Alone VS High Quality Jomblo
Alone dalam bahasa Indonesia dapat penulis artikan sebagai keadaan seseorang yang terisolasi, tertutup, kesepian, tidak mau bergaul, potensinya tidak maksimal, tidak utuh, tidak komplit, seorang diri, Sendirian. Sedangkan high quality jomblo dapat saya artikan; utuh, tunggal, bisa bergaul, berprestasi, komplit, mempunyai tujuan hidup, tidak tergantung pada orang lain, dekat dengan Tuhan, potensi hidupnya maksimal.
Menjadi anak muda yang jomblo dan berkualitas, jaman sekarang ini jarang ditemukan. Hal ini disebabkan karena banyak yang menyia-nyiakan waktu yang sudah diberikan. Setiap orang mempunyai waktu yang sama, yaitu 24 jam/sehari. Dalam waktu yang sama ada yang menggunakan waktu dengan memaksimalkan talenta dari yang dia miliki, ada juga yang bermalas-malasan.
Sesungguhnya pacaran tidak ada gunanya bila kita belum menjadi jomblo yang berkualitas, saya bukan mengharapkan seseorang untuk menjadi sempurna terlebih dahulu, baru boleh pacaran, tetapi dalam kehidupan pada saat dia masih jomblo, seharusnya dia menggunakan waktu itu menjadi berkualitas (High Quality Jomblo).
Apa kata alkitab?
Dalam kejadian 2 : 18 dikatakan bahwa “Tidak baik kalau manusia itu Seorang Diri saja.” Sedangkan dalam alkitab versi NIV, dikatakan bahwa “it is not good for the man to be alone.” Manusia itu yang dimaksudkan dalam alkitab adalah Adam. Jadi Adam dalam kacamata Tuhan, tentang menjalin hubungan dengan sesamanya masih dapat dikatakan alone. Yang berarti Adam tidak baik sendirian, karena pada saat itu, adam hanya seorang diri. Tetapi dalam kualitasnya sebagai manusia yang seorang diri pada saat itu, adam termasuk High Quality Jomblo.
Adam dapat dikatakan High Quality Jomblo karena pada saat itu, di dalam kesendiriannya, dia dapat berkreasi dari apa yang dia mampu kerjakan. Jadi pada saat masih single, ia memaksimalkan potensi yang dimilikinya, antara lain yang dia kerjakan adalah memberi nama seluruh binatang, mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan, tidak mengeluh bekerja sendirian, mengusahakan dan memelihara taman sendirian. Intinya, adam produktif dalam kesendiriannya, dia tidak menyia-nyiakan waktu.
Apakah single masalah?
Anak muda banyak yang ingin sekali cepat-cepat pacaran, tanpa dibekali pengetahuan terlebih dahulu, padahal seharusnya dia belajar terlebih dahulu, baru dapat menyatakan cintanya kepada lawan jenis. Bagi mereka yang ingin cepat pacaran, salah satu alasannya adalah karena mereka tidak ingin menjadi single. Lalu, apakah menjadi single itu suatu masalah?
Saya mencoba menyebarkan beberapa angket kecil, yang disebarkan melalui beberapa forum dan Email. Angket itu memberikan satu pertanyaan, apakah menjadi single itu suatu masalah? Jawabannya adalah sebagai berikut :
NB : Nama diinisialkan dan kata-kata di copy paste.
· CL, banyak yg bsa kita lakukan saat kita single yg tdk bsa dilakukan saat kita punya
· SF, tidak tuh.krn being single kita bisa fokus lbh ama Tuhan..konsentrasi ga pecah...
· LE, justru ddengan single adalah waktu kita mempersiapkan diri sematangnya menuju pacaran
· WMI, TIDAK tuhh, sp tau alesan dia nge jomblo adalah lbh fokus lg ma Tuhan dan menghindari hal2 yg tidak diinginkan,, it's ok la,,
· DS, single adalah waktu buat do what u wanna do,fokus buat Tuhan, kerjaan(atw sekolah),dan kluarga.. ^^
· DK, Gak masalah laa kalo lum punya pasangan, yang jadi masalah kalo kita "single" dalam arti kita gak bareng ama GOD.
· WS, karena itu adalah salah 1 pilihn. hrsny kl dah milih, pasti itu yg terbaik yg sdh qt pikirkan donkkk, so itu bkn mslh donk namanya.. & ketika qt memutuskan u/ blm memulai suatu hub khusus dg lwn jenis krn 1 ato lain hal, knp hrs dipaksa cuma demi status tohhh
· PS, Tidak, soalnya pas single itu banyak proses yang Tuhan kasih supaya kita siap untuk berpacaran..hehe
· KR, Tidak, hidup single yang maksimal untuk Tuhan serta kudus, itu sama nilainya dengan pernikahan yang Illahi
Dari jawaban diatas, saya pun setuju, karena memang rata-rata mereka menjawab, bahwa menjadi single itu bukanlah suatu masalah. Justru pada saat kita masih menjadi single, disinilah waktunya kita berkarya dan menggunakan semua potensi yang kita miliki dengan maksimal. Menjadi single bukanlah masalah, tetapi suatu keharusan!
Selibat / Melajang
Selibat / melajang adalah sebuah pilihan hidup yang bersumber dari suatu pandangan atau pemikiran tertentu yang memutuskan si pribadi tersebut untuk memilih hidup tanpa menikah. Seseorang yang memilih hidup melajang, karena memang itu adalah pilihan dari pribadinya masing-masing, dan tanpa ada unsur paksaan dari pihak lain.
Hidup melajang bukanlah suatu hal yang harus dihindari, tetapi hidup selibat adalah suatu pilihan hidup. Jadi seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya tidak harus memiliki pasangan hidup (lawan jenis) atau menikah. Penulis mengambil ilustrasi seorang pemain badminton sebagai contoh. Pemain badminton dalam mencapai tujuannya, yaitu kemenangan, dia dapat meraihnya dengan usaha sendiri, yang disebut bermain single atau dapat juga bermain berdua, yang disebutganda. Jadi dalam mencapai tujuannya, pemain badminton dapat dilakukan single, tidak perlu memiliki partner. Dan itu adalah suatu pilihan bagi pemain tersebut. begitu pula dengan hidup ini, seseorang dapat mencapai tujuan hidupnya dengan menikah, atau dapat berjuang sendirian. Sekali lagi, itu adalah suatu pilihan hidup.
Contoh dalam Alkitab
Rasul Paulus adalah contoh pertama yang dapat kita teladani, di dalam kehidupannya. Rasul Paulus walaupun sendirian (tidak menikah) tetapi dapat mengakhiri pertandingan dengan baik (2 Tim 4:7). Bahkan Rasul Paulus yang menjadi pusat ilmu teologi pada zaman ini dan juga menulis 13 kitab dalam perjanjian baru. Berarti dalam mencapai tujuan hidupnya, Rasul Paulus tidak memerlukan pasangan hidup, dia dapat mengerjakan sendirian dengan maksimal.
Contoh yang kedua adalah Yesus Kristus. Memang Yesus adalah Allah, tetapi ingat juga, bahwa Yesus adalah juga seorang manusia. Yesus sebagai manusia mempunyai rasa takut dan sakit. Pada saat Yesus disalib, sakitnya pun nyata. Bahkan rasa takutnya pun sangat nyata, dalam kitab matius 26:39 “Biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku”. Yang berarti bahwa Yesus pada saat itu, mencapai ketakutan yang memuncak, karena memang sewajarnya apabila seorang manusia mengetahui bahwa ia akan disalib, pasti mempunyai rasa takut yang sama dengan Yesus pada saat itu.
Seseorang yang memilih hidup melajang, sudah seharusnya untuk menjadi High Quality jomblo seperti contoh Rasul Paulus dan Yesus Kristus di atas. Hidup melajang bukanlah suatu masalah masalah besar, hidup selibat adalah karunia. Tidak semua orang bisa mendapatkan karunia hidup melajang.
5 Prinsip Sebelum Berpacaran
Prinsip 1 : Indah pada waktunya
Seringkali kita melakukan kesalahan dengan mencabut sesuatu yang baik bukan pada waktu yang tepat untuk menikmatinya, tetapi hanya sekedar karena kita menginginkannya. Anak muda jaman sekarang lebih memilih menghabiskan masa sekolahnya dengan berpacaran, padahal seharusnya masa sekolah, bukanlah masa berpacaran, tetapi masa dimana kita bisa mengembangkan dan memaksimalkan seluruh potensi yang kita miliki. Tetapi karena trend masa ini, banyak anak muda yang lebih memilih untuk berpacaran di usia yang dini, padahal belum tentu ia mengerti tujuan pacaran itu sendiri.
Kebudayaan zaman sekarang mengajarkan, bahwa jika sesuatu itu baik, kita harus berusaha segera untuk menikmatinya. Itulah mengapa kita menggunakan microwave atau mengirim paket ekspres. Tujuan kita melakukan itu adalah supaya segala sesuatunya dapat kita nikmati dengan cepat, tanpa harus menunggu lebih lama lagi. Mungkin kata-kata itu sering kita dengar “kalo bisa sekarang, kenapa harus kita nikmati nanti?”.
Ada ilustrasi yang sangat memberkati banyak orang, yaitu sebuah kisah tentang Marshmallow. Konon ada seorang ilmuwan dapat melihat masa depan dengan memperhatikan bagaimana anak berusia empat tahunan berinteraksi dengan marshmallow. Para peneliti mengundang anak-anak, satu demi satu, masuk ke dalam sebuah ruangan kosong dan memulai siksaan halus. “Kamu bisa memiliki marshmallow ini sekarang,” katanya. “tetapi jika kamu menunggu sementara saya mengurus suatu keperluan, kamu bisa mendapatkan dua marshmallow ketika saya kembali.” Dan kemudian ia pergi.
Beberapa anak langsung mengambil marshmallow itu ketika si peneliti keluar. Yang lain menunggu beberapa menit sebelum akhirnya menyerah. Tetapi yang lain berketetapan hati untuk menunggu. Mereka menutupi matanya, membaringkan kepala mereka, menyanyi, bermain atau bahkan jatuh tertidur. Dan akhirnya mereka mendapatkan upanya, yaitu dua marshmallow.
Ketika anak tersebut berusia SMP, sesuatu yang luar biasa terjadi. Sebuah survey terhadap orang tua dan guru-guru yang ketika di usia empat tahun memiliki keuletan untuk menunggu marshmallow kedua pada umumnya bertumbuh menjadi remaja-remaja yang lebih mudah menyesuaikan diri, lebih popular, lebih berani, lebih percaya diri dan mandiri.
Sedangkan anak-anak yang cepat menyerah, menjadi anak yang kesepian, mudah frustasi, dan keras kepala. Mereka roboh di bawah tekanan dan tidak menyukai tantangan. Usaha kita untuk mendahului waktu Allah dapat merusak keindahan rencanaNya bagi kehidupan kita. (Pengkhotbah 3:1-8).
Segala sesuatu ada waktunya. Ada masa kita harus menimba ilmu, ada waktu kita harus memaksimalkan potensi kita, ada waktu dimana kita harus makan, ada waktu dimana kita harus liburan, ada waktu dimana kita harus menikmati dan juga ada waktu dimana kita akan berpacaran. Gunakanlah waktu sebaik mungkin pada waktu yang tepat. Kita perlu ingat bahwa sesuatu yang baik pada waktu yang tidak tepat adalah sesuatu yang tidak baik.
Prinsip 2 : Tujuan pacaran
Dari angket yang sama, saya juga bertanya tentang tujuan pacaran. Pertanyaannya adalalah seperti ini “Untuk apa sih kita pacaran?”. Dari angket tersebut, saya mendapatkan jawaban yang unik dan menarik. Antara lain sebagai berikut :
· Sharing tentang kehidupan
· Supaya mendapat perhatian
· Supaya ada yang kasi support dalam hidup kita
· Untuk cari pengalaman
· Ada yang nganterin kemana-mana
· Ada yang bayarin
· Mengasihi dia
Bila asalan berpacaran hanya yang disebutkan dari angket diatas, sahabat dan keluarga pun juga dapat memberikan. Bahkan mungkin lebih baik dari pacar kita. Dan apabila memang jawabannya hanya sampai disitu saja, maka penulis sangat yakin bahwa orang tersebut belum pantas untuk menjalin hubungan romantis dengan lawan jenis. Karena tujuan pacaran tidak sedangkal itu.
Makna dari pacaran jauh lebih dalam dibanding dengan alasan diatas, karena pacaran adalah tahap dimana kita seharusnya lebih mengenal terhadap pasangan hidup kita dan semuanya itu untuk mempersiapkan diri ke bangku pelaminan, yang disebut dengan pernikahan. Apabila kita belum siap menghadapi pernikahan, seharusnya kita jangan egois memberikan cinta kita terhadap kebutuhan emosional dan kebutuhan fisik orang yang kita cinta.
Apabila dua orang yang sedang jatuh cinta tidak bisa membuat suatu komitmen sakral dalam pernikahan, maka mereka tidak perlu mengejar percintaan, alangkah lebih baik bila mereka memaksimalkan potensi mereka selama masih jomblo. Karena apabila kita belum siap membuat komitmen, kita akan terjebak dalam kondisi “Dating Limbo”, artinya adalah kondisi stagnan, hubungan itu tidak menuju pernikahan tetapi juga tidak putus.
Selamanya orang yang menikmati kondisi ini, hanya akan merasakan kondisi Teman Tapi Mesra (TTM). Bila kita menikmati kondisi tersebut, akhirnya akan membuat sakit hati salah seorang pasangan. Kita harus punya target, kapan kita bisa berkomitmen untuk berpacaran dan kapan kita dapat berkomitmen untuk menikah. Jadi intinya adalah, bila kita belum siap untuk menikah, adalah baik bila kita tidak usah memutuskan untuk menjalin hubungan romantis yang disebut pacaran.
Prinsip 3 : Menjadi orang yang tepat
Sebelum kita mencari orang yang tepat, seharusnya kita menjadi orang yang tepat terlebih dahulu. Pola pikir kita sebagai anak muda, seringkali berusaha untuk mencari seseorang yang tepat bagi dirinya, mencari orang yang cantik, cakep, mempunyai badan yang menarik, pintar, seiman, dll. Tetapi sebenarnya apakah kita sudah menjadi orang yang tepat terlebih dahulu? Apakah kita sudah pantas untuk berpacaran? Inilah pertanyaan yang harus kita jawab terlebih dahulu.
Jangan pernah terlalu sibuk memikirkan siapa yang kita inginkan, sehingga kita lupa menjadi diri kita sendiri. Kita lupa bahwa ternyata ada banyak pekerjaan yang harus kita lakukan, kita lupa untuk menjadi Adam terlebih dahulu, yang memaksimalkan seluruh potensinya terlebih dahulu. Sebelum Adam memilih Hawa sebagai pasangan hidup, adam berusaha menjadi orang yang tepat terlebih dahulu. Inilah yang harus kita teladani.
Banyak yang dapat kita pelajari untuk menjadi orang yang tepat. Saya mencoba membuat hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menjadi orang tepat.
Antara lain adalah sebagai berikut :
√ Berlatih mengatur keuangan
√ Berlatih mengatur waktu
√ Berolahraga untuk mendapatkan kesehatan
√ Mengontrol nafsu birahi
√ Melakukan hal-hal praktis di rumah
Pria : mencari tahu tentang elektronik, otomotif, bangunan, listrik, dll
Wanita : belajar memasak, menjahit, mengurus adik, dll.
√ Pelayanan di Gereja
√ Berorganisasi di gereja, sekolah atau masyarakat
√ Banyak baca buku
√ Menjalin hubungan (Quality Time) dengan keluarga kecil dan keluarga besar
√ Mengikuti seminar LSD
√ Mengetahui perbedaan antara pria dan wanita
√ Menggali informasi dalam dunia maya
√ Mengikuti kegiatan yang sesuai dengan potensi kita
√ Bergaul kepada orang yang dapat mengembangkan potensi kita
Inilah hal yang dapat kita lakukan sebelum mencari orang yang tepat. Jangan sampai kita meninggal dan melihat kita terkubur bersama potensi kita, karena kita tidak pernah mengembangkan dan memaksimalkannya. Myles Munroe pernah berkata, “Matilah dalam keadaan kosong, matilah dengan dengan puas."
Prinsip 4 : Tanggung jawab pria dan wanita
Sebagai seorang pria dan wanita kita harus mengerti tanggung jawab pria dan wanita sebelum menjalin hubungan romantis. Ada hal yang harus kita perhatikan sebelum kita berpacaran, karena apabila tidak, hal ini akan menjerumuskan kita ke dalam lubang dosa.
Tanggung jawab wanita
Kaum hawa harus mengingat akan hal yang satu ini, sebenarnya kaum adam paling bergumul dengan matanya. Memang kaum Adam juga harus dingatkan, tetapi ini adalah tanggung jawab wanita. Karena seringkali yang ada, para pria jatuh juga karena wanitanya memang tidak pernah berpakaian sepantasnya, dan dapat menimbulkan nafsu birahi. Pria harus mengendalikan diri, wanita harus menolong dengan cara berpakaian yang sewajarnya.
Kaum adam paling mudah untuk berpikiran cabul, dalam tenggang waktu yang sangat singkat, yaitu 4 menit. Sepasang ahli psikologi yang beranama Allan & Barbara pease mengatakan bahwa Cara memuaskan seorang wanita adalah dengan: Belaian, pujian, kemanjaan, senangkan hatinya, aroma, pijatan, memperbaiki sesuatu, empati, nyanyian, sanjungan, dukungan, makanan, ketengan, giuran, humor, ketentraman, rangsangan, bujukan, dekapan, dll. Dan hanya satu cara memuaskan seorang pria adalah dengan : Dekati dirinya tanpa busana.
Yang menggairahkan wanita dan pria memang berbeda. Yang menggairahkan wanita adalah romansa, komitmen, komunikasi, keintiman, sentuhan tanpa seks, sedangkan yang menggairahkan pria adalah pornografi, kebugilan wanita, variasi seksual, pakaian dalam wanita, kebersediaan wanita. Jadi pada dasarnya, wanita dan pria memang diciptakan dengan keunikan masing-masing dan mempunyai kelebihan masing-masing.
Tanggung jawab pria
Bila kaum Hawa sudah mengetahui tanggung jawabnya, maka kaum Adam pun sudah ada tanggung jawabnya sendiri. Bagi para kaum Adam, yang patut diperhatikan adalah, ingatlah bahwa perlakukanlah seorang wanita sebagai perempuanmu. Jangan dijadikan obyek seksual ataupun jangan memainkan perasaan wanita, dengan memberikan harapan yang palsu.
Pria suka sekali memainkan perasaan wanita, lewat karisma yang dimilikinya. Apabila sudah puas dengan satu wanita, dengan mudahnya meninggalkan wanita tersebut untuk mendekati wanita lain. Dan seringkali yang ada adalah, kaum hawa selalu menjadi obyek penderita korban hawa nafsu lelaki.
Yang harus diingat bagi kaum adam adalah bila tidak mempunyai komitmen yang kuat untuk berpacaran yang menuju pernikahan, kita tidak layak memberikan perhatian romantis kepada lawan jenis. Apabila memang tidak menyukai, katakan dengan tegas, jangan memberikan harapan semu.
Prinsip 5 : Pilihan di tangan kita
Seringkali kita berpikir bahwa jodoh ada di tangan Tuhan. Untuk yang satu ini, saya tidak setuju. Jodoh bukan di tangan Tuhan, tetapi jodoh ada di tangan kita sendiri, kitalah yang menentukan pasangan hidup kita. Segala kekurangan dan kelebihan tentang pasangan hidup kita, semua adalah pilihan kita.
Dalam Kejadian 2 : 22 dikatakan bahwa “lalu dibawaNya kepada manusia itu”. Kata membawa dalam bahasa Ibrani asli diterjemahkan dengan kata “memamerkan”. Jadi pada saat itu, Tuhan hanya membawa manusia yang baru diciptakannya itu, yang bernama Hawa kedepan mata si adam. Tidak ada kata bahwa Adam harus menikahi atau mengawini Hawa, tetapi di Alkitab jelas tertulis, Tuhan hanya membawa atau memamerkan Hawa kepada Adam.
Kejadian 2 : 23 “Lalu berkatalah manusia itu : inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku." Maksudnya adalah, pada saat Adam pertama kali melihat Hawa, Adamlah yang menentukan pasangannya sendiri. Adamlah yang tertarik pertama kali. Karena melihat Hawa yang begitu menarik perhatian, maka Adam langsung berseru “Inilah dia”
Begitu pula dengan hidup ini. kita dapat memilih pasangan kita sesuka hati kita. Tetapi tetap harus dalam jalur Tuhan. Dan pada saat kita sudah menentukan siapa pasangan kita, maka kita harus bertanggung jawab atas pilihan kita sendiri, beserta dengan akibat-akibatnya. Sebagai anak Tuhan, sudah sepantasnya kita mencari anak Tuhan. Dan ingatlah kita bukan mencari kecocokan, tetapi mencari partner hidup atau pasangan hidup.
Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar