allah dan mengambil tanggung jawab yang lebih besar. Jangka hidup manusia ada di tangan Tuhan, dan hidup ini akan segera berlalu (Mazmur 90:10). Tidak seorang pun dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya dengan cara kuatir (Lukas 12:25). Semua orang yang sekarang bekerja demi gereja, suatu hari akan beristirahat dari segala jerih lelah mereka (Wahyu 14:13) dan kembali ke surga. Tugas mereka akan diambil alih oleh generasi yang lebih muda. Maka, selagi masih muda, kita harus memperhatikan segala pekerjaan gereja. Harinya akan tiba saat tanggung jawab diserahkan kepada kita dan kita tidak ingin kita tidak siap menerimanya.

Kita harus membangun diri untuk menjadi pilar-pilar di rumah Allah. Tetapi bagaimana caranya?

1. Membangun Cita-Cita Ilahi
Kita sudah percaya, dan tahu bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah (Yohanes 6:69). Terlebih lagi, kita tahu kepada siapa kita percaya (2Timotius 1:12). Karena kita memiliki dasar iman yang sedemikian kokoh seperti sauh jiwa yang kuat dan aman (Ibrani 6:19), kita harus senantiasa membangun cita-cita ilahi. Ini adalah cita-cita yang disinggung Paulus: “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku” (Kolose 1:28-29). Yesus berkata, “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma” (Matius 10:8). Karena kasih-Nya, Allah menyelamatkan kita dari lubang kebinasaan dan lumpur rawa (Mazmur 40:3). Sekarang giliran kitalah untuk menyelamatkan orang lain dengan cara merampas mereka dari api (Yudas 23). Dengan kuasa Allah, kita dapat mencapai cita-cita kita. Senjata kita dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kita mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kita menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2Korintus 10:4-5). Seperti kata Paulus, “Aku yakin sepenuhnya, Ia yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus” (Filipi 1:6). Saudara-saudari terkasih, berjuanglah untuk mencapai cita-citamu!

2. Melihat Melampaui Kaki Langit
Abram dan Lot sama-sama menggembalakan ternak mereka di antara Betel dan Ai. Ketika ternak mereka bertambah banyak, pertengkaran terjadi di antara gembala-gembala mereka. Abram merasa ia tidak sepatutnya bertengkar dengan Lot yang adalah keponakannya. Ia meminta Lot memilih tanah yang ia inginkan bagi ternaknya. Lot, yang egois dan berpandangan pendek, memilih seluruh Lembah Yordan. Namun kemudian Lot kehilangan semua hartanya dalam bencana. Abram tidak punya pilihan selain pergi ke tanah Kanaan. Tuhan berkata kepada Abram, “Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya” (Kejadian13:14-15). 

Apabila Allah meminta kita untuk memandang ke segala arah dan memberikan lahan yang bisa kita lihat, bukankah kita akan naik ke atas bukit dan berusaha melihat melampaui kaki langit agar mendapatkan tanah yang lebih luas? Semakin jauh kita melihat, semakin banyak yang kita terima. Mampu melihat jauh adalah hal yang baik.
Orang harus selalu melihat melampaui kaki langit saat melayani Allah.
Kita tidak boleh hanya terbenam dalam pekerjaan saat ini di gereja lokal kita. Kita harus meluaskan pandangan, dan membawa Injil ke segala bangsa. Sekaranglah masanya untuk mengabarkan Injil kebenaran ke seluruh penjuru dunia. Kita harus bertekad untuk pergi ke tempat yang jauh, karena banyak umat Allah ada di sana di kota itu (Kisah Para Rasul 18:10). Kita mengabarkan Injil agar mata mereka terbuka, dan agar mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, agar mereka memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian di antara orang-orang yang dikuduskan oleh iman dalam Kristus (Kisah Para Rasul 26:18).
Dengan hikmat Allah dan roh wahyu, dan dengan memiliki mata hati yang diterangkan, kita harus melihat jauh melampaui kaki langit melalui mata hati kita (Efesus 1:17-18). Kita mengharapkan panen yang berkelimpahan. Mata duniawi tidak dapat melihat rencana agung Allah. Kita bukan mencari hal-hal yang kelihatan, melainkan hal-hal yang tidak kelihatan; karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tidak kelihatan adalah kekal (2Korintus 4:18). Demi mendapatkan panen yang berkelimpahan, kita harus setia melakukan kehendak Allah walaupun itu sukar dan penuh rintangan. Perjuangan dan susah payah kita tidak akan sia-sia (1Korintus 15:58).

3. Memupuk Semangat Berkorban
Paulus berkata, “Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan, dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (1Korintus 13:13). Memiliki iman dan pengharapan mengarah pada perolehan berkat bagi diri sendiri. Memiliki kasih bukanlah untuk diri sendiri semata, tetapi juga untuk Allah dan sesama manusia. Itulah sebabnya, kasih adalah yang terbesar di antara ketiga hal tadi. Setiap semangat pengorbanan berasal dari kasih. Allah begitu mengasihi dunia, sehingga Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, sehingga kita dapat hidup melalui Dia. Inilah perwujudan kasih Allah. Ia mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. Berkorban demi dunia adalah kasih Allah yang sangat besar (1Yohanes 4:9-10). Pengorbanan yang dilakukan Tuhan Yesus adalah hasil dari kasih-Nya kepada kita.

Pelayanan membutuhkan pengorbanan uang, waktu, tenaga, dan semangat seseorang. Ini tidak bisa dicapai tanpa kasih. Ketika murid-murid Yesus mempertengkarkan siapa yang terbesar di antara mereka, Yesus mengajar mereka dan berkata, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:26-28). Mempersembahkan pelayanan di rumah Allah adalah sebuah pengorbanan. Apabila bukan karena kasih, tidak ada orang yang mau menjadi hamba semua manusia. Tuhan mengasihi kita dan Ia rela menyerahkan nyawa-Nya bagi kita. Ini menunjukkan bahwa kasih dan pengorbanan berkaitan erat. Dia mengasihi kita dan mati demi kita. Kasih-Nya mengendalikan kita. Kiranya kita hidup bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk Dia (Galatia 2:20; 2Korintus 5:14-15). Mari kita menjadi seperti Dia dalam mengasihi manusia dan dalam pelayanan. Mari kita memikul salib kita dan mengikut Dia dan hidup bagi Dia (Matius 16:24).

Paulus mendesak orang-orang di gereja agar bukan hanya memperhatikan kepentingan mereka sendiri, tetapi kepentingan orang-orang lain juga, dan memiliki pikiran Yesus dalam pikiran mereka (Filipi 2:4-5). Menjadi pilar di rumah Allah sama dengan menjadi hamba semua manusia. Ia dipanggil untuk menanggung kesusahan dan penderitaan, serta memperlihatkan semangat berkorban. Semua kesusahan dan penderitaan dapat ditanggung oleh karena kasih.

3. Kemampuan untuk Bersabar dan Mengampuni
Orang-orang yang berhasil dalam hidup seringkali bisa dikenali dari kemampuan mereka untuk bersabar dan memaafkan orang lain. Seperti kata pepatah Cina, “Perut Perdana Menteri dapat ‘menahan’ sebuah kapal.” Kebanyakan orang besar di dunia ini memiliki kemampuan untuk ‘menahan’ kekurangan orang lain. Kemampuan ini berasal dari kesabaran dan pengampunan yang perlu dipupuk.

Menjadi pilar di rumah Allah dan memimpin pekerjaan gereja, tak pelak orang pasti akan menghadapi orang-orang yang sulit bekerja sama. Secara langsung ataupun tidak, ia juga akan mendengar kritikan yang menghina. Dan seringkali akan ada beberapa orang berpikiran pendek dan grasa-grusu yang akan langsung menarik kesimpulan lalu mulai mengkritik tanpa terlebih dahulu memahami duduk perkaranya. Dan ada orang yang iri hati dan yang menuding segala hal. Apabila orang tidak punya kemampuan untuk bersabar dan mengampuni, ia akan meninggalkan pelayanannya saat kemarahan meledak. Semua jerih lelah dan usahanya akan tumbang dan sia-sia. Karena itu, kita harus belajar bersabar dan mengampuni kekurangan orang lain.

Pepatah Cina bilang, “Kurang sabar dalam urusan kecil akan merusak rencana besar.” Kita harus berhasil mempertahankan kesabaran dan tidak menyerah di tengah jalan. Kunci keberhasilan menjaga kesabaran adalah memulainya dengan kasih. Paulus berkata, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati” (1Korintus 13:4). Kasih diwujudkan ketika seorang ibu menunjukkan kesabaran dan pengampunan kepada anaknya yang nakal. Mungkin ada jemaat di gereja yang suka berkeliling dan menyerang orang lain dengan kata-kata atau sikap mereka, tetapi biasanya mereka tidak bermaksud jahat. Mungkin mereka agak keras kepala atau sekadar ingin menonjolkan diri. Tetapi sikap mereka tidak akan mencelakai jemaat secara keseluruhan. Kita harus bersabar dan mengampuni mereka, dan memberi mereka kesempatan untuk bertobat.

Tuhan Yesus, setelah membasuh kaki murid-murid-Nya, berkata: “Kamu pun wajib saling membasuh kakimu” (Yohanes 13:14). Pelajaran dari sini ialah tentang saling mengampuni. Kesalahan yang umum dilakukan orang-orang dunia adalah tidak mau mengakui kesalahan sendiri. Apabila terjadi ketidaksesuaian, pasti pihak lain yang salah. Tetapi siapa yang tidak pernah salah? Apakah selalu pihak lain yang bersalah? Kita juga harus bercermin. Ketika muncul kesempatan, salinglah mengampuni, seperti saling membasuh kaki.

Ketika Ishak tinggal di Lembah Gerar, sumur-sumur yang ia gali entah dirampas atau ditimbuni tanah oleh musuh-musuhnya. Orang biasa tidak akan menerima perbuatan tidak adil ini. Tetapi kesabaran dan pengampunan Ishak dengan segera membuat malu musuh-musuhnya. Mereka mengakui kesalahan mereka dan membuat perjanjian dengan Ishak bahwa mereka tidak akan saling mencelakai. Kemampuan Ishak untuk bersabar dan mengampuni sungguh patut dikagumi (Kejadian 26:18-31). Paulus menasihati kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan atau membalas dendam, melainkan melayani musuh. Ketika sang musuh lapar, beri mereka makan; bila mereka haus, beri mereka minum; sebab dengan berbuat demikian kita menumpuk bara api di atas kepalanya. Janganlah kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (Roma 12:17-21).
Untuk memupuk kemampuan bersabar dan mengampuni, serta menjadi pilar di rumah Allah, kita harus senantiasa mengingat ayat ini: “Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahhatian, kelemahlembutan, dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kolose 3:12-14).

4. Rendah Hati dan Lemah Lembut
Kelemahlembutan secara khusus diperlukan di rumah Allah. Apabila pilar-pilar di rumah Allah, yaitu para hamba umat manusia, tinggi hati dan bersikap seperti penguasa, bagaimana mereka dapat dihormati oleh jemaat? Jemaat adalah saudara-saudari bagi kita dan harus diperlakukan dengan kasih. Menjadi pilar tidaklah sama seperti menjadi penguasa yang menerapkan kekuasaan pada bawahannya. Apabila demikian, jemaat perlahan-lahan akan pergi seperti domba-domba yang tersesat dan menjadi mangsa binatang buas. Lalu Tuhan Allah akan menuntut para gembalanya. Gembala yang jahat akan ditolak Allah (Yehezkiel 34:7-10).

Paulus ingin agar kita menjadikan hati Kristus sebagai hati kita. Apakah hati Kristus? Yesus berkata, “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:29).
Allah memilih Musa dan mempercayakan kepadanya tanggung jawab yang besar karena Musa sangat lemah lembut, lebih dari semua orang yang ada di atas muka bumi (Bilangan 12:3). Apabila Musa adalah orang yang sombong dan sok berkuasa, maka entah ia pasti sudah dibunuh oleh orang-orang yang ia pimpin, atau ia meninggalkan pekerjaannya di tengah jalan.
Orang-orang yang lemah lembut adalah pemimpin yang baik, yang tetap tenang dan tidak dikendalikan oleh emosi saat menghadapi masalah. Yakobus berkata, “Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah” (Yakobus 1:19-20). Amsal juga mengajar kita: “Orang yang sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan” (Amsal 14:29). Dan lagi: “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota” (Amsal 16:32). Tidaklah mudah memiliki pengendalian penuh atas emosi dan amarah serta mewujudkan kelemahlembutan. Kita harus berusaha memupuk kelemahlembutan agar mencapai kesempurnaan.

Paulus mengajar dan menasihati Timotius si penginjil muda dengan berkata, “Seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar, dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya” (2Timotius 2:24-26). Ucapan yang lembut tidak akan menyulut kemarahan lawan bicara. Sebaliknya akan menyelamatkan diri sendiri dan di saat yang sama menuntun orang lain ke jalan kehidupan. Kitab Suci berkata, “Jawaban yang lemah lembut meredakan kegeraman, tetapi perkataan yang pedas membangkitkan marah” (Amsal 15:1) dan “Lidah lembut adalah pohon kehidupan” (Amsal 15:4). Lidah yang lembut membawa jalan kehidupan, sementara pohon kehidupan menghasilkan buah kehidupan, sehingga mereka yang makan darinya akan menerima kehidupan kekal.

5. Tekad yang Teguh
Seorang atlet harus memiliki tekad yang kuat untuk bertahan sampai akhir. Dalam lomba lari maraton, kecepatan tidak ada gunanya apabila orang gagal mencapai garis akhir. Dalam perjalanan menuju kerajaan surga, tanpa tekad yang kuat untuk terus berjalan hingga akhir, orang hanya bisa melihat kota suci dan mengeluh, tidak mampu mencapai gerbangnya. Alkitab mencatat, “Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula” (Ibrani 3:14). Dengan kata lain, apabila iman kita tidak teguh hingga akhir, kita tidak akan mendapat bagian dalam Kristus. Akan ada orang-orang yang akan berkata kepada Tuhan, “Tuhan, 

Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?” (Matius 7:22). Tetapi Tuhan akan menyatakan bahwa Ia tidak pernah mengenal mereka. Sungguh tragis! Tuhan berkata, “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Matius 24:13). Jadi kita harus memiliki ketekunan supaya dapat melakukan kehendak Allah dan menerima apa yang dijanjikan (Ibrani 10:36). Yakobus juga menasihati kita, “Karena itu, saudara-saudara, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi. Kamu juga harus bersabar dan harus meneguhkan hatimu, karena kedatangan Tuhan sudah dekat!” (Yakobus. 5:7-8). Tekad yang kuat untuk tetap setia sampai akhir berasal dari pertumbuhan dalam ketekunan.

Kita harus memiliki iman yang akan membawa kita sampai akhir. Sebagai pilar-pilar di bait Allah dan sebagai hamba di rumah Allah, kita juga harus mengemban tugas dengan setia hingga akhir. Bahkan di hari kita akan meninggalkan dunia ini, kita sanggup berkata seperti Paulus, “Darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran” (2Timotius 4:6-8). Kita harus meneladani Paulus, sama seperti Paulus meneladani Kristus.


Sebagai pilar-pilar di rumah Allah, kita harus melatih dan memupuk diri dalam hal cita-cita ilahi, melihat jauh ke depan melampaui kaki langit, berkorban, kemampuan untuk bersabar dan mengampuni, kelemahlembutan, dan kesetiaan. Kita harus terus maju ke depan dan menjadi pilar yang kokoh dalam rumah Allah. Ketika Tuhan datang kembali dalam kemuliaan, Ia akan berkata kepada kita, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Matius 25:21).

Kiranya Tuhan menyertai kita, dan menggunakan kita sebagai perabot yang mulia, dikuduskan dan dipandang layak untuk dipakai tuannya. Segala kemuliaan bagi nama Yesus yang kudus (2Timiotius 2:21).

Tuhan Yesus Memberkati!!

Sabtu, 17 Oktober 2015

Jangan Suam Suam Kuku!!!

Wahyu 3:15-21

Di ayat ke15 dikatakan “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!” Disini kita melihat bahwa Jemaat di laodikia merupakan Jemaat yang suam-suam kuku (tidak dingin dan tidak panas) yang artinya adalah sikap hidup atau hati yang tidak memiliki status yang jelas, antara musuh atau kawan. 
Yang ingin dikatakan oleh Tuhan adalah, bahwa jemaat laodikia tetap melakukan satu ibadah, rutinitas dalam pelayanan, tetapi ibadah di dalam Jemaat ini adalah pelayanan yang suam-suam kuku. Jadi, kegagalan Jemaat di laodikia selain mereka kehilangan kasih mula-mula kepada Allah, mereka juga menjadi Jemaat yang mati segan, hidup tak mau. Oleh sebab itu dikatakan bahwa jika mereka dingin, baiklah sedingin es, dan jika panas baiklah sepanas air mendidih, agar status mereka jelas. Apakah masih mencintai Kristus atau sudah menjadi musuh Kristus (Rom 12:11, “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”) Hal ini menyebabkan kondisi jemaat laodikia menjadi lesu dan tidak memiliki semangat lagi sekaligus kekurangan energi atau ‘passion’ untuk memuji dan memuja Allah. Mereka tetap beribadah dan melakukan pelayanan, tetapi mereka sudah kehilangan semangat, passion atau dorongan yang menggerakkan mereka menaikkan pujian dan penyembahan yang benar kepada Allah.

Tidak ada orang yang ingin dicintai setengah hati, semua ingin cinta dan perhatian yang sungguh-sungguh. Kalau manusia aja ingin hal seperti itu, apalagi Allah. Oleh sebab itu Allah berkata kepada jemaat laodikia agar mereka jangan suam-suam kuku. Di dalam gereja atau persekutuan sekarang ini, apa yang dialami oleh Laodikia bisa saja terjadi. Kita bisa tetap beribadah, saat teduh, membaca alkitab secara pribadi, atau tetap ikut komsel/cool. Tetapi kita bisa terjebak dimana kegiatan rohani yang kita lakukan tidak lagi memiliki passion. Ketika kita bernyanyi pun, nyanyian tersebut tidak dapat mengangkatkan hati kita kepada Allah. Pujian itu tidak bisa menghibur dan menguatkan kita, karena dinyanyikan tanpa penghayatan dan pemahaman yang benar. Dinyanyikan tanpa cinta kasih kepada Allah. 
Kasih membuat kita taat dan apapun yang kita lakukan bagi Allah, kalau tanpa kasih tidak ada artinya. Apapun yang kita lakukan kalau tanpa adanya kasih kepada Allah, tidak akan pernah diperhitungkan oleh Allah. Jika kita melakukan sesuatu untuk Allah dengan penuh cinta kepada-Nya, maka Allah akan berkenan dengan apa yang kita lakukan. Jika kita tidak melakukan dengan cinta, maka kita melakukan segala sesuatunya bagi Allah dengan setengah hati. Kita melayani setengah hati, bahkan datang ke persekutuan pun dengan setengah hati. Kalau ada waktu baru datang, kalau gak ada waktu, maka gak datang. Kita tidak pernah memberikan hati untuk datang dengan ketaatan, ada banyak alasan lagi yang dapat diberikan oleh orang-orang untuk tidak menghadiri sebuah persekutuan. Orang seperti inilah orang yang suam-suam kuku-yang tidak memiliki status yang jelas. Kristus mengharapkan kita yang percaya kepada-Nya, sungguh-sungguh tulus dan hangat untuk mencintai-Nya. Jika orang mengikut Tuhan dengan suam-suam kuku maka mereka akan menjadi orang yang kaku, tidak memiliki kekuatan untuk menyembah Allah dengan sungguh-sungguh.

Pada ayat 17 dikatakan “Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,…”. Disini kita lihat kalau jemaat laodikia merasa diri mereka hebat dan masih layak di hadapan Allah. Ada satu kecongkakan di dalam jemaat dimana mereka merasa diri mereka kaya. Ingat, jemaat ini di kota perdagangan yang sangat kaya, yang sangat menilai materialisme, maka kalimat di sini banyak berbicara kalimat perdagangan ( ay 18). Dari ayat 17 kita bisa melihat keangkuhan Jemaat ini, mereka cenderung tidak membutuhkan Tuhan lagi karena mereka merasa cukup secara materi dan segala hal. Jika kita perhatikan bagian firman ini, ada sesuatu yang sangat kontras. Mereka yang mengatakan mereka kaya dan memperkaya diri dan tidak kekurangan apa-pun, tapi dihadapan Allah mereka miskin, melarat, buta, dan telanjang. (17b, ”karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,”). Orang yang berpuas diri merasa dirinya layak, dan merasa rohani, mereka mudah terjebak dalam kondisi seperti ini. Hal ini juga sering terjadi kepada kita. Jika kita merasa sudah cukup baik, sudah cukup memberi, sudah cukup berkorban untuk pelayanan, bisa membuat kita kurang bergantung kepada Allah dan akhirnya cinta kita kepada Allah menjadi suam-suam kuku. Mari kita sadari akan hal ini, jangan sampai seorang pun diantara kita merasa cukup layak dan tidak membutuhkan Allah lagi, sehingga semangat untuk memuji Allah tidak ada lagi. 

Kristus memberikan nasihat kepada jemaat laodikia ini di ayat 18 ”; maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.” Ada satu perintah untuk membeli dari Tuhan (ingat kembali, ini adalah bahasa bisnis konteks Laodikia di mana masyarakatnya materialistis (ay 18)). Hal ini bukan berarti bahwa keselamatan dapat dibeli. Mereka yang merasa cukup, kaya, dan puas dengan dirinya sendiri itu, kini harus belajar dengan meenyadari bahwa mereka tidak memiliki apa-apa. Mereka miskin, melarat, buta, dan telanjang. Mereka harus membeli/datang kepada Kristus. 

Ada tiga hal yang ditawarkan Kristus: 
1. emas yang sudah teruji agar mereka kaya. 
2. Pakaian putih agar keterlanjangan mereka tertutup. 
3. Minyak yang pelumas, agar dioleskan ke mata dan mata mereka dicelikkan dan mereka bisa melihat. 
Apa yang bisa kita lihat di sini adalah sebuah solusi yang dikatakan oleh Tuhan agar jemaat ini tidak suam-suam kuku. Kristus mengatakan kepada mereka agar mereka memiliki kekayaan bukan dengan apa yang ada pada diri mereka. Kekayaan itu ada di dalam Kristus. 
Kenapa mereka dikatakan telanjang? Artinya mereka hancur total, dimana mereka seharusnya malu total dengan perbuatan, sikap hidup dan moralitas mereka yang tidak benar dihadapan Allah. Oleh sebab itulah Allah menawarkan pakaian putih kepada mereka agar mereka tidak malu lagi. Dengan membeli minyak pelumas maka mata mereka dapat dicelikkan. Dengan demikian mereka bisa melihat mana kepuasan yang sesungguhnya yang akan dapat mereka lihat di dalam Kristus. Mat 5:3 berkata : “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”. Mari belajar mencari kepuasan, kenikmatan dan kecukupan di dalam Kristus. Mereka yang merasa cukup dengan keberadaannya (berpuas diri), kini harus belajar berkecukupan dan puas di dalam Kristus. Solusi berikutnya yang diberikan oleh Tuhan adalah mereka harus menyadari kekurangan dan kebutuhan mereka. Salah satu tahapan yang tidak di sadari adalah mereka tidak sadar bahwa mereka miskin, melarat, buta dan telanjang. Sering kali kita merasa tidak ada kekurangan lagi secara rohani sehingga ketergantungan kita kepada Tuhan semakin hilang. Mari sadari bahwa kita hancur dan tidak apa-apanya dihadapan Allah. Kristus mengajak mereka untuk memahami bahwa kebutuhan tersebut hanya di dapatkan di dalam Kristus.

Dalam ayat ke 19 dikatakan bahwa orang yang dikasihi Tuhan ditegur dan dihajar (ibr 12:5-11) Sering kali kita menjadi generasi yang cengeng, kita hanya ingin yang enak saja seperti pujian & sanjungan. Tetapi kita tidak ingin ketika kita dikoreksi dan orang lain menyatakan kesalahan kita. Tetapi kita menikmati sanjungan dan pujian. Hati-hati dengan hal ini. Mari belajar mulai sekarang untuk menikmati kritikan dalam arti agar kita bertobat. Cara untuk bangkit dari kesuam-suaman kuku ialah mau ditegur dan dihajar oleh Allah, mari kita relakan diri untuk dikoreksi oleh Allah. Allah bisa mengoreksi kita melalui firmanNya, tetapi juga bisa melalui orang-orang disekitar kita. Mari merelakan diri kita untuk ditegur oleh Allah dan mari bertobat. Mari menjadi anak-anak yang dikasihi oleh Allah, yang merelakan hati kita untuk ditegur dan dihajar oleh Allah. Tidak hanya sampai sini, namun ada pertobatan dari hari ke hari.

Perhatikan ayat 16, “Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Dengan tegas Allah menyatakan bahwa Allah akan memuntahkan kita jika melakukan sebuah pelayanan dengan suam-suam kuku. Sangat pentingnya bagi kita untuk tidak suam-suam kuku, tetapi bangkit dan bertobat adalah agar Tuhan tidak memuntahkan kita karena Allah jijik melihat kita. Yesus menolak/benci dengan kesalehan atau kerohanian yang palsu atau berpura-pura, mekanis, formalis, dan dingin. Apakah ketika kita masih bersaat teduh masih ada spirit-nya atau hanya karena terpaksa? Jika hanya karena rutinitas semua ibadah kita, saat teduh, & pelayanan kita, maka akan dimuntahkan oleh Allah karena hal tersebut menjijikkan bagi Allah. 
Oleh karena itu penting sekali kerohanian yang sehat dengan tetap semangat melayani Tuhan secara dinamis. Ingat Rom 12:11-12. dikatakan di sana: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa”. Perhatikan ‘janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan’. Jangan kiranya ada diantara kita yang datang ke persekutuan dengan setengah hati, berdoa, bernyanyi, dan melayani setengah hati. Jangan melayani hanya karena kita pengurus atau panitia, tetapi mari melayani karena roh yang menyala-nyala. Jika bertobat dan mengundang Yesus berdaulat dalam kehidupan kita, selain dipulihkan mereka juga akan mengalami keharmonisan atau keintiman. 

Mari perhatikan ayat 20, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” Artinya adalah Tuhan selalu menantikan pertobatan kita, memanggil kita untuk bertobat. Ada hubungan yang dipulihkan ketika kita betobat. Ketika ada pengampunan, maka akan timbul kemesraan. Ketika ada rekonsiliasi, maka akan ada keharmonisan. Kita kembali intim dengan Allah. Ketika kita menaikkan pujian dengan kondisi seperti ini, maka kita akan menikmati pujian yang kita naikkan. Tuhan tersenyum saat mendengar pujian kita. 
Diayat 21  “Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku, sebagaimana Aku pun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya.” Tuhan berkata jika Jemaat Laodikia bertobat dari dosa mereka, maka mereka akan menjadi pemenang dan mereka akan didudukkan dalam tahta Kristus. 
Coba kita lihat janji Tuhan pada murid-murid di Luk 22:29-30. Dikatakan di sana: “Dan Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.” Pasti kita bangga jika satu meja makan dengan pak jokowi sang presiden RI atau dengan artis yang kita puja. Tetapi, akan jauh lebih bangga jika kita makan dan minum satu meja dengan Bapa serta menjadi hakim bagi dunia ini, ini adalah penghormatan yang luar biasa.

Mari kita relakan diri untuk ditegur dan dihajar oleh Tuhan, dan bertobat supaya kita gak suam-suam kuku. Tetapi kita bangkit dan mencintai Tuhan serta mentaati Dia. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat 

Tuhan Yesus Memberkati!!