Sabtu, 26 Maret 2016

Kuasa Kebangkitan Kristus

Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” Fil 3:10-11

Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, hubungan dengan Allah terputus, keadaan rohani manusia yang sebenarnya telah mati dan perlu penebusan atas dosa manusia agar hubungan dengan Allah dapat dipulihkan.

Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan AllahRom 3:23.

"Syukur kepada Allah bahwa Dia telah mengaruniakan anakNya yang tunggal yaitu Yesus Kristus agar kita semua yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal." Yoh 3:16

Selain menerima keselamatan dari Kristus, kita juga menerima kuasa kebangkitanNya. Kuasa kebangkitanNya-lah yang akan menyembuhkan kita dari sakit penyakit, memberi kekuatan kepada yang lemah, memberi jalan keluar atas setiap masalah, mengadakan mujizat dengan menjadikan yang tidak ada menjadi ada dan mengalahkan setiap pekerjaan si iblis.

Bagaimana agar kita dapat hidup dalam kuasa kebangkitan Kristus?
1. Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Gal 2:20a
Paulus telah menyalibkan segala keinginan daging dan segala hawa nafsunya di dalam dirinya. Walaupun dibesarkan dan hidup sebagai orang terpelajar dan mengetahui serta menguasai banyak hal, tetapi dia menanggalkan segala keberadaannya dan membiarkan Kristus menguasai hidupnya. Segala hal yang sebelumnya dia anggap berharga, justru dia anggap sampah oleh karena pengenalannya akan Kristus. Pengenalan akan Kristus menjadi prioritas utama dalam hidupnya, sehingga Tuhan memimpin dan menuntun hidupnya serta memakai kehidupan Paulus dengan luar biasa.

Biarkan Kristus yang hidup dan menjadi raja dalam hidup kita. Singkirkan segala keangkuhan dan kesombongan hidup kita, agar Kristus dapat menjadi nyata dalam hidup kita. Tuhan akan membawa kita masuk ke dalam rencanaNya yang indah dan memakai kehidupan kita menjadi saksi dan teladan bagi banyak orang.

2.Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus Fil 2:5
Inilah kunci bagaimana Yesus dapat menanggalkan segala ke-Allah-anNya untuk menjadi manusia, merendahkan diriNya, rela dihina, direndahkan, disiksa dan bahkan sampai mati di kayu salib yang diperuntukkan bagi orang-orang jahat.
Keinginannya sebagai manusia dinyatakanNya pada saat Dia berdoa di taman Getsemani. Dia berdoa kepada Allah Bapa agar melalukan cawan yang harus diminumNya. Tetapi Dia juga berdoa supaya bukan kehendakNya sendiri yang jadi melainkan kehendak Bapa di surga.
Hiduplah dalam Firman Tuhan dan biarkan Kristus menguasai dan menuntun hidup kita. Belajar peka akan kehendak Bapa dalam hidup kita. Latih kepekaan dengan lebih banyak lagi membaca dan merenungkan Firman Tuhan. Dengan begitu kita akan lebih mengerti lagi pikiran dan perasaan dari Kristus.

Cobaan yang begitu berat, perselisihan, pertengkaran, segala kekecewaan dan berbagai masalah apapun dapat diatasi ketika kita memakai pikiran dan perasaan Kristus. Kita dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh semangat. Hidup kita akan menjadi berkat bagi banyak orang. Kita juga tidak lagi mementingkan diri sendiri melainkan juga memikirkan kepentingan orang lain, sama seperti Kristus yang rela berkorban bagi manusia.

3. “Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya” 1 Kor 15:27a
Kebangkitan Kristus sekaligus mendeklarasikan bahwa kematian dan maut tidak dapat menguasai diriNya. KebangkitanNya dari kubur menyatakan bahwa Kristus dapat menaklukkan kuasa maut.
Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.” Why 1:17b-18

Iblis adalah bapa penipu dan dia akan selalu menipu kita dengan segala tipu muslihatnya. Iblis tidak suka jika kita menerima keselamatan dari surga dan dia akan berusaha dengan segala cara untuk dapat menarik kita untuk jatuh kembali kepada dosa.
Segala tuduhan yang muncul dari dalam pikiran kita merupakan salah satu cara dari iblis agar kita tidak menggunakan kuasa yang telah diberikan kepada kita. Iblis akan selalu mengintimidasi/membuat kita merasa tidak layak dan kalah dalam setiap pergumulan kita.

Jangan mau diperdaya oleh si iblis, karena Yesus Kristus telah menang untuk memberi kita kemenangan. Cukup satu kali saja karya salib Kristus dan kita menjadi menang untuk selamanya.
Singkirkan segala keraguan dan tudingan yang muncul dalam pikiran kita, yakinlah dan gunakan kuasa yang telah diberikan bagi kita untuk mengalahkan musuh, sehingga kita dapat berkata, “Hai iblis, kau tidak berhak lagi menganggu hidupku!”

Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?1 Kor 15:54b-55

Kebangkitan Kristus memberikan kita keselamatan sekaligus kuasa untuk menjalani hidup ini sebagai pemenang. Mari raih kemenangan itu dengan hidup berjalan bersama Kristus.

Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

Rabu, 23 Maret 2016

The True Worshiper!!!

"Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam : "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang." Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendakMu semuanya itu ada dan diciptakan." ( Wahyu 4 : 8-11 )

Rasul Yohanes diperlihatkan apa yang terjadi di ruang takhta dimana Raja duduk di atas segala raja di atas takhta. Yohanes melihat suatu pemandangan sorgawi yang menunjukkan kegiatan yang berlangsung siang dan malam. Kegiatan ini tiada hentinya. Kegiatan ini merupakan hal yang terutama dan prioritas yang berlangsung di ruang takhta yang dahsyat itu. Kegiatan itu adalah PENYEMBAHAN. 

Yesus mengajar kita berdoa "datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga". Apa yang terjadi di sorga juga dikehendaki oleh Tuhan untuk terjadi di bumi ini. Oleh karena PENYEMBAHAN itu hal yang prioritas di ruang takhta Allah, makaPENYEMBAHAN juga harus menjadi hal yang prioritas di bumi ini didalam hidup setiap anak-anak Tuhan, the true worshipper.

Kita diciptakan untuk menjadi imam-imamNya. Kita dipanggil untuk menyenangkan Dia lewat PENYEMBAHAN. Panggilan tertinggi kita adalah melayani Dia di hadiratNya. Sebagai imam-imam Allah, penting bahwa kita melayani orang lain - mendoakan orang sakit, bersaksi, mengajar, berdoa syafaat, dan lain-lain. Namun, pertama-tama kita harus melayani Tuhan. Ini panggilan tertinggi kita dan kita harus menjadikannya prioritas utama kita." 
Tuhan juga bertanya mengenai prioritas yang harus dipilih oleh Pdt. Niko Njotorahardjo, sewaktu bapak Niko berdoa. Tuhan bertanya "manakah menurut engkau yang lebih penting, menjadi pengkhotbah atau menjadi penyembah?". Ini juga merupakan suatu pertanyaan yang sangat mendasar bagi setiap kita, baik jemaat maupun pelayan pujian penyembahan.

PENYEMBAHAN membawa transformasi dalam hidup kita. Setiap kali kita menyembah Dia, sesungguhnya kita sedang masuk dan berada dalam ruang takhta Tuhan. Setiap kali kita menyembah, kita menyaksikan kedahsyatan hadiratNya dengan mata iman kita. Hal ini membawa dampak perubahan yang dramatis dalam hidup kita. 2 Korintus. 3:18 menyatakan "dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambarNya, dalam kemuliaan yang semakin besar." 
Kulit wajah Musa menjadi bercahaya ketika Musa meluangkan waktu yang cukup lama dalam hadirat Tuhan. Dari contoh Musa ini kita mengerti bahwa ada perubahan yang terjadi sewaktu kita bertatapan muka dengan Tuhan didalam PENYEMBAHAN. Kita diubahkan semakin menjadi serupa dengan gambaran Kristus di hadiratNya. Di akhir zaman ini Tuhan semakin memanggil kita mengambil waktu secara pribadi menyembah Dia. Semakin sering menyembah semakin besarlah perubahan dan kemuliaan Tuhan didalam hidup kita.
Gereja Tuhan perlu semakin sering mengadakan ibadah penyembahan bagi Indonesia. Indonesia pasti mengalami lawatan Tuhan sehingga terjadi transformasi dan penuaian jiwa besar-besaran pasti terjadi.

"Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan karena lawanMu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam." (Mazmur 8:3). 
"Kata Yesus kepada mereka: "Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?" (Matius 21:16b). 

PUJIAN dan PENYEMBAHAN adalah kekuatan yang Tuhan telah letakkan untuk membungkam musuh. Bahkan hal itu telah Tuhan berikan sejak kita bayi dan kanak-kanak. Dalam sejarah alkitab, kita tahu bahwa Allah melakukan perkara yang besar dan dahsyat didahului dengan PUJIAN dan PENYEMBAHAN dan diakhiri juga dengan PUJIAN dan PENYEMBAHAN. Yosafat maju berperang didahului dengan pujian pasukannya. Selepas Tuhan menolong bangsa Israel keluar dari Mesir, Musa dan bangsa Israel menaikkan nyanyian pujian kepada Tuhan (Keluaran 15). Ada kuasa dalam PUJIAN dan PENYEMBAHAN. Tuhan telah menyatakan bahwa penuaian akan datang melalui gelombang kesembuhan dengan cara yang baru, yaitu dengan cara PUJIAN dan PENYEMBAHAN. Tuhan sedang menunjukkan kuasa dan kekuatan didalam PENYEMBAHAN yang sanggup mematahkan dan menghancurkan kuasa sakit penyakit, baik sakit fisik, jiwa maupun finansial. Tuhan sedang menyembuhkan Indonesia dengan cara yang baru ini dan Indonesia pasti dituai bagi kemuliaan Tuhan.

Kita perlu kembali kepada kasih yang semula. Yesus adalah kasih mula-mula kita. Karena itu memprioritaskan PENYEMBAHAN menjadi bukti bahwa kasih yang semula itu tetap ada dalam hidup kita. Tuhan adalah pokok pujian kita karena Dia telah melakukan perkara yang besar dan dahsyat yang telah kita lihat dengan mata kita sendiri. Dan Ia akan terus melanjutkan perbuatan-perbuatanNya yang dahsyat bagi kita dengan maksud menjadikan kita lebih dari pemenang. Kita harus terus panas dan bergairah dengan Tuhan dengan menjadikan PENYEMBAHAN hal yang utama dalam hidup kita. Dirikanlah mezbah dan keep ON FIRE!!!

Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

Selasa, 22 Maret 2016

Berdoa? Penting??

Berdoa? Penting??

Pertanyaan di atas dirubah saja begini, “Mengapa kita merasa penting untuk berdoa, atau mengapa kita mau/harus berdoa?”

Setujukah Anda bahwa, setiap yang kita kerjakan seharusnya kita tahu alasan, dasar atau tujuan kita mengerjakannya, karena dengan demikian barulah kita dapat melakukannya dengan baik dan benar. 

Bagaimana kalau kita melakukan sesuatu karena ada seseorang yang mengatakan bahwa  kita harus melakukannya, tanpa memberikan alasan mengapa kita harus melakukan hal itu. Bagaimana perasaan kita? Apakah kita akan melakukannya dengan tulus, dengan baik?

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa kita adalah hamba bagi Tuhan. Dan dari pengertian hamba ini, maka seorang hamba tidak perlu tahu apa alasan hamba itu melakukan sesuatu. Seorang hamba hanya melakukan segala sesuatu seperti apa yang diperintahkan oleh tuannya. 

Tetapi jangan lupa, Alkitab juga mengatakan bahwa orang percaya bukan hanya hamba, tetapi juga anak Tuhan, sahabat-Nya, bahkan mempelai perempuan-Nya. Kalau kita berangkat dari beberapa pengertian yang terakhir ini maka, seorang anak harus mengetahui alasan atau dasar dari sesuatu yang diperintahkan oleh bapaknya untuk dikerjakannya, supaya si anak dapat mengerjakan semua perintah dengan baik. Demikian pula halnya dengan seorang sahabat yang melakukan sesuatu untuk sahabatnya, apalagi seorang mempelai. 

Melalui pengertian dari pembahasan singkat tersebut, apakah kita boleh bertanya kepada Tuhan suatu pertanyaan, “Tuhan mengapa kami harus berdoa?” Apakah Tuhan yang berdaulat itu dan yang Mahakuasa itu memerlukan peran serta kita atau tidak? Apakah doa-doa kita benar-benar diperlukan oleh-Nya. Kalau ‘ya’ mengapa?

John Wesley mengatakan, “Tuhan tidak melakukan apapun di dunia kecuali memberikan jawaban doa-doa yang penuh iman”. Kalau hamba Tuhan yang dipakai sebagai tonggak kebangunan rohani pertama di dalam Gereja Tuhan ini sampai mengatakan demikian, pasti ada sesuatu tentang doa yang harus kita pahami dan lakukan. Sementara itu bukankah Tuhan itu berdaulat, absolute dalam segala pikiran, tindakan dan keberadaan-Nya, yang pada hakekatnya Dia tidak memerlukan dan atau tergantung pada siapapun.  Jadi bolehkah atau benarkah kalau kita mencari dasar atau alasan mengapa kita berdoa. 



Rencana Tuhan pada mulanya
Tuhan tidak menciptakan kita sebagai robot-robot, yang tanpa perasaan, pengertian mengerjakan saja apa yang diperintahkan-Nya. Manusia pada mulanya diciptakan serupa dan segambar dengan Tuhan. Jadi kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan memberikan perintah kepada kita untuk melakukan sesuatu tanpa Dia memberikan alasan mengapa kita harus melakukan itu. Pasti ada alasan atau dasar yang benar yang sudah diberikan-Nya, mengapa Dia memerintahkan kita untuk berdoa. Jawabannya pasti ada di dalam Alkitab. Oleh sebab itu mari kita selidiki.  

Adam, sebenarnya bukanlah sebuah nama. Kata Adam dalam bahasa Ibrani berarti manusia. Di dalam Kejadian 1:26-28 Tuhan memberikan perintah kepada manusia (Adam) disertai pendelegasian otoritas (ayat 26) dan kuasa & otoritas (ayat 28) (di dalam Amp. Bible dikatakan complete authority,  subdue and have dominion) untuk menjalankan pemerintahan Allah atas seluruh bumi dan isinya. (Baca juga Mazmur 8:4-9). 

Adam, wakil Tuhan di muka bumi
Kita baca Mazmur 115:16, “Langit itu langit kepunyaan Tuhan, dan bumi itu telah diberikan-Nya kepada anak-anak manusia”. Bumi diberikan (untuk dijaga, dikuasai, dipelihara) kepada manusia. Kata manusia di dalam nats ini dalam bahasa Ibraninya adalah Adam. Sebagai wakil-Nya, manusia diberikan tanggung jawab untuk mengatur bumi. Sekali lagi, Adam (manusia) ditugaskan Tuhan untuk menjadi penjaga, pemelihara bumi dan berkuasa atas bumi. 



Arti dari kata “WAKIL” (Representation)
Dalam bahasa Inggris kata wakil bermakna “to present again” = “represent” some one. Jadi Adam sebagai wakil Tuhan, menampilkan gambaran Tuhan di bumi. Adam serupa dan segambar dengan Tuhan, berarti gambaran Tuhan dapat dikenali melalui Adam. Karena kuasa dan otoritas yang diberikan-Nya kepada Adam, maka Adam mewakili Tuhan dengan kuasa dan otoritas penuh atas bumi, dan melalui Adam, Tuhan dinyatakan di seluruh bumi. 

Selain itu, sebagaimana Tuhan dapat memberikan atau memindahkan kuasa dan otoritas kepada pihak lain, demikian juga Adam (karena kesegambaran dan keserupaannya dengan Tuhan) dapat memungkinkan hal ini terjadi. Baca Luk 4:6-7, saat itu Yesus tahu bahwa iblis masih mempunyai otoritas atas dunia ini, karena otoritas yang diserahkan Adam saat Adam tunduk kepada iblis dengan melakukan kehendaknya ketimbang kehendak Tuhan. Oleh sebab itu Yesus juga menyebut iblis sebagai penguasa (dalam bahasa Yunani – penguasa utama) dunia (lihat Yoh 12:31 ; 14:30 ; 16:11). Sebutan penguasa (utama) dunia ini pada awalnya adalah milik Adam. 

Tetapi Yesus melalui salib sudah membuat iblis bertekuk lutut, dan dia dipaksa (karena kekalahannya) mengembalikan otoritas (baca Mat 28:18 – kata kuasa yang ditulis dalam ayat ini dalam bahasa Yunaninya adalah exousia yang berarti otoritas), yang pernah diberikan oleh Tuhan kepada Adam. Harus diingat baik-baik, bahwa karya salib yang dijalani Yesus melibatkan Yesus yang saat itu sepenuhnya adalah manusia. Dia tidak sama sekali melibatkan sisi KeTuhanan-Nya, bahkan Bapa pun meninggalkan Dia. Dalam posisi dan kondisi sepenuhnya manusia inilah Yesus disalibkan, walaupun Dia tidak bersalah dan tidak berdosa sama sekali. Melalui peristiwa ini iblis dilucuti dan dikalahkan, dan dia harus menyerahkan segala otoritas yang diperolehnya dari Adam, kembali kepada Yesus (baca Mat 28:18).

Mulai sejak saat itu, setiap orang yang percaya kepada Yesus, dipulihkan kembali sebagai wakil Tuhan di seluruh bumi karena di dalam Yesus setiap orang percaya memiliki kembali kesegambaran dan keserupaan dengan Tuhan (Baca 2Kor 3:16-18). Melalui Yesus, kuasa untuk mengatur, memelihara, menjaga seluruh bumi ini dengan otoritas yang penuh (seperti saat Adam belum jatuh ke dalam dosa) sudah dikembalikan kepada orang percaya. Mulai saat itu, setiap orang percaya, dimana pun dia ada dan kemana pun dia pergi (seharusnya) selalu membuat orang lain melihat Tuhan di dalam dirinya. 



Sesudah semua pemulihan yang dilakukan Yesus, 

lalu bagaimana tentang doa?
Baca Matius 6:10. Mengapa Yesus mengajarkan kita, untuk meminta di dalam doa supaya kerajaan Sorga datang dan kehendak Tuhan jadi di bumi ini seperti di dalam Sorga. Bukankah kalau Dia Tuhan yang mutlak, maha kuasa, berdaulat, dan semua keputusan-Nya didasarkan atas kedaulatan-Nya sendiri pada hakekatnya tidak memerlukan kita untuk berdoa bagi kerajaan-Nya datang. Dia mau atau tidak mau, waktu nya kapan, bukankah tergantung kepada keputusan-Nya sendiri? Karena Dia berdaulat dan mutlak? 

Simak baik-baik Matius 6:11 (Mengapa kita harus berdoa bagi makanan kita?). Bagaimana dengan Matius 9:38, kenapa kita yang disuruh minta kepada Tuhan (di dalam doa) untuk Dia mengirimkan pekerja-pekerja? Juga 2Tes 3:1, mengapa kita diminta untuk berdoa supaya Firman Tuhan terus mendapatkan kemajuan dan dimuliakan, bukankah Dia berdaulat untuk membuat maju Firman-Nya sendiri?



Bagaimana jawabmu?
Jawabannya hanya satu yaitu bahwa Tuhan memilih bekerja melalui manusia, karena manusia adalah wakil-Nya di seluruh bumi. Dia menunggu kita mendoakan sesuatu untuk dijadikan-Nya di bumi, karena kita adalah perpanjangan tangan Tuhan, dan Dia sudah mendelegasikan mandat penuh, disertai dengan suatu pertanggungjawaban dari pihak kita. Jadi kalau sesuatu tidak terjadi karena kita tidak berdoa, itu semua adalah tanggung jawab kita. Karena Tuhan akan mengerjakan apapun yang kita minta untuk membangun Kerajaan-Nya di muka bumi ini, karena Kerajaan-Nya juga Kerajaan di mana kita tinggal di dalamnya dan dibuat untuk kita (Baca Ef 1:22-23). 

Baca tentang Elia dari 1Raja2 18. Apa yang terjadi saat Elia berdoa?  Baca Daniel 9, bagaimana Anda melihat Daniel menanggapi suatu nubuatan yang dibacanya?, membiarkannya saja atau mendoakannya supaya segera terjadi?

Tuhan perlu doa-doa kita, baca Yehezkiel 22:30-31. Karena kita adalah mitra Tuhan dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Kerajaan di bumi ini. 

Umat Tuhan berdoa, Tuhan bertindak. Umat Tuhan adalah teman sekerja-Nya, dalam menghadirkan Kerajaan Surga di bumi ini seperti di Surga.
" Apakah Sekarang Anda mau berdoa? "



Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

Sabtu, 19 Maret 2016

Persembahan yang berkenan

Persembahan yang berkenan dan tidak berkenan dapat kita temukan didalam alkitab untuk sebagai pembelajaran untuk kita. Persembahan yang diberikan oleh habel, daud, salomo, dan persembahan yang diberikan oleh janda miskin. Sedangkan persembahan yang tidak berkenan adalah persembahan yang diberikan oleh kain dan saul. Berikut ini kita akan mempelajari satu persatu mengapa persembahan yang satu berkenan kepada Allah sedangkan persembahan yang lain tidak berkenan kepada Allah. Padahal, masing-masing orang yang sama-sama mempersembahkan korban di hadapan Tuhan.

1. Ketaatan atau ketidaktaatan (1 Samuel 13:1-22)
Pada saat saul menghadapi pertempuran melawan orang filistin di gilgal, ia sedang menghadapi keadaan yang sangat menekan. Semua rakyat israel yang mengikutinya merasa gementar. Ia menunggu kedatangan nabi samuel selama tujuh hari, seperti waktu yang ditentukannya dulu, namun nabi itu kelihatan tidak datang. Akhirnya, ia menyuruh bawahannya untuk membawa persembahan. Baru saja ia mempersembahkan, tampak nabi samuel datang.

Mungkin kelihatan apa yang dilakukan saul itu benar, bahwa ia dan rakyatnya sangat terdesak. Mereka belum meminta belas kasihan Tuhan agar dapat memenangkan pertempuran. Dari pada tidak ada orang yang mempersembahkan maka ia berinisiatif untuk mempersembahkan sendiri kurban tersebut. Padahal kita tahu jabatan saul hanya sebagai raja bukan sebagi iman.
Meskipun saul mempersembakan kurban, hal tersebut malah membuat Tuhan murka. Bukan korbannya yang menjadi perhatian Tuhan namun ketidaktaatan saul. Saul tidak taat dan sabar untuk menanti waktu Tuhan. Ia lebih takut kepada rakyat dari pada Tuhan yang mau meninggalkannya.

Hati saul tidak tertanam pada Tuhan, melainkan tertanam pada kerajaan dan rakyatnya. Lihatlah karena ketidak taatan saul, Tuhan tidak memberkatinya lagi dan kerajaannya diserahkan kepada orang lain.
Agar persembahan kurban kita berkenan dihadapan Allah, kita harus memiliki hati yang taat kepada Allah.

2. Motivasi yang benar dan motivasi yang salah (Kisah Para Rasul 5:1-11)
Ananias dan safira istrinya, menjual tanah dan memberikan kepada para rasul agar dikelola. Mereka berdua sepakat menahan sebagian hasil penjualan tanahnya dan sebagian lagi diberikan untuk persembahan. Mereka berdua akhirnya mati karena telah berdosa dengan mendustai Roh Kudus.

Yang membuat persembahan mereka tidak berkenan motivasi dan tujuan mereka yang tidak benar. Mereka mendustai Roh Kudus supaya mendapat nama dan ketenaran. Mereka melihat banyak saudara-saudara mereka yang mempersembhakan harta mereka untuk pelayanan. Semuanya diberikan kepada Tuhan supaya para janda dan orang-orang yang miskin dapat dijamah kasih Tuhan. Ananias dan safira sepertinya ingin seperti orang lain. Motivasi mereka salah. Namun sayang, mereka mencintai uang dan hartanya dan terjebak dalam dosa kebohongan. Akar kejahatan mereka adalah cinta akan uang sehingga mereka menyembah mamon sekaligus Tuhan. Dan Tuhan tidak suka dengan hal tersebut.

Motivasi yang salah dalam mempersembahkan persembahan, takkan mendapat arti apa-apa dihadapan Tuhan. Sekali lagi, Tuhan mengetahui hati. Tuhan tidak bisa dibohongi dengan penampilan kita.

3. Perilaku dan tindakan yang benar serta yang tidak benar dihadapan Tuhan (Kejadian 4)
Tuhan menerima persembahan habel karena dia menghampiri Allah dengan iman yang benar.
“Karena iman habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahannya itu dan karena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati.” Ibrani  11:4
Dalam ayat lain kita juga dapat melihat bahwa perbuatan kain jahat dan perbutan adiknya benar.
“Bukan seperti kain, yang berasal dari si jahat dan yang membunuh adiknya. Dan apakah sebabnya ia membunuhnya? Sebab segala perbuatannya jahat dan perbuatan adiknya benar.” 1 Yohanes 3:12
Jelas bahwa Tuhan lebih suka melihat tindakan kita yang benar dihadapan-Nya dari pada kita mempersembahkan sebuah kurban, tapi kita masih berjalan menurut keinginan hati kita sendiri.

Dalam Kejadian 4 kita akan melihat bahwa kain mempersembahakan sebagian dari hasil ia bercocok tanam. Sedangkan habel mempersembahkan yang sulung dari hasil ternaknya. Lihatlah bagaimana habel mempersembahkan yang terbaik dari apa yang Tuhan berikan kepadanya. Tetapi kain hanya mempersembahkan sebagian dari hasil pertaniannya.

Kata “sebagian” ini begitu menggelitik saya. Sebagian bisa berarti kecil, bisa berarti besar, bisa sisa, bisa yang terbaik. Namun, dalam alkitab tidak disebutkan sebagian dari apa. Tapi alkitab mencatat bahwa tindakan kain itu jahat di mata Tuhan. Tuhan tidak suka diberikan sisa dari kita. Mari kita merenungkan sebentar, saat anda lapar dan haus, anda pesan makanan dan minuman disuatu kedai. Disana, pemilik kedai memberikan makanan dan minuman sisa dari pelanggan yang lain. Apakah anda bisa memakannya, apakah yang anda rasakan bila anda ada diposisi orang tersebut.

Allah tidak suka kita memberikan persembahan kepada-Nya, namun sikap hidup kita tidak mengalami perubahan sesuai dengan akal budi kita dalam Kristus.

4. Bukan kuantitas tetapi kualitas (Lukas 21 : 1-4)
Tuhan Yesus juga mengajarkan kepada kita bagaimana Allah menilai pemberian. Menurut Tuhan Yesus pemberian seseorang bukan ditentukan oleh jumlah yang ia berikan, tetapi oleh kualitas pengorbanan yang terlibat dalam pemberian itu.

Suatu ketika Tuhan Yesus mengamati orang-orang yang memberikan persembahan dibait Allah. Ada seorang janda tua yang memberikan dua peser. Menurut Tuhan Yesus, janda itu memberikan yang paling besar diberikannya kepada Allah meskipun jumlahnya sedikit. Sedangtkan orag kaya dalam cerita tersebut memberikan persembahan banyak, namun itu hanya diambil dari sebagian uanganya.

Kita dapat menerapkan prinsip-prinsip tersebut diatas di setiap aspek kehidupan kita. Tuhan Yesus menilai kita bukan dari seberapa banyak yang kita kerjakan, atau keberhasilan yang kita raih namun berdasarkan kadar pengabdian, pengorbanan, iman, dan kasih yang tulus yang ada didalamnya. Jumlah boleh banyak, namun jika tidak dengan rela hati dipersembahkan itu dapat membuat persembahan anda tidak berkenan dihadapan Tuhan.

Salam Revival!!!Tuhan Yesus memberkati

Senin, 14 Maret 2016

Konsisten terhadap Komitmen

Siapa pernah nonton film "The Book of Eli"? Didalam film ini, menggambarkan keadaan dunia setelah pengangkatan, setelah Tuhan Yesus datang kedua kalinya. Keadaan dunia pada saat itu kayak gurun pasir, orang-orang saling mencuri, menyakiti, bahkan membunuh demi mempertahankan hidup. Pokoknya kehidupan kacau banget deh, istilah kerennya 'parah beut'.

Nah si Eli ini memiliki tujuan untuk pergi ke Barat melindungi sebuah buku dan mengantarkannya sampai tujuan akhir. Di lain pihak, ada oknum yang berupaya untuk merebut buku itu soalnya gosip-gosip yang beredar, buku itu bisa dipakai untuk menguasai dunia.

Tapi, sebenarnya yang mau dibahas bukan soal film ini. Yang mau kita bahas adalah bagaimana bisa menjadi Eli yang konsisten menjalani tujuannya, walaupun diterpa badai.

"Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." Roma 12:11

Tuhan mau kita terus 'menyala-nyala' dalam melayani Dia. Kita mesti harus terus bersemangat dalam melayani Tuhan.

Nah, sayangnya, kebanyakan anak Tuhan, termasuk saya, bisanya ngomong doang. Buat komitmen untuk terus melayani Tuhan itu gampang banget, tinggal say it! Yang susah itu adalah konsisten terhadap komitmen kita itu.

Jadi, bagaimana supaya bisa terus 'menyala-nyala'?

Manusia itu dikatakan hidup karena 3 unsur: (1 Tesalonika 5:23)
1. Tubuh
Tubuh adalah unsur lahiriah manusia, unsur daging yang dapat dilihat, didengar, disentuh, dan sebagainya.
2. Jiwa
Jiwa adalah unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia meliputi beberapa unsur, pikiran, emosi (perasaaan) dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir, Dengan perasaannya manusia dapat mengasihi dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih.
3. Roh
Roh adalah prinsip kehidupan manusia. Roh adalah nafas yang dihembuskan oleh Allah ke dalam manusia dan kembali kepada Allah, kesatuan spiritual dalam manusia. Roh adalah sifat alami manusia yang 'immaterial' yang memungkinkan manusia berkomunikasi dengan Allah, yang juga adalah Roh.

Ketiga unsur ini dikenal dengan sebutan "TRIKHOTOMI".

Ketiga unsur ini perlu diberikan asupan agar dapat terus bertahan. Kalau tubuh sudah jelas harus diisi dengan makanan agar bisa terus bertahan, gak jadi kerempeng n kekurangan gizi. Sementara kalau jiwa, biar gak stress dikasih hiburan. Dan untuk roh, kita perlu mengisinya dengan Firman Tuhan.

Nah, yang penting perlu kita ketahui adalah tubuh dan jiwa itu bisa kenyang, tapi Roh gak bisa kenyang. Kalau suatu waktu kita merasa puas dengan Firman-Firman yang kita terima berarti tanpa sadar kita mengandalkan jiwa kita untuk menangkap Firman Tuhan. Akibatnya kita akan merasa bosan dengan Firman-Firman Tuhan sehingga kita jatuh ke dalam dosa.

Terkadang itulah yang salah dalam pelayanan kita, kita berusaha untuk memuaskan jiwa kita dengan pelayanan. Namun bukan berarti memuaskan jiwa itu gak penting loh? Kadang-kadang itu pula yang dicari oleh jemaat. Namanya juga menarik jiwa kan? Bukan menarik roh.

Lalu, apa yang menyebabkan api Roh kita padam: jawabannya singkat jelas dan padat, yaitu: dosa. (baca: Yesaya 59: 1-2)

Untuk kita para pelayan Tuhan, ada 2 hal yang seringkali memadamkan api Roh kita:
1. Kesombongan
Yaah.. Lucifer juga jatuh karena hal ini kan? Keinginannya untuk menyamai Tuhan. Untuk itu kita pelayan-pelayan Tuhan perlu berjaga-jaga terhadap hal ini. (baca Yesaya 14:12-15)
Hati-hati dengan hatimu!

2. Kebencian / Kepahitan
Bagaimana kita bisa sepenuh hati (berapi-api) dalam pelayanan kita, kalau kita sedang kepahitan/membenci orang lain. Tuhan juga bilang dalam Firman-Nya di Matius 5:23-24: "Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada di dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahan itu."

Buat komitmen itu gampang, tapi untuk konsisten terhadap komitmen kita? Sanggup? Harus. Karna kita anak-anak Allah.

Kalau hari-hari ini kita sedang dalam keadaan sombong, kepahitan atau kebencian, saran saya lebih baik mundur/cuti dulu. Mundur di sini bukan berarti keluar dari pelayanan loh? Mundur maksudnya minta ampun sama Tuhan dan bereskan semua dosa-dosamu.


Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

Jumat, 11 Maret 2016

Respon ketika menanti janji Tuhan

Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” (Kej. 15:5)
  

Pekerjaan yang paling tidak mengenakkan adalah menunggu. Ini yang terjadi dalam rumah tangga Abraham dan Sara. Tuhan sudah berjanji akan menjadikan Abraham sebagai bangsa yang besar, bahkan secara jelas janji tentang keturunan yang tak terhitung banyaknya (Kej. 15:5). Dalam perjalanan penantian yang sudah sepuluh tahun tapi tidak kunjung datang janji itu, membuat Sara mengambil jalan pintas, yaitu dengan memberikan Hagar sebagai isteri Abraham dengan harapan Sara bisa menggendong momongan. Ketika Sara bertindak di luar rencana Tuhan, maka persoalan bertambah rumit (Kej. 16:3-5).

Pada waktu kita memperoleh janji Tuhan, atau ketika kita berdoa dan mempercayai bahwa Tuhan akan membuat mujizat, maka ada jarak dalam menanti penggenapan janji Tuhan. Berapa lama? Seminggu? Sebulan? Atau setahun?  Yang penting bagi kita bukan kapan, tetapi bagaimana respon kita saat kita menanti janji Tuhan tersebut.

Banyak orang Kristen yang tidak sabar dan akhirnya gagal dalam separuh perjalanan imannya karena memaksakan kehendaknya untuk cepat-cepat mengalami mujizat. Satu hal yang harus kita ingat bahwa Allah tidak mungkin berdusta. Dia tak pernah ingkar janji. Dia memiliki tujuan yang pasti dalam segala sesuatu yang Ia kerjakan, termasuk hal-hal yang kita anggap Allah menunda atau lambat pertolongan-Nya.          
Yusuf, misalnya, ia sudah dua kali diberi mimpi akan menjadi seorang penguasa (Kej. 37:8), tapi kenyataanya ia malah dibenci, dianiaya, dan dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya. Justru melalui kesengsaraan yang dialami Yusuf itu malah menghantarkan dia menjadi seorang penguasa Mesir.

Bagaimana respon kita dalam menanti janji Tuhan? Percayai bahwa segala sesuatu ada waktunya termasuk mananti janji Tuhan (Peng. 3:1&11). Waktu kita dengan waktu Tuhan beda, tetapi yang pasti saat Allah berjanji, apa yang Ia janjikan itu sudah ada. Tuhan sudah menetapkan waktu untuk Abraham, dan Abraham harus menunggu. Saat Daud sudah dilantik menjadi raja, tidak otomatis ia memegang tampuk pemerintahan, sebaliknya ia harus menunggu waktu Tuhan, bahkan ia dikejar-kejar Saul yang hendak membunuhnya. Tetapi Daud memiliki respon: ia percaya waktu Tuhan, itu sebabnya ia sabar menunggu janji Tuhan.

Saat Ribka, isteri Ishak, mandul, bagaimana respon Ishak dalam menanti janji Tuhan? Ia tidak membuat mujizat sendiri, sebaliknya ia berdoa dan terus berdoa (Kej. 25:20-26). Ia berdoa tiada henti, dua puluh tahun ia berdoa. Ini juga yang harus menjadi respon kita saat pergumulan kita belum dijawab oleh Tuhan. Jadi tetaplah sabar dan berdoa. Jangan berputus asa, jangan berhenti berdoa, tetap nantikan janji Tuhan.

Mengapa Allah sepertinya mengulur-ulur waktu dan membuatnya begitu sulit. Mengapa Ia tidak membuat segala sesuatu terjadi lebih cepat? Mengapa kita harus menunggu? Pada waktu kita menunggu, Allah sedang menguji iman kita supaya kita memiliki iman yang murni (1 Pet. 1:6-7). Sama seperti Yusuf ketika diperhadapkan kesengsaraan sebagai budak, maka imannya nampak sebagai iman yang murni, sebab ia takut akan Tuhan dan menolak ajakan tante potifar untuk berzinah.

Jangan tergesa-gesa untuk memperoleh jawaban, ketahuilah bahwa Allah hendak membentuk kemurnian iman kita, dan percayalah bahwa untuk segala sesuatu ada waktunya, sabarlah dan tetap berdoa, Tuhan pasti menyatakan mujizat-Nya dalam hidup kita.

Salam Revival!!! Tuhan memberkati.

Kamis, 10 Maret 2016

High Quality Jomblo

Alone VS High Quality Jomblo
Alone dalam bahasa Indonesia dapat penulis artikan sebagai keadaan seseorang yang terisolasi, tertutup, kesepian, tidak mau bergaul, potensinya tidak maksimal, tidak utuh, tidak komplit, seorang diri, Sendirian. Sedangkan high quality jomblo dapat saya artikan; utuh, tunggal, bisa bergaul, berprestasi, komplit, mempunyai tujuan hidup, tidak tergantung pada orang lain, dekat dengan Tuhan, potensi hidupnya maksimal.

Menjadi anak muda yang jomblo dan berkualitas, jaman sekarang ini jarang ditemukan. Hal ini disebabkan karena banyak yang menyia-nyiakan waktu yang sudah diberikan. Setiap orang mempunyai waktu yang sama, yaitu 24 jam/sehari. Dalam waktu yang sama ada yang menggunakan waktu dengan memaksimalkan talenta dari yang dia miliki, ada juga yang bermalas-malasan.

Sesungguhnya pacaran tidak ada gunanya bila kita belum menjadi jomblo yang berkualitas, saya bukan mengharapkan seseorang untuk menjadi sempurna terlebih dahulu, baru boleh pacaran, tetapi dalam kehidupan pada saat dia masih jomblo, seharusnya dia menggunakan waktu itu menjadi berkualitas (High Quality Jomblo).

Apa kata alkitab?
Dalam kejadian 2 : 18 dikatakan bahwa “Tidak baik kalau manusia itu Seorang Diri saja.” Sedangkan dalam alkitab versi NIV, dikatakan bahwa “it is not good for the man to be alone.” Manusia itu yang dimaksudkan dalam alkitab adalah Adam. Jadi Adam dalam kacamata Tuhan, tentang menjalin hubungan dengan sesamanya masih dapat dikatakan alone. Yang berarti Adam tidak baik sendirian, karena pada saat itu, adam hanya seorang diri. Tetapi dalam kualitasnya sebagai manusia yang seorang diri pada saat itu, adam termasuk High Quality Jomblo.

Adam dapat dikatakan High Quality Jomblo karena pada saat itu, di dalam kesendiriannya, dia dapat berkreasi dari apa yang dia mampu kerjakan. Jadi pada saat masih single, ia memaksimalkan potensi yang dimilikinya, antara lain yang dia kerjakan adalah memberi nama seluruh binatang, mempunyai hubungan yang dekat dengan Tuhan, tidak mengeluh bekerja sendirian, mengusahakan dan memelihara taman sendirian. Intinya, adam produktif dalam kesendiriannya, dia tidak menyia-nyiakan waktu.

Apakah single masalah?
Anak muda banyak yang ingin sekali cepat-cepat pacaran, tanpa dibekali pengetahuan terlebih dahulu, padahal seharusnya dia belajar terlebih dahulu, baru dapat menyatakan cintanya kepada lawan jenis. Bagi mereka yang ingin cepat pacaran, salah satu alasannya adalah karena mereka tidak ingin menjadi single. Lalu, apakah menjadi single itu suatu masalah?

Saya mencoba menyebarkan beberapa angket kecil, yang disebarkan melalui beberapa forum dan Email. Angket itu memberikan satu pertanyaan, apakah menjadi single itu suatu masalah? Jawabannya adalah sebagai berikut :

NB : Nama diinisialkan dan kata-kata di copy paste.

· CL, banyak yg bsa kita lakukan saat kita single yg tdk bsa dilakukan saat kita punya

· SF, tidak tuh.krn being single kita bisa fokus lbh ama Tuhan..konsentrasi ga pecah...

· LE, justru ddengan single adalah waktu kita mempersiapkan diri sematangnya menuju pacaran

· WMI, TIDAK tuhh, sp tau alesan dia nge jomblo adalah lbh fokus lg ma Tuhan dan menghindari hal2 yg tidak diinginkan,, it's ok la,,

· DS, single adalah waktu buat do what u wanna do,fokus buat Tuhan, kerjaan(atw sekolah),dan kluarga.. ^^

· DK, Gak masalah laa kalo lum punya pasangan, yang jadi masalah kalo kita "single" dalam arti kita gak bareng ama GOD.

· WS, karena itu adalah salah 1 pilihn. hrsny kl dah milih, pasti itu yg terbaik yg sdh qt pikirkan donkkk, so itu bkn mslh donk namanya.. & ketika qt memutuskan u/ blm memulai suatu hub khusus dg lwn jenis krn 1 ato lain hal, knp hrs dipaksa cuma demi status tohhh

· PS, Tidak, soalnya pas single itu banyak proses yang Tuhan kasih supaya kita siap untuk berpacaran..hehe

· KR, Tidak, hidup single yang maksimal untuk Tuhan serta kudus, itu sama nilainya dengan pernikahan yang Illahi

Dari jawaban diatas, saya pun setuju, karena memang rata-rata mereka menjawab, bahwa menjadi single itu bukanlah suatu masalah. Justru pada saat kita masih menjadi single, disinilah waktunya kita berkarya dan menggunakan semua potensi yang kita miliki dengan maksimal. Menjadi single bukanlah masalah, tetapi suatu keharusan!

Selibat / Melajang
Selibat / melajang adalah sebuah pilihan hidup yang bersumber dari suatu pandangan atau pemikiran tertentu yang memutuskan si pribadi tersebut untuk memilih hidup tanpa menikah. Seseorang yang memilih hidup melajang, karena memang itu adalah pilihan dari pribadinya masing-masing, dan tanpa ada unsur paksaan dari pihak lain.

Hidup melajang bukanlah suatu hal yang harus dihindari, tetapi hidup selibat adalah suatu pilihan hidup. Jadi seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya tidak harus memiliki pasangan hidup (lawan jenis) atau menikah. Penulis mengambil ilustrasi seorang pemain badminton sebagai contoh. Pemain badminton dalam mencapai tujuannya, yaitu kemenangan, dia dapat meraihnya dengan usaha sendiri, yang disebut bermain single atau dapat juga bermain berdua, yang disebutganda. Jadi dalam mencapai tujuannya, pemain badminton dapat dilakukan single, tidak perlu memiliki partner. Dan itu adalah suatu pilihan bagi pemain tersebut. begitu pula dengan hidup ini, seseorang dapat mencapai tujuan hidupnya dengan menikah, atau dapat berjuang sendirian. Sekali lagi, itu adalah suatu pilihan hidup.

Contoh dalam Alkitab  
Rasul Paulus adalah contoh pertama yang dapat kita teladani, di dalam kehidupannya. Rasul Paulus walaupun sendirian (tidak menikah) tetapi dapat mengakhiri pertandingan dengan baik (2 Tim 4:7). Bahkan Rasul Paulus yang menjadi pusat ilmu teologi pada zaman ini dan juga menulis 13 kitab dalam perjanjian baru. Berarti dalam mencapai tujuan hidupnya, Rasul Paulus tidak memerlukan pasangan hidup, dia dapat mengerjakan sendirian dengan maksimal.

Contoh yang kedua adalah Yesus Kristus. Memang Yesus adalah Allah, tetapi ingat juga, bahwa Yesus adalah juga seorang manusia. Yesus sebagai manusia mempunyai rasa takut dan sakit. Pada saat Yesus disalib, sakitnya pun nyata. Bahkan rasa takutnya pun sangat nyata, dalam kitab matius 26:39Biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku”. Yang berarti bahwa Yesus pada saat itu, mencapai ketakutan yang memuncak, karena memang sewajarnya apabila seorang manusia mengetahui bahwa ia akan disalib, pasti mempunyai rasa takut yang sama dengan Yesus pada saat itu.

Seseorang yang memilih hidup melajang, sudah seharusnya untuk menjadi High Quality jomblo seperti contoh Rasul Paulus dan Yesus Kristus di atas. Hidup melajang bukanlah suatu masalah masalah besar, hidup selibat adalah karunia. Tidak semua orang bisa mendapatkan karunia hidup melajang.

Prinsip Sebelum Berpacaran

Prinsip 1 : Indah pada waktunya
Seringkali kita melakukan kesalahan dengan mencabut sesuatu yang baik bukan pada waktu yang tepat untuk menikmatinya, tetapi hanya sekedar karena kita menginginkannya. Anak muda jaman sekarang lebih memilih menghabiskan masa sekolahnya dengan berpacaran, padahal seharusnya masa sekolah, bukanlah masa berpacaran, tetapi masa dimana kita bisa mengembangkan dan memaksimalkan seluruh potensi yang kita miliki. Tetapi karena trend masa ini, banyak anak muda yang lebih memilih untuk berpacaran di usia yang dini, padahal belum tentu ia mengerti tujuan pacaran itu sendiri.

Kebudayaan zaman sekarang mengajarkan, bahwa jika sesuatu itu baik, kita harus berusaha segera untuk menikmatinya. Itulah mengapa kita menggunakan microwave atau mengirim paket ekspres. Tujuan kita melakukan itu adalah supaya segala sesuatunya dapat kita nikmati dengan cepat, tanpa harus menunggu lebih lama lagi. Mungkin kata-kata itu sering kita dengar “kalo bisa sekarang, kenapa harus kita nikmati nanti?”.

Ada ilustrasi yang sangat memberkati banyak orang, yaitu sebuah kisah tentang Marshmallow. Konon ada seorang ilmuwan dapat melihat masa depan dengan memperhatikan bagaimana anak berusia empat tahunan berinteraksi dengan marshmallow. Para peneliti mengundang anak-anak, satu demi satu, masuk ke dalam sebuah ruangan kosong dan memulai siksaan halus. “Kamu bisa memiliki marshmallow ini sekarang,” katanya. “tetapi jika kamu menunggu sementara saya mengurus suatu keperluan, kamu bisa mendapatkan dua marshmallow ketika saya kembali.” Dan kemudian ia pergi.

Beberapa anak langsung mengambil marshmallow itu ketika si peneliti keluar. Yang lain menunggu beberapa menit sebelum akhirnya menyerah. Tetapi yang lain berketetapan hati untuk menunggu. Mereka menutupi matanya, membaringkan kepala mereka, menyanyi, bermain atau bahkan jatuh tertidur. Dan akhirnya mereka mendapatkan upanya, yaitu dua marshmallow.

Ketika anak tersebut berusia SMP, sesuatu yang luar biasa terjadi. Sebuah survey terhadap orang tua dan guru-guru yang ketika di usia empat tahun memiliki keuletan untuk menunggu marshmallow kedua pada umumnya bertumbuh menjadi remaja-remaja yang lebih mudah menyesuaikan diri, lebih popular, lebih berani, lebih percaya diri dan mandiri.

Sedangkan anak-anak yang cepat menyerah, menjadi anak yang kesepian, mudah frustasi, dan keras kepala. Mereka roboh di bawah tekanan dan tidak menyukai tantangan. Usaha kita untuk mendahului waktu Allah dapat merusak keindahan rencanaNya bagi kehidupan kita. (Pengkhotbah 3:1-8).

Segala sesuatu ada waktunya. Ada masa kita harus menimba ilmu, ada waktu kita harus memaksimalkan potensi kita, ada waktu dimana kita harus makan, ada waktu dimana kita harus liburan, ada waktu dimana kita harus menikmati dan juga ada waktu dimana kita akan berpacaran. Gunakanlah waktu sebaik mungkin pada waktu yang tepat. Kita perlu ingat bahwa sesuatu yang baik pada waktu yang tidak tepat adalah sesuatu yang tidak baik.

Prinsip 2 : Tujuan pacaran
Dari angket yang sama, saya juga bertanya tentang tujuan pacaran. Pertanyaannya adalalah seperti ini “Untuk apa sih kita pacaran?”. Dari angket tersebut, saya mendapatkan jawaban yang unik dan menarik. Antara lain sebagai berikut :

·         Sharing tentang kehidupan
·         Supaya mendapat perhatian
·         Supaya ada yang kasi support dalam hidup kita
·         Untuk cari pengalaman
·         Ada yang nganterin kemana-mana
·         Ada yang bayarin
·         Mengasihi dia

Bila asalan berpacaran hanya yang disebutkan dari angket diatas, sahabat dan keluarga pun juga dapat memberikan. Bahkan mungkin lebih baik dari pacar kita. Dan apabila memang jawabannya hanya sampai disitu saja, maka penulis sangat yakin bahwa orang tersebut belum pantas untuk menjalin hubungan romantis dengan lawan jenis. Karena tujuan pacaran tidak sedangkal itu.

Makna dari pacaran jauh lebih dalam dibanding dengan alasan diatas, karena pacaran adalah tahap dimana kita seharusnya lebih mengenal terhadap pasangan hidup kita dan semuanya itu untuk mempersiapkan diri ke bangku pelaminan, yang disebut dengan pernikahan. Apabila kita belum siap menghadapi pernikahan, seharusnya kita jangan egois memberikan cinta kita terhadap kebutuhan emosional dan kebutuhan fisik orang yang kita cinta.

Apabila dua orang yang sedang jatuh cinta tidak bisa membuat suatu komitmen sakral dalam pernikahan, maka mereka tidak perlu mengejar percintaan, alangkah lebih baik bila mereka memaksimalkan potensi mereka selama masih jombloKarena apabila kita belum siap membuat komitmen, kita akan terjebak dalam kondisi “Dating Limbo”, artinya adalah kondisi stagnan, hubungan itu tidak menuju pernikahan tetapi juga tidak putus.

Selamanya orang yang menikmati kondisi ini, hanya akan merasakan kondisi Teman Tapi Mesra (TTM). Bila kita menikmati kondisi tersebut, akhirnya akan membuat sakit hati salah seorang pasangan. Kita harus punya target, kapan kita bisa berkomitmen untuk berpacaran dan kapan kita dapat berkomitmen untuk menikah. Jadi intinya adalah, bila kita belum siap untuk menikah, adalah baik bila kita tidak usah memutuskan untuk menjalin hubungan romantis yang disebut pacaran.

Prinsip 3 : Menjadi orang yang tepat
Sebelum kita mencari orang yang tepat, seharusnya kita menjadi orang yang tepat terlebih dahulu. Pola pikir kita sebagai anak muda, seringkali berusaha untuk mencari seseorang yang tepat bagi dirinya, mencari orang yang cantik, cakep, mempunyai badan yang menarik, pintar, seiman, dll. Tetapi sebenarnya apakah kita sudah menjadi orang yang tepat terlebih dahulu? Apakah kita sudah pantas untuk berpacaran? Inilah pertanyaan yang harus kita jawab terlebih dahulu.

Jangan pernah terlalu sibuk memikirkan siapa yang kita inginkan, sehingga kita lupa menjadi diri kita sendiri. Kita lupa bahwa ternyata ada banyak pekerjaan yang harus kita lakukan, kita lupa untuk menjadi Adam terlebih dahulu, yang memaksimalkan seluruh potensinya terlebih dahulu. Sebelum Adam memilih Hawa sebagai pasangan hidup, adam berusaha menjadi orang yang tepat terlebih dahulu. Inilah yang harus kita teladani.

Banyak yang dapat kita pelajari untuk menjadi orang yang tepat. Saya mencoba membuat hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menjadi orang tepat.
Antara lain adalah sebagai berikut :

√ Berlatih mengatur keuangan
√ Berlatih mengatur waktu
√ Berolahraga untuk mendapatkan kesehatan
√ Mengontrol nafsu birahi
√ Melakukan hal-hal praktis di rumah

Pria : mencari tahu tentang elektronik, otomotif, bangunan, listrik, dll

Wanita : belajar memasak, menjahit, mengurus adik, dll.

√ Pelayanan di Gereja
√ Berorganisasi di gereja, sekolah atau masyarakat
√ Banyak baca buku
√ Menjalin hubungan (Quality Time) dengan keluarga kecil dan keluarga besar
√ Mengikuti seminar LSD
√ Mengetahui perbedaan antara pria dan wanita
√ Menggali informasi dalam dunia maya
√ Mengikuti kegiatan yang sesuai dengan potensi kita
√ Bergaul kepada orang yang dapat mengembangkan potensi kita

Inilah hal yang dapat kita lakukan sebelum mencari orang yang tepat. Jangan sampai kita meninggal dan melihat kita terkubur bersama potensi kita, karena kita tidak pernah mengembangkan dan memaksimalkannya. Myles Munroe pernah berkata, “Matilah dalam keadaan kosong, matilah dengan dengan puas."

Prinsip 4 : Tanggung jawab pria dan wanita
Sebagai seorang pria dan wanita kita harus mengerti tanggung jawab pria dan wanita sebelum menjalin hubungan romantis. Ada hal yang harus kita perhatikan sebelum kita berpacaran, karena apabila tidak, hal ini akan menjerumuskan kita ke dalam lubang dosa.

Tanggung jawab wanita
Kaum hawa harus mengingat akan hal yang satu ini, sebenarnya kaum adam paling bergumul dengan matanya. Memang kaum Adam juga harus dingatkan, tetapi ini adalah tanggung jawab wanita. Karena seringkali yang ada, para pria jatuh juga karena wanitanya memang tidak pernah berpakaian sepantasnya, dan dapat menimbulkan nafsu birahi. Pria harus mengendalikan diri, wanita harus menolong dengan cara berpakaian yang sewajarnya.

Kaum adam paling mudah untuk berpikiran cabul, dalam tenggang waktu yang sangat singkat, yaitu 4 menit. Sepasang ahli psikologi yang beranama Allan & Barbara pease mengatakan bahwa Cara memuaskan seorang wanita adalah dengan: Belaian, pujian, kemanjaan, senangkan hatinya, aroma, pijatan, memperbaiki sesuatu, empati, nyanyian, sanjungan, dukungan, makanan, ketengan, giuran, humor, ketentraman, rangsangan, bujukan, dekapan, dll. Dan hanya satu cara memuaskan seorang pria adalah dengan : Dekati dirinya tanpa busana.

Yang menggairahkan wanita dan pria memang berbeda. Yang menggairahkan wanita adalah romansa, komitmen, komunikasi, keintiman, sentuhan tanpa seks, sedangkan yang menggairahkan pria adalah pornografi, kebugilan wanita, variasi seksual, pakaian dalam wanita, kebersediaan wanita. Jadi pada dasarnya, wanita dan pria memang diciptakan dengan keunikan masing-masing dan mempunyai kelebihan masing-masing.

Tanggung jawab pria
Bila kaum Hawa sudah mengetahui tanggung jawabnya, maka kaum Adam pun sudah ada tanggung jawabnya sendiri. Bagi para kaum Adam, yang patut diperhatikan adalah, ingatlah bahwa perlakukanlah seorang wanita sebagai perempuanmu. Jangan dijadikan obyek seksual ataupun  jangan memainkan perasaan wanita, dengan memberikan harapan yang palsu.

Pria suka sekali memainkan perasaan wanita, lewat karisma yang dimilikinya. Apabila sudah puas dengan satu wanita, dengan mudahnya meninggalkan wanita tersebut untuk mendekati wanita lain. Dan seringkali yang ada adalah, kaum hawa selalu menjadi obyek penderita korban hawa nafsu lelaki.

Yang harus diingat bagi kaum adam adalah bila tidak mempunyai komitmen yang kuat untuk berpacaran yang menuju pernikahan, kita tidak layak memberikan perhatian romantis kepada lawan jenis. Apabila memang tidak menyukai, katakan dengan tegas, jangan memberikan harapan semu.

Prinsip 5 : Pilihan di tangan kita
Seringkali kita berpikir bahwa jodoh ada di tangan Tuhan. Untuk yang satu ini, saya tidak setuju. Jodoh bukan di tangan Tuhan, tetapi jodoh ada di tangan kita sendiri, kitalah yang menentukan pasangan hidup kita. Segala kekurangan dan kelebihan tentang pasangan hidup kita, semua adalah pilihan kita.

Dalam Kejadian 2 : 22 dikatakan bahwa “lalu dibawaNya kepada manusia itu”. Kata membawa dalam bahasa Ibrani asli diterjemahkan dengan kata “memamerkan”. Jadi pada saat itu, Tuhan hanya membawa manusia yang baru diciptakannya itu, yang bernama Hawa kedepan mata si adam. Tidak ada kata bahwa Adam harus menikahi atau mengawini Hawa, tetapi di Alkitab jelas tertulis, Tuhan hanya membawa atau memamerkan Hawa kepada Adam.

Kejadian 2 : 23Lalu berkatalah manusia itu : inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku." Maksudnya adalah, pada saat Adam pertama kali melihat Hawa, Adamlah yang menentukan pasangannya sendiri. Adamlah yang tertarik pertama kali. Karena melihat Hawa yang begitu menarik perhatian, maka Adam langsung berseru “Inilah dia

Begitu pula dengan hidup ini. kita dapat memilih pasangan kita sesuka hati kita. Tetapi tetap harus dalam jalur Tuhan. Dan pada saat kita sudah menentukan siapa pasangan kita, maka kita harus bertanggung jawab atas pilihan kita sendiri, beserta dengan akibat-akibatnya. Sebagai anak Tuhan, sudah sepantasnya kita mencari anak Tuhan. Dan ingatlah kita bukan mencari kecocokan, tetapi mencari partner hidup atau pasangan hidup.

Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

Belajar dari Habakuk

Membaca banyak buku tentang doa, mengikuti seminar doa, meneliti jurnal-jurnal dan buah karya mahapenting para saleh tentang doa tidak membuat kita otomatis bisa dan pandai berdoa. Tapi untunglah, doa yang efektif tidak identik dengan metode, frekuensi, dan kefasihan kalimat yang dipakai dalam berdoa. Allah yang kepadaNya kita berdoa adalah pribadi, itu sebabnya doa bukan mantra yang impersonal.

Namun perlu diingat bahwa bagaimana seseorang berdoa menunjukkan bagaimana ia mengenal Tuhan dan memperlakukan Tuhan dalam doa-doanya. Doa harus dinaikkan dengan iman berdasarkan pengenalannya akan Tuhan. Sehingga sikap seseorang tentang/terhadap doa mencerminkan hubungan pribadinya dengan Tuhan.

Doa Minta Jodoh
"Ya Tuhan, kalau dia memang jodohku, dekatkanlah ... Tapi kalau bukan jodohku, jodohkanlah ... Jika dia tidak berjodoh denganku, maka jadikanlah kami jodoh ... Kalau dia bukan jodohku, jangan sampai dia dapet jodoh yang lain, selain aku ...Kalau dia tidak bisa dijodohkan denganku, jangan sampai dia dapet jodoh yang lain, biarkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku ... Dan saat dia telah tidak memiliki jodoh, jodohkanlah kami kembali ...Kalau dia jodoh orang lain, putuskanlah! Jodohkanlah denganku ... Jika dia tetap menjadi jodoh orang lain, biar orang itu ketemu jodoh yang lain dan kemudian jodohkan kembali dia denganku ... Aamin."

Setuju tidak dengan doa tersebut di atas? Mengapa? Diakui atau tidak, banyak orang sering berdoa demikian. Ini adalah masalah sikap doa. Dan sikap doa berkaitan dengan pengenalan seseorang terhadap Allah, yang kepadaNya ia berdoa. Sikap kita ketika berbicara dengan seorang guru besar, pejabat, atau orang tua yang kita hormati tentu berbeda dengan sikap kita ketika berbicara kepada adik, sahabat lama, atau pegawai/bawahan kita. Mengapa? Ini berkaitan dengan level pembicara dan lawan bicara. Kepada yang (kita pandang) berlevel lebih tinggi biasanya kita lebih sopan, penuh hormat, tidak membentak, dengan pilihan kata-kata yang apik dan tereja dengan baik dan benar. Kepada yang berlevel sama biasanya kita lebih akrab, intim, menggunakan bahasa sehari-hari, dan senda gurau. Kepada yang berlevel lebih rendah biasanya kita lebih kasar, bernada memerintah, tidak perduli perasaan orang lain, dan tidak jarang pula menyakitkan.

Bagaimana sikap kita ketika berbincang dalam doa kepada Allah yang Mahatinggi dan Mahadahsyat itu? Sikap berdoa yang benar seperti apa yang seharusnya kita miliki? Belajar dari nabi Habakuk akan menolong kita menjawabnya.
Dalam pergumulannya dengan kenyataan hidup yang dihadapi, nabi Habakuk mengalami konflik yang dahsyat dalam batinnya. Konflik antara apa melawan apa? Antara kehendak pribadi dengan kehendak Tuhan. Inilah pergumulan mendasar seseorang yang berdoa. Mengapa Tuhan tidak menjawab doa kita? Kita harus berdoa seperti apa lagi? Berapa lama lagi Tuhan? Kalau doa tidak mengubah kehendak Tuhan, lalu buat apa berdoa?

Habakuk melewati beberapa fase dalam kehidupan doanya sampai akhirnya ia mengalami kemenangan dan bertumbuh dalam imannya kepada Tuhan. Bergumul dalam doa memang tak terhindarkan dalam kehidupan orang percaya, tetapi masalahnya adalah apakah pergumulan itu menuju ke arah yang benar. Pergumulan ke arah yang salah tidak membawa seseorang bertumbuh di dalam Tuhan, doa menjadi sia-sia, membentur langit-langit atap dan jatuh kembali ke bumi. Tidak perduli seberapa rajin dan tekunnya seseorang berdoa, doa menjadi tidak berguna selama sikap dalam berdoa tidak berubah. Fase-fase pergumulan Habakuk memberikan arah yang jelas bagi orang Kristen segala zaman untuk bertumbuh. Rindukah kita bertumbuh melalui pergumulan yang sehat dalam doa? Teladanilah nabi Habakuk!

Fase I: Minta (Habakuk 1:1-11)
Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepadaMU: ‘Penindasan!’ tetapi tidak Kautolong? Mengapa Engkau ...” (Habakuk 1:2-3)

Pada fase ini yang menjadi fokus dalam doa adalah permintaan, permintaan, dan permintaan. Permintaan yang dimaksud di sini adalah permintaan yang bersifat antroposentris, yaitu permintaan yang ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan manusia (diri sendiri dan/atau juga orang lain). Dan ketika permintaan tersebut tidak terpenuhi seseorang jadi bertanya-tanya: Apakah Tuhan mendengar doaku? Bagi orang yang berdoa dalam fase ini, berdoa berarti meminta dan jawaban doa identik dengan pengabulan permintaan. Pemuasan diri menjadi tujuan akhir doa dan Tuhan diperlakukan sebagai mesin ATM atau dewa-dewi imajinasi yang siap kapanpun untuk diperalat. Jika Tuhan tidak menjawab seperti yang dia mau dalam waktu yang cukup lama, biasanya orang pada fase ini akan menganggap Tuhan tidak menjawab doanya dan berhenti berdoa, ngambek, kecewa, hilang iman.
Pada fase ini seseorang sedemikian terobsesi dengan dirinya, bukan kepada Tuhan. Yang penting adalah bagaimana Tuhan bisa memuaskan diri, bukannya diri memuliakan Tuhan. Dan karena begitu sibuknya berdoa sampai-sampai tidak punya waktu untuk mendengar jawaban doa.

Siapa bilang Tuhan tidak menjawab doa-doa kita pada fase ini? Bukankah Dia yang memerintahkan manusia untuk berdoa kepadaNya dan berjanji untuk memenuhi setiap permintaan kita dengan cara terbaik? Tuhan menjawab doa Habakuk sekalipun dinaikkan dengan sikap yang tidak benar (Habakuk 1:5-11). Demikian pula dengan doa-doa yang kita naikkan. Hanya saja seperti Habakuk (Habakuk 1:12-17), kita sering tidak siap untuk menerima jawaban doa dari Tuhan karena tidak seperti yang kita mau. Argumentasi dan keberatan atas jawaban doa Tuhan yang kita naikkan seringkali mengabaikan kasih sayang, kemahatahuan, dan kedaulatan Tuhan atas hidup kita. Mata jasmani dan rohani kita jadi buta untuk sesuatu yang jauh lebih baik dan mulia yang Tuhan janjikan bagi setiap anakNya.

Jika kehidupan doa kita berada pada fase ini, tidak apa-apa! Ini baru awal perjalanan doa kita. Jangan berhenti! Lanjutkan ke fase berikutnya!

Fase II: Minta - Dengar (Habakuk 1:12-2:20)
Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa yang akan dijawabNya atas pengaduanku.” (Habakuk 2:1)

Orang yang mau mendengar orang lain adalah lebih bijak daripada orang yang hanya mau didengar. Pernahkah kita mempunyai pengalaman memiliki seorang teman yang suka berbicara tetapi jarang mau mendengar? Setiap kali bertemu dia bercerita tentang dirinya dan bahkan meminta pertolongan kita, namun pada gilirannya kita berbagi rasa atau meminta pertolongan dia mengelak dengan seribu satu macam alasan. Menyebalkan, bukan? Namun seorang teman yang mau mendengar keluh kesah dan pergumulan kita biasa kita sebut sebagai sahabat. Tuhan sudah menjadi sahabat terbaik buat kita. Ia mendengar setiap doa dan menjawab sesuai dengan apa yang Ia anggap terbaik (dan memang itulah yang terbaik). Tidak pernah terlalu cepat dan terlambat. Segala sesuatu indah pada waktu yang tepat, waktuNya. Namun apakah kita sudah menjadi sahabat Tuhan, yang selalu rindu mendengar perkataan dan pernyataan kehendakNya, yaitu isi hati Tuhan?

Kita pada fase kedua ini sudah berhasil melepaskan fokus dari permintaan yang bersifat antroposentris. Fokusnya kini adalah jawaban doa. Nabi Habakuk membuat sebuah langkah iman untuk memindahkan fokusnya dari permintaan kepada jawaban doa. “Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara ...” Berdiri di menara berarti berada di posisi yang lebih tinggi dari pada permukaan bumi. Dari sana kita bisa melihat segala sesuatu lebih jelas. Para penjaga malam ditempatkan di menara untuk mengetahui apa yang terjadi di bawah sana sekalipun di tempat yang jauh. Seperti seorang penjaga yang menanti utusan yang kembali membawa berita, demikianlah kita pada fase ini berdoa dan menanti jawaban doa. Ia tidak menyibukkan diri dengan apa yang dimintanya tetapi “menantikan apa yang akan difirmankanNya” dan “apa yang akan dijawabNya” atas segala pengaduan dan permintaan (Habakuk 2:1).

Pada fase ini seseorang harus mengembangkan kepekaan mendengar jawaban doa dan seni menunggu. Menunggu memang tidak enak, tetapi menunggu menghindarkan kita dari tindakan terburu-buru yang justru merusak segalanya.

Sedikit ilustrasi : Seorang ibu yang sedang panik karena anaknya tiba-tiba kejang, segera menelepon dokter terdekat dan dengan nafas terengah berkata: “Dokter, dokter, cepat datang ke rumah saya, anak saya kejang-kejang. Cepat dokter, sekarang juga, cepat, cepat!!!” Lalu gagang telepon itupun ditutup. Sang dokter yang baru saja hendak naik ke tempat tidurnya itu segera mengemasi peralatan dan memasukkannya ke dalam tas seperti biasanya. Baru terpikir olehnya, “Siapa tadi yang menelepon saya?” Tidak lama kemudian telepon kembali berdering, “Dokter, kenapa belum berangkat?” “Sebentar, siapa nama Anda?” jawab sang dokter. “Saya ibu Adeline! Cepat dok, cepat berangkat ya? Sekarang!” “Sebentar, alamat Anda ...” (telepon terputus). Sang dokter segera membuka buku teleponnya untuk mencari nomor telepon dan ia menemukan. Segera sang dokter menelepon ibu Adeline. Namun pada waktu yang sama, ibu Adeline juga menelepon sang dokter. Akibatnya, setelah hampir setengah jam mereka saling menelepon dan tidak pernah tersambung, sesuatu yang mengenaskan terjadi. Sang anak tidak tertolong lagi. “Halo, ibu Adeline, ini saya, dokter Marvin. Saya mau tanya, alamat Anda di mana?” “Dia sudah meninggal, Dok!”
Menanti jawaban Tuhan lebih baik dari pada bertindak tergesa-gesa. Tuhan tidak pernah terlalu cepat dan terlambat. Percayalah kepadaNya!

Habakuk belajar percaya kepada Tuhan. Ia menanti jawaban atas segala doanya. Dan Tuhan (seperti pada fase sebelumnya) tetap menjawab doa yang dinaikkan. Jawaban Tuhan tidak pernah berubah karena sikap manusia yang berubah. Jawaban Tuhan bersifat progresif tapi tidak pernah berkontradiksi. Rencana Tuhan tidak pernah berubah hanya karena kita berdoa. Kalau pada pasal pertama kitab Habakuk Allah menyatakan bahwa Ia sedang menghukum bangsa Israel dengan membangkitkan bangsa kasdim, maka pada pasal kedua Allah menyatakan bahwa bangsa kasdim pun akan menerima hukuman atas kesombongan dan keangkuhannya. Menerima jawaban pertama membuat nabi Habakuk bingung (Habakuk 1:12). Tetapi jawaban berikutnya menentramkan hati. Jawaban demi jawaban doa yang progresif, yang membentuk kerangka pikir kita tentang Allah dan karyaNya akan diterima ketika kita belajar menyerahkan semuanya kepada Tuhan, menanti jawaban Tuhan, menanti Tuhan bekerja. Pasal kedua ditutup dengan kesimpulan yang luar biasa: “Tetapi TUHAN ada di dalam baitNya yang kudus” (Habakuk 2:20a). Melalui kalimat ini nabi Habakuk mengekspresikan imannya kepada Allah.
Allah yang selalu setia dalam menepati janjiNya. Dia adalah Allah yang selalu bertahta atas segala sesuatu, termasuk segala kejadian di bumi, termasuk juga pernak-pernik kehidupan kita. Mengenal Allah yang demikian, Habakuk menyerukan: “Berdiam dirilah di hadapanNya, ya segenap bumi!” Sudahkah Anda mendapatkan rahasia besar nan luar biasa ini?

Jika kehidupan doa kita berada pada fase ini, tidak apa-apa! Jangan berhenti! Lanjutkan ke fase berikutnya!

Fase III: Minta - Dengar - Beriman (Habakuk 3)
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan... namun aku bersorak-sorak di dalam Tuhan, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku...” (Habakuk 3:17-19)

Apakah kita melihat perubahan nada dan suasana dalam doa nabi Habakuk di pasal 3 ini? Apa yang berubah di sini? Apakah bangsa Israel dilepaskan dari tangan orang kasdim? Apakah Allah berubah? Apakah seluruh pertanyaan nabi Habakuk "Berapa lama lagi, TUHAN?" terjawab? Tidak! Segala yang ada di luar diri nabi Habakuk tidak berubah. Yang berubah adalah yang ada di dalam diri sang nabi. Dan inilah doa yang memberi kemenangan dan pertumbuhan rohani. Inilah perubahan yang sejati, yang esensial, dan bernilai kekal. Dari mengikut diri menjadi mengikut Tuhan. Dari hidup untuk diri sendiri menjadi hidup untuk Tuhan. Bukankah perubahan ini yang berdampak di dalam kekekalan?

Pada fase ini kita tidak berhenti meminta dan mendengar. Meminta dan mendengar adalah unsur yang penting dalam sebuah doa, hanya saja meminta dan mendengar bukan lagi menjadi fokus doa. Fokus kita pada fase ini adalah diri Allah sendiri. Ia akan menganggap pengenalannya akan Allah secara pribadi jauh lebih penting daripada pemberian atau jawaban doa. Paulus pernah berkata: “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitanNya dan persekutuan dalam penderitaanNya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematianNya ...Filipi 3:10
Doa kita pada fase ini akan dipenuhi dengan puji-pujian yang tulus (tidak bermulut manis yang manipulatif) dan penyerahan total kepada kehendak Allah (“Biarlah kehendak Tuhan yang jadi”). 

Perhatikan pujian dan penyerahan diri nabi Habakuk dalam pasal 3 ini! Perhatikan pula pengenalannya akan Allah yang telah menyatakan diri melalui segenap perbuatanNya dalam sejarah peradaban manusia!

Setelah mengalami peningkatan dalam pengenalan pribadinya akan Allah (pribadi, sifat, dan karyaNya) ia tidak lagi menjadi kuatir akan apapun juga, termasuk hari depan. Sekalipun masih terbesit ketakutan dan ketidak mengertian secara manusiawi, namun imannya kepada TUHAN memberinya kekuatan untuk mampu “berjejak di bukit-bukit” batu kehidupannya.

Apakah pada fase ini kita akan berhenti meminta sesuatu melalui doa karena sudah menyerahkan semuanya kepada Tuhan? Tidak! Lalu apa bedanya? Ia tetap meminta tetapi tidak sembarangan meminta. Ia tahu apa yang seharusnya diminta, yang terpenting, yang esensial, yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Inilah kunci kuasa doa! Doa yang PASTI dikabulkan adalah doa yang sesuai dengan kehendak Tuhan, bukan doa yang memanipulasi Tuhan untuk kepentingan diri. Tuhan Yesus sendiri menyibakkan rahasia kuasa doa ini pada malam sebelum Ia disalibkan: “Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dankamu akan menerimanya. Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak ... Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatupun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima, supaya penuhlah sukacitamuYohanes 15:7-8, 24
Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumuYakobus 4:2b-3

Di tengah pergumulan dan masalah hidup kita pada fase ini akan menuntut diri untuk mengenal Allah dan kehendakNya secara pribadi (dengan Alkitab sebagai sarana). Kita akan semakin rajin berdoa karena Tuhan pasti menjawab setiap doa yang dipanjatkan. Kita tidak takut salah meminta karena kita tahu bahwa Tuhan tahu kita sedang berada dalam proses belajar mengenal kehendakNya, dan Tuhan pasti menjawab sesuai dengan kehendakNya, bukan kehendak diri kita. Dalam sikap penuh iman dan taat kepada Tuhan seperti inilah seseorang bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan dan mengalami kemenangan demi kemenangan dalam hidupnya.
Jangan teladani "Doa Minta Jodoh" di atas, tapi maukah kitaa lebih rajin berdoa untuk masa depan kitaa dengan sikap yang benar? Bersediakah kita menaklukkan diri di bawah tangan Tuhan yang mengasihi kita? Siapkah kita melihat tangan Tuhan bekerja leluasa dalam hidup kita?

"Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yak. 5:16)

Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

MEMPERTAJAM KARAKTER

"Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat." Pengkhotbah 10 :10

Kehidupan digambarkan seperti pisau. Pisau yang selalu digunakan jika tidak diasah lama-kelamaan menjadi tumpul. Sebagaimana pisau yang diasah agar tetap tajam, demikian halnya dengan hidup kita harus selalu diasah dengan FirmanNya agar senantiasa memiliki ketajaman. Kita sudah mempelajari mengasah kehidupan itu meliputi: mata, telinga, mulut, pikiran dan tangan. Bagian lain dari hidup kita yang perlu kita diasah/dipertajam adalah: ‘KARAKTER

Ketajaman mata, telinga, mulut, pikiran dan tangan dapat membawa kita menuju puncak, tetapi KARAKTERLAH yang mempertahankannya.

Perhatikan apa yang terjadi di sekitar kita. Orang-orang yang memiliki kesempatan, kekayaan, pengetahuan, skill, talenta dan kecerdasan akan menanjak naik ke atas. Karier mereka maju, jabatan terus naik, usaha makin berkembang, tetapi hanya mereka yang memiliki karakterlah yang akan terus bertahan di atas puncak.

PROBLEM KARAKTER
Karakter adalah problem bangsa bahkan dunia. 70 tahun sudah bangsa kita merdeka, tetapi kita belum benar-benar merdeka. Penjajah memang sudah hengkang dari Indonesia, tetapi kita masih dijajah oleh kemiskinan, kesulitan ekonomi, keterbelakangan pendidikan, narkoba, dan berbagai masalah sosial antara lain: anak jalanan, jumlah pengangguran yang tinggi, kesenjangan ekonomi dan moralitas.

7 Dosa Sosial” [disebut 7 dosa dunia] yang disampaikan oleh Mohandas Karamchand Gandhi, yaitu:

- Wealth without work : Kekayaan tanpa usaha

Bukankah ini yang sedang kita lihat di negeri ini? Orang ingin kaya tanpa kerja keras, akibatnya mereka korupsi atau menipu.

- Pleasure without conscience : Kesenangan tanpa nurani
Tidak sedikit manusia di akhir zaman hanya mengejar kesenangan daging dan mengabaikan hati nurani. Tidak lagi peduli benar atau salah yang penting happy.

- Knowledge without character : Pengetahuan tanpa karakter
Semakin banyak orang pintar seharusnya keadaan bangsa ini tambah baik, tambah sejahtera dan tambah maju. Tetapi apa faktanya setelah 70 tahun merdeka? Ini semuanya karena orang makin pintar tapi kehilangan karakter. Kepandaian tidak digunakan untuk menolong orang lain tetapi untuk mencari kesenangan pribadi.

- Commerce without morality : Bisnis tanpa moralitas
Orang bekerja/berdagang tanpa disertai moralitas. Lihat saja dari berita di tv. Pedagang tidak segan-segan memberikan zat kimia berbahaya dalam makanan demi meraup keuntungan yang besar. Makanan-makanan yang sudah kadaluwarsa, tidak layak konsumsi tetap dijual demi rupiah.

- Science without humanity : Sains/Ilmu tanpa nilai kemanusiaan
Ilmu pengetahuan yang seharusnya menambah manusia makin mulia, justru ilmu pengetahuan menghancurkan dan membunuh manusia.

- Religion without sacrifice : Agama tanpa pengorbanan
Tuhan Yesus berkata: barang siapa mengikut Aku ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya tetapi orang banyak orang kristen menghindari salib dan penderitaan.

- Politics without principles : Politik tanpa prinsip.
Inilah tontanan yang kita saksikan saat ini. Para tokoh dan pelaku politik tidak lagi memiliki prinsip. Tidak mempedulikan benar atau salah, semuanya dilakukan demi keuntungan pribadi dan kelompoknya.


HILANGNYA KARAKTER ALLAH
Dosa membuat manusia kehilangan Karakter Allah. Sejak manusia jatuh dalam dosa kecenderungan hatinya melakukan kejahatan.
"Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata." Kejadian 6:5

Mengapa Karakter Perlu Dipertajam?
1. KARAKTER lebih berharga dari kekayaan
"Nama baik lebih berharga dari pada kekayaan besar, dikasihi orang lebih baik dari pada perak dan emas." Amsal 22:1

Uang, harta, kekayaan yang kita miliki bisa habis atau hilang, bahkan diri kita pun akan meninggal, namun nama kita akan selalu dikenang. Oleh sebab itu, jaga nama kita dengan karakter yang baik sehingga kelak ketika kita telah tiada kita meninggalkan kenangan yang baik.

Zakheus menyadari akan hal ini, bahwa nama baik lebih berharga dari pada kekayaan, karena itu sejak berjumpa dengan Yesus, ia mengalami perubahan hidup sehingga memperbaiki reputasinya dengan mengembalikan empat kali lipat kepada orang-orang yang dulunya ia peras untuk membayar pajak (Lukas 19:8).

2. Pohon dikenal melalui buahnya
"Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka." Matius 7:20

Akarnya ke dalam, buahnya keluar. Kita dikenal dari apa yang kita lakukan. Jati diri Anda adalah KARAKTER Anda. Orang baik berkarakter baik karena melakukan hal-hal yang baik. Sementara mereka yang berkarakter jahat melakukan hal-hal jahat.

3. Karakter kita menentukan masa depan kita.
"Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan; tetapi pendurhaka-pendurhaka akan dibinasakan bersama-sama, dan masa depan orang-orang fasik akan dilenyapkan." Mazmur 37:37 & 38

Masa depan adalah milik orang yang berkarakter baik. Barangkali kita tidak terlalu pintar, tidak memiliki keahlian yang memadai, minim dengan skill, tidak punya hubungan yang luas, tetapi jika karakter kita baik, kita memiliki harapan akan masa depan. Saat ini orang cari pegawai tidak mengutamakan yang pintar atau yang berpengalaman tetapi yang berkarakter baik, jujur, tekun dan setia. Oleh karena itu mari kita gapai masa depan dengan karakter yang baik.

Esau kehilangan hak sulungnya karena karakternya buruk. Sebagai anak sulung, ia memiliki hak untuk menerima warisan anak sulung, namun karena karakternya buruk ia kehilangan semuanya itu.
"Janganlah ada yang menjadi cabul atau yang mempunyai nafsu yang rendah seperti Esau, yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan." Ibrani 12:16

4. KEBENARAN itu dilakukan bukan diajarkan.
"Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." Yohanes 13:15

Kebenaran tidak bisa dipindahkan dengan ajaran, kebenaran/karakter dipindahkan melalui keteladanan yang dipertontonkan. Itulah yang dilakukan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya, Ia mengajar bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan contoh kehidupan yang nyata.

5. Tuhan memanggil kita untuk menjadi SERUPA dengan YESUS
"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara." Roma 8:29

Tujuan Tuhan Yesus menebus kita bukan hanya untuk menyelamatkan kita, tetapi untuk menjadikan kita serupa dengan gambarNya. Kekristenan bukan sekedar agama atau ritual ibadah, kekristenan adalah jalan menuju keserupaan dengan Kristus.

6. Tuhan Lebih Menghargai SIKAP dari pada PRESTASI
"Tetapi jawab Samuel: “Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan." 1Samuel 15:22

Ini bukan berarti persembahan, pelayanan, doa dan pujian yang kita persembahkan kepada Tuhan tidak penting, bukan! Semuanya itu penting bagi Tuhan tetapi yang utama harus disertai dengan sikap yang benar. Mengapa Tuhan menolak doa, persembahan dan puasa yang dilakukan orang Farisi dan ahli-ahli Taurat? Karena mereka tidak memiliki sikap hati yang benar kepada Tuhan. Sikap kita adalah karakter kita.


CARA MEMPERTAJAM KARAKTER
A. Belajar kepada KRISTUS
"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan." Matius 11:29

Jika kita berkhotbah, kita hanya mentrasfer pengetahuan dan pewahyuan Firman Allah kepada jemaat. Demikian juga saat kita mendoakan orang, kita tidak memindahkan karakter kita tetapi kuasa Allah. Karakater hanya bisa ditransfer melalui dua cara yaitu hubungan dan keteladanan. Jadi kalau kita ingin menjadi serupa Kristus. Maka kita harus memiliki hubungan intim dengan Dia dan meneladani perbuatanNya. Ini semua dapat terjadi jika kita belajar pada Kristus.

B. Selaraskan antara pikiran, perkataan dan tindakan
"Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apsaa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat." Mat 5:37

Karakter adalah keselarasan antara pikiran, perkataan dan perbuatan. Setiap kali kita belajar menyelaraskan tiga hal tersebut kita sedang membangun karakter hidup kita. Contoh: Yefta (Hakim-hakim 11) Yefta menepati nazarnya untuk mengorbankan anak perempuannya karena menyongsongnya saat ia pulang perang.

C. Fokus pada PROSES bukan hasil akhir
"Ia telah memperkenalkan jalan-jalan-Nya kepada Musa, perbuatan-perbuatan-kepada orang Israel." Mazmur 103:7

Karakter tidak dibangun dalam waktu semalam dengan cara instant. Karakter dibangun dari hari ke hari. Minggu ke Minggu, bulan ke bulan bahkan bertahun-tahun dengan tempaan kesukaran dan penderitaan. Untuk itu bersiaplah, untuk menjalani proses Allah bukan hasil yang cepat dan mudah.

D. Kelilingi diri Anda dengan orang yang berkarakter baik
"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." 1Kor. 15:33

Lingkungan akan membentuk karakter kita. Untuk menghasilkan karakter yang baik, kita harus dikelilingi dengan orang-orang yang berkarakter baik pula.

Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

Sabtu, 05 Maret 2016

ayooo..... Beritakan Injil!!!

Ambil hp kamu. Liat phone book di hp kamu sekarang. Ya, sekarang!
Liat lagi satu-satu nama-nama temen kamu yang tersimpan disitu. Berapa banyak dari mereka yang belum pernah mendengar tentang kebenaran Yesus Kristus?
Liat tetangga kita. Atau teman kita. Atau temen sekantor kita. Atau mungkin saudara kita. Atau temen-temen di path atau facebook kita. Apa ada di antara mereka yang belum mengenal or bahkan nggak tau sama sekali tentang Tuhan Yesus?

MENJADI TERANG ADALAH ‘BERSAKSI’
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Matius 5:16
Saya pernah mikir, apakah yang dimaksud dengan ‘terang’ dalam ayat diatas? Ada yang bilang, jadi ‘terang’ adalah ‘berbuat baik dan berpola hidup yang baik’. Apakah kalo kita bertingkah laku baik dan melakukan perbuatan baik itu berarti kita udah jadi ‘terang’? No! Ternyata tidak!
Nah lho! Kalo kita liat di ayat tersebut, ‘terang’ bukanlah perbuatan baik, tapi berfungsi agar perbuatan baik yang kita lakukan bisa dilihat orang dan kemudian orang-orang itu bisa memuliakan Bapa/Yesus.

Jadi, ‘terang’ adalah: ‘bersaksi tentang Yesus’ atau ‘berbicara/memberikan informasi tentang Yesus’. Lho kok lho? Gini, kalo kita berbuat baik atau berpola hidup baik, Tuhan bilang kita nggak bisa berhenti disitu aja, tapi orang lain harus tau perbuatan baik kita dan kemudian memuliakan Yesus karenanya. Nah gimana caranya orang lain tau dan kemudian memuliakan Yesus kalo kita nggak kasih tau (bersaksi/berbicara/memberikan informasi) tentang Yesus? Betul nggak?
Ayat diatas sering dijadiin dalih/alasan buat kita nggak bersaksi/menginjili. Kita biasanya berdalih kalo bersaksi itu nggak perlu lewat perkataan, cukup dengan perbuatan (ngaku deh, hehe). Ternyata, sebaliknya cuy! Ayat ini justru adalah alasan buat kita wajib bersaksi (dengan perkataan/informasi).

Misalnya, kita ngelakuin kegiatan sosial dengan kasih makan gratis ke gelandangan. Apa kita udah jadi ‘terang’? Belum, kita baru ‘ngelakuin perbuatan baik’, si gelandangan itu hanya akan berterimakasih dan memuji kebaikan kita bukannya memuji kebaikan Tuhan Yesus! Kita baru jadi ‘terang’ kalo kita juga bersaksi/kasih tahu gelandangan itu alasan kenapa kita ngelakuin perbuatan itu (misalnya kasih tahu kalo kita ngelakuinnya karena Tuhan Yesus yang nyuruh kita), maka gelandangan itu akan ‘ngelihat perbuatan baik kita lalu memuliakan Yesus’ sesuai dengan ayat di atas. Nah sekarang ngerti kan? 

Orang-orang nggak bakalan pernah memuliakan Yesus buat segala sesuatu yang kita kerjakan atau yang kita punya dalam hidup kita kecuali kalo kita mengarahkan perhatian mereka pada Yesus! Satu-satunya cara mengarahkannya adalah dengan cara bersaksi tentang Yesus.
Tapi bukan berarti kita berhenti berbuat baik (karena kalo kita berbuat baik pada orang artinya kita berbuat baik pada Yesus juga lho, baca Matius 25:44-45), tapi ternyata berbuat baik aja nggak cukup buat kita bisa jadi ‘terang’.
“TERNYATA KALO KITA HANYA BERBUAT BAIK (MISALNYA DENGAN MEMBERI MAKAN GELANDANGAN), KITA BELUM JADI TERANG!”

Penginjilan atau bersaksi itu artinya membagikan iman kita ama orang lain. Ato kalo sederhananya, penginjilan itu sering didefinisikan sebagai memberitakan kabar baik. Kabar baik apaan? Ya kabar baik kalo Yesus udah datang ke dunia buat mati menebus dosa kita en kita yang mo percaya ama Dia bisa masuk Surga en menikmati karunia hidup kekal. Satu hal yang nggak boleh kita lupa waktu bersaksi, yaitu Yesus-nya. Soalnya tujuan kita itu ‘kan mengenalkan Yesus ama orang-orang yang emang belum kenal Yesus. Gimana caranya? Jangan kuatir, saya bakalan kasih cara-caranya deh!

BERSAKSI NGGAK SAMA DENGAN MEMENANGKAN JIWA!
Ini yang banyak jadi ‘stress’ buat orang Kristen. Ada yang bilang kalo kita harus memenangkan jiwa. Ternyata, Tuhan nggak pernah kok bilang secara langsung kalo kita harus memenangkan jiwa! Tuhan hanya menyuruh kita buat bersaksi! Beda lho antara bersaksi dengan memenangkan jiwa!
Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil…1 Korintus 1:17
…dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Kisah Para Rasul 1:8b

Analoginya ama dengan situasi dalam pengadilan, ada saksi dan ada pembela. Tugas saksi adalah menerangkan apa yang dia ketahui, bukan buat memenangkan perkara. Sedangkan seorang pembela bertugas untuk berusaha menyelesaikan suatu perkara dengan berhasil. Emang suatu sukacita kalo kita bisa memenangkan jiwa, kalo kita emang bisa. Tapi Tuhan hanya mewajibkan kita buat bersaksi.

BERSAKSI ITU WAJIB!!!
Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Markus 16:15
Semua orang percaya itu wajib bersaksi. Tapi sekarang ada anggapan kalo yang harus menginjili atau bersaksi itu hanya orang yang udah punya gelar evangelis, pendeta, ato yang emang punya panggilan (jawatan) sebagai penginjil ato cuma mereka-mereka yang punya sebutan hamba Tuhan.
Oke, wait a second, who says so? Alkitab nggak pernah mengajarkan kalau cuman sebagian orang aja yang harus penginjilan, yang lain cuma jadi penonton. Kalo dibilang tugas penginjilan buat orang yang punya sebutan hamba Tuhan, itu benar karena semua orang percaya itu adalah hamba Tuhan. Coba kita liat di 1 Petrus 2:9Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.”
Menjadi saksi Kristus nggak cuman lewat tingkah laku dan pola hidup sehari-hari, tapi juga harus lewat kesaksian iman secara verbal!

MOTIVASI UNTUK BERSAKSI
Apa yang mendorong kita buat bersaksi? Saat kita nggak punya keberanian, atau sibuk atau malas, harus ada motivasi yang bisa bikin kita bangkit dan ngelakuin tugas kita. Tapi motivasi ini harus tulus dan murni. Apa aja sih?
1. Kasih Yesus
Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.1 Yohanes 3:16
Sebab kasih Kristus yang menguasai kami..2 Korintus 5:14
Paulus sangat terbeban buat memberitakan Injil karena kasih Kristus yang memotivasinya. Paulus telah diberi kasih karunia keselamatan olehNya, diapun rindu ngebagiin ke orang lain.
Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Yohanes 3:16

2. Keinginan Tuhan sendiri
“…karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.Filipi 2:13
Tuhan sendirilah yang ingin atau berkehendak agar semua manusia bisa mendengar kabar baikNya. Dan Tuhan akan memperlengkapi dan memimpin kita dengan Roh KudusNya biar kita bisa melaksanakan keinginan Tuhan ini. Kita hanya perlu taat pada pimpinan Roh Kudus.

3. Amanat Agung
Bersaksi adalah respon murid-murid Yesus (termasuk kita juga) terhadap perintah Yesus sebelum Dia naik ke surga. Yang kita kenal dengan nama Amanat Agung.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.Matius 28:19-20
Disini ada yang bisa memotivasi kita yakni bahwa Yesus akan menyertai kita (melaksanakan Amanat Agung) senantiasa sampai akhir jaman! So, jangan takut!

4. Kita punya utang!
Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.” Roma 1:14
Paulus ngerasa punya utang pada Tuhan karena Tuhan telah menyelamatkannya, ia ngerasa harus bayar utang itu dengan cara memberitakan Injil pada orang lain. Pernah nonton film Pay It Forward? Seorang anak kecil punya misi buat berbuat baik pada tiga orang, dan tiga orang itu ‘berhutang kebaikan’, tapi harus dibayar dengan cara melakukan kebaikan ke tiga orang lainnya.
“Kita telah diselamatkan oleh Tuhan, bayarlah ‘utang’ keselamatan itu dengan cara memberitakan kabar baik keselamatan itu ke orang lain.”

5. Tuhan segera datang!
Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." Matius 24:14
Umat yang cinta Tuhan pasti pengen Tuhan cepetan datang kan? Kalo Tuhan datang berarti udah tiba kesudahannya. Dan Tuhan bilang ‘kesudahannya’ tiba itu kalo injil sudah diberitakan di semua bangsa! Ini bisa memotivasi kita! So, ayo beritakan Injil Kerajaan Tuhan!

Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati