Kamis, 28 September 2017

NEW SEASON


Kalau mau mengenal seseorang lebih dekat itu ya nggak ada jalan lain, kamu harus menghabiskan waktu dengan orang itu. Begitupun saat kita ingin mengenal Tuhan lebih jauh, mencari kehendak-Nya, ya nggak bisa kalau kita nggak spend time sama Tuhan.

Saya merasa banyak sekali perbedaan yang signifikan dalam satu tahun ini. Saya jadi lebih mengerti cara berpikir Dia. Ini bener, lho. Bukan saya jadi tahu semuanya, tapi saya mengerti. Dan ketika saya tidak mengerti pun, saya percaya.

Banyak orang bilang, “Kamu harus percaya Tuhan itu baik, Tuhan punya rencana buat kamu…” Listen, kamu nggak akan bisa memercayai omongan ini, dan memercayai Tuhan, kalau kamu nggak mengenal Dia. Iya dong, masa iya kalau kamu ketemu orang asing di jalan dan orang itu bilang, “Ikut gue yuk, gue punya rencana yang bisa bikin masa depan lo hebat!”, kamu bakal percaya gitu aja? Nehi nehi, kan? Tapi coba yang bilang kayak gitu adalah orang yang kamu kenal baik, atau orangtua kamu, yakin deh kamu bakal ngikut diajak ke mana.

Hal yang sama, berlaku pada hubungan kita dengan Tuhan. Ini bukan lagi “tak kenal maka tak sayang”, tapi juga “tak kenal maka tak percaya, begitu kenal pasti percaya”!

Nah, satu hal yang Tuhan reveal ke saya, adalah a new season in life. Kalau tahun kemarin saya merasa hidup saya lempeng abis, sekarang nggak. Saya percaya hidup saya nggak akan muter di situ-situ aja, karena Tuhan sudah berjanji, dan Dia bahkan sudah mulai membuka satu-persatu jalan.

Kadang saya juga bingung kenapa saya bisa sampai pulang ke Lampung lagi. Tapi ya karena saya sudah kenal Dia itu tadi, maka saya percaya.

Tuhan ingatkan saya, entering a new season comes with consequences:
1. You have to embrace the risks
Tuhan mau bawa kamu ke level yang baru dalam hidup kamu. Bisa dalam hal sekolah, kerjaan, relationship, atau keluarga. Tapi lalu kamu bilang, “Gimana kalau di sekolah itu nanti aku nggak punya teman, Tuhan? Gimana kalau nanti aku nggak sanggup ngerjain tugas di kantor baru, Tuhan? Gimana kalau cowok atau cewek itu nggak menerima aku apa adanya?” dan banyak alasan lainnya.

Oh well, one thing you need to bear in mind:
Yes, stay di kerjaan atau kota atau lingkup pergaulan yang sekarang mungkin terasa aman dan nyaman, tapi ya pencapaian kamu akan begitu-begitu saja. It’s crazy if you keep doing the same things, but you’re expecting a different result. Get real, and get out of your comfort zone. Really.

Bicara dari sudut pandang orang yang paling takut sama sesuatu yang tidak familiar bagi dirinya, saya berani bilang bahwa ketika Tuhan menawarkan beberapa hal baru pada saya, saya sampai bergidik karena membayangkan resikonya. Ngeri!
Semua yang Dia ditawarkan seems too good to be true, dan kalaupun saya berani mengambilnya, saya takut dibilang nggak bersyukur sama keadaan saya sekarang. My life is perfectly fine, why should I want more?

Tapi Dia terus mengingatkan saya, sampai akhirnya saya memberanikan diri, and finally i took my first step of faith. Dan saya memercayai Dia untuk apapun yang akan terjadi selanjutnya.

Yep, saya tahu lebih gampang ngomong daripada bicara. But hey, we are not alone. Kita bukan headless chicken yang nggak punya induk dan nggak tahu mau ke mana. Kalau Tuhan nyuruh kita keluar dari zona nyaman kita, Dia sudah menyediakan trampolin, safety net, juga tangan-Nya yang nggak akan telat menangkap jika kita terpeleset. He got you. Always.

Satu jaminan lagi:
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (Roma 8:32)

Helloooooo, Anak-Nya aja Dia kasih, masa kampus, internship, kerjaan, atau pasangan hidup yang baik nggak Dia kasih? Belajarlah percaya bahwa Dia tahu apa yang kamu butuhkan.

2. Accepting new things means letting go of the old ones
When you enter a new season, you will receive new blessings from God. Tapi, tentu ada beberapa hal yang harus kamu lepaskan. Contoh: Tuhan memberi kamu pekerjaan baru, nggak mungkin kamu masih tetap mempertahankan pekerjaan yang lama, kan? It works the other way round too: kalau kamu ingin Tuhan memberikan yang baru, jangan mempertahankan yang lama.

Telapak tangan yang masih menggenggam erat hal-hal yang lama, nggak akan bisa terbuka untuk menerima berkat yang baru dari Tuhan.

Dalam hal move on juga gitu. Kalau kata mentor saya nih ya:


Hehehehe. Yang kesindir boleh tetap scroll down.

Kadang, Tuhan sudah siapkan berkat itu buat kita, tapi kitanya sendiri nggak siap. Tuhan bisa kok melakukan semua hal tanpa bantuan kita, lha wong Dia Tuhan! Tapi, betapa indahnya ketika ternyata Dia mau melibatkan kita dalam mengambil keputusan apakah kita mau bekerja sama dengan Dia atau tidak di dalam rencana-Nya.
You don’t always get what you want, but you’ll always get what you are ready for.

Bener banget! Mau Tuhan bikin gebrakan dalam hidup kamu yang monoton? Ayo persiapkan diri!

Yang masih holding on sama hal-hal yang kamu tahu Tuhan ingin kamu lepasin, lepasin deh sekarang. Hal-hal itu bisa jadi kemalasan, kebiasaan buruk, masa lalu, kepahitan, kekecewaan, orang yang kita cintai, dan banyak hal lainnya.
It takes time, I know. Take all the time you need, but remember that the longer time you take, the longer it will be for you to receive the new blessings.

Selamat bersiap-siap untuk memasuki musim yang baru! 🙂

Rabu, 09 Agustus 2017

PASTIKAN GADGET KAMU TERKONEKSI DENGAN FIRMAN TUHAN

Ulangan 6:8-9 "Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu."

Mungkin dalam dunia modern, ayat di atas dapat diartikan smartphone, laptop di kantor, atau komputer di rumah kita, karena hampir semua orang berinteraksi dengan gadget setiap jam, bahkan menit. Dengan kata lain, pastikan Firman Tuhan mudah kamu temukan di dalam aktivitas kamu sehari-hari.

Pastikan sosial media yang kamu follow memudahkan kamu menemukan Firman Tuhan, pastikan paket kamu aktif supaya kamu senantiasa dapat terkoneksi dengan catatan-nicky.blogspot.com, pastikan kamu menaruh aplikasi Alkitab di smartphone kamu, dan pastikan smartphone kamu memiliki daya tahan baterai yang cukup, sehingga ketika kamu membutuhkan kekuatan, penghiburan, dan kebenaran, kamu dengan mudah mendapatkannya.

Saya suka sekali bermain sosial media seperti Facebook atau Instagram. Biasanya saya hanya memberikan dua sampai tiga kali kesempatan untuk teman saya mengunggah sesuatu yang negatif, setelah itu biasanya saya block atau unfriend. Saya tidak mau ketika saya sedang membuka sosial media, di saat pikiran saya butuh penyegaran, yang saya lihat justru yang negatif dan yang melemahkan iman saya.

Teman, dunia tempat kita tinggal sekarang penuh dengan tipu daya. Fokus kita dapat dengan mudah teralih dari satu hal ke hal lainnya. Itu sebabnya tidak cukup bagi kita jika hanya mendengarkan Firman Tuhan seminggu sekali atau dua kali saja. Kita perlu "senantiasa terkoneksi dengan kebenaran". Kita perlu mencari hikmat agar diri kita dapat selalu mengingat dan merenungkan Firman Tuhan.


Tuhan Yesus memberkati!!!

Sabtu, 05 Agustus 2017

Yesus pada Mu kuberseru (Symphony Worship)

Intro  :   G – C – G - C

            G                           Gmaj7

Kau Tuhan penolong dalam hidupku

            Em      D               C

Kupercaya hanya kepadaMu

       Am                   D         Bm                 Em

Kau pegang tanganku dan tuntun langkahku

Am                                  D

Yesus Kau perlindunganku

            G                          Gmaj7

Kau Tuhan kekuatan dalam hidupku

              Em     D                A

Penolongku dalam kesesakan

       Am7             D         Bm        Em

Kau Gunung Batuku dan Pertahanku

Am            A                  D

Yesus Kau kemenanganku

Chorus:

     G          Bm             Em

Yesus padaMu ku berseru

           Dm              C

Kaulah penyelamatku

     Bm             Am7    D

Terpujilah Kau Tuhanku

     G            D      B        Em

Mulutku memuji nama-Mu

               Dm      G       C

S’panjang umur hidupku

     Bm              Am7

Terpujilah Kau Tuhanku

   D                G

Diatas s’galanya

Bridge:

C                            Em

Kaulah sumber kuatku…

C                           A      Em – B

Kaulah kehidupanku…

Em                          D

Kaulah pertahananku

C                         D

Kupercaya pada-Mu…

Berbahagialah Orang yang Suka akan Firman Tuhan

"Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang" (Efesus 5:8). Untuk menjadi anak-anak terang, kita melalui proses dipindahkan Tuhan dari kegelapan, baik kegelapan dosa maupun gelap karena mata rohani yang buta. 

Orang yang buta selalu mengalami kegelapan. Menurut Yesaya 44:18, orang yang hidup dalam gelap tidak mengetahui apa-apa dan tidak mengerti apa-apa, sebab matanya melekat tertutup, sehingga tidak dapat melihat, dan hatinya tertutup juga, sehingga tidak dapat memahami. Pasal 59:10 juga menjelaskan, bahwa orang buta itu meraba-raba seolah tidak punya mata, tersandung di tengah hari seperti di waktu senja, dan duduk di tempat gelap seperti orang mati. Demikianlah orang yang buta rohaninya. Jika tidak mendapat kemurahan Tuhan untuk dipindahkan dari gelap kepada terang, ia akan mengalami kematian rohani pada akhirnya.

Orang yang buta rohani, hatinya tertutup untuk Firman. Padahal hati seharusnya untuk menyimpan Firman supaya mata rohani kita dicelikkan untuk dapat mengenal Tuhan secara tepat dan benar – bukan mengira-ngira. Jika kita telah dicelikkan dan hidup dalam terang Firman, maka dapat menghasilkan buah: kebaikan, keadilan, dan kebenaran.

Mazmur 1:1-3 mengatakan, "berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh/menghakimi orang. Namun kesukaannya ialah Taurat Tuhan dan merenungkannya siang dan malam. Kebahagiaannya ialah, ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air dan menghasilkan buah pada musimnya, daunnya tidak layu, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil."

Taurat (bahasa Ibrani) = nomos (bahasa Yunani), artinya: "pengajaran". Oleh sebab itu, gereja Tuhan harus ada pengajaran. Taurat bukan hanya dilaksanakan secara jasmani tetapi harus merupakan pengajaran sehingga dapat mengerjakan kehidupan rohani kita.

Jika kita tidak mau memperhatikan atau menerima Firman pengajaran, maka akan mengalami nasib seperti Sodom dan Gomora (Yesaya 1:10). Maka ada nasihat, carilah pengajaran dan kesaksian, supaya terbit fajar/terang (pasal 8:20). Hendaknya kita terus bergumul dalam pengajaran supaya mata rohani kita semakin terang dalam mengenal Kristus sebagai Kepala/Mempelai Pria Sorga. Jangan sampai kita merasa telah berada di dalam terang karena sudah tidak berbuat dosa lagi, tapi sementara itu mata rohani kita masih gelap.

Orang yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, berarti ia selalu mencerna kembali Firman yang diterimanya dan merenungkannya siang dan malam. Seperti dalam Yosua 1:7-8, dengan tidak lupa memperkatakan Firman, maka kita dapat bertindak hati-hati sesuai dengan Firman Tuhan, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, sehingga perjalanan kita berhasil dan akan beruntung.

Taurat Tuhan atau Firman dalam pengajaran itu sempurna dan menyegarkan jiwa, membuat mata bercahaya (Mazmur 19:8-9). Ini berarti membuat mata kita menjadi terang/tidak gelap. Jika kita betul-betul hidup dalam Pengajaran Mempelai Alkitabiah, maka jiwa kita menjadi segar dan mata hati kita menjadi terang, dan dapat memberikan hikmat/pengertian kepada orang yang tak berpengalaman.

Keberhasilan dapat berupa doa kita dijawab Tuhan ketika dalam kesesakan, segala yang kita kehendaki diberikan, dan yang kita rancangkan dijadikan-Nya berhasil (Mazmur 20:2-6). Kesimpulannya, Tuhan memenuhi segala permintaan kita sehingga kita ada sorak-sorai kemenangan dan mengangkat panji-panji Allah kita.

Hidup yang berbahagia ialah: ada kesukaan terhadap Taurat Tuhan, merenungkan Taurat itu siang dan malam, dan apa saja yang diperbuatnya pasti berhasil, sebab ia tidak pindah dari aliran air.

Tuhan Yesus memberkati!!!

Sabtu, 03 Juni 2017

Dalam HadiratNya setiap hari

Beberapa di antara kita bertanya mengenai: "Mengapa saya hanya merasakan hadirat Tuhan pada saat di gereja atau di persekutuan doa saja? Tapi setelah saya keluar dari tempat tersebut saya tidak bisa merasakan hadirat Tuhan lagi? Bahkan merasa kosong atau jauh dari Tuhan. Pada saat di rumah saya tidak dapat berdoa dan susah sekali untuk baca firman. Sehingga kehidupan kekristenan saya seringkali terasa kosong dan naik turun. Kadang saya rajin dan bersemangat dalam Tuhan, tapi kemudian saya bisa menjadi merasa malas untuk ke gereja..." 

Kingdom builders, 
Banyak cara yang diupayakan dengan amat sangat oleh sijelek untuk menjauhkan kita dari Allah Bapa kita yang Maha Kuasa dan yang sangat mengasihi kita. Agar kita tidak menyadari bahwa ada kuasa (power) yang telah diberikan dalam kita oleh Dia yang menciptakan kita, untuk membangun Kerajaan Allah di muka bumi ini. Si jelek tidak pernah berhenti bekerja dan ia menggunakan segala cara untuk menyerang dan melemahkan pikiran kita.

Jika kita tidak membaca/ merenungkan Firman Tuhan, tidak memperkatakan Firman Tuhan dan tidak melakukan Firman Tuhan, artinya kita tidak hidup di dalam Dia. Kita tidak dapat mengenal Dia (kuasa-Nya) jika kita tidak menuruti perintah-perintahNya. Karena dengan melakukan perintah-perintah-Nya kita dapat mengetahui cara kerja Allah.

"3.We know that we have come to know him if we obey his commands.  4.The man who says, "I know him," but does not do what he commands is a liar, and the truth is not in him.  5.But if anyone obeys his word, God's love[b] is truly made complete in him. This is how we know we are in him:  6.Whoever claims to live in him must walk as Jesus did." I John 2:3-6, NIV

Jika kita berpikir, berkata-kata dan bertindak seperti yang Yesus lakukan, kita akan  mengenal  dan  terbiasa  dengan cara Allah bekerja dalam hidup kita. Dan bukan itu saja, kita akan mengalami dan melihat Kuasa dan Kemuliaan-Nya dinyatakan dalam hidup kita. Tercipta suatu keintiman yang kita rasakan terus setiap saat ketika kita hidup di dalam Dia, dengan cara melakukan perintah-perintahNya sehingga Kuasa-Nya hidup di dalam kita. 

"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (I Yoh 2:6)

"Anyone who claims to be intimate with God ought to live the same kind of life Jesus lived." (I John 2:6)

Yang harus kita lakukan dalam hidup kita adalah:

1. Menerima Firman Allah                                 

2. Merenungkan/ Meneliti Firman Allah

3. Melakukan/ Memperkatakan Firman Allah

4. Membagikan Firman Allah.

Pada saat kita merasakan hadirat Allah sewaktu ikut dalam doa bersama, pujian penyembahan ataupun melalui khotbah/ KKR sekalipun, itu adalah suatu momentum rohani yang memberikan semangat untuk memulai suatu hubungan yang lebih serius lagi dengan Allah. Tapi bagaimanakah caranya agar kita dapat merasakan hadirat Allah terus menerus dalam hidup kita? 

Hadirat Allah dapat selalu kita rasakan apabila kita senantiasa  hidup dengan gaya hidup Yesus. Mari setiap saat kita melatih diri untuk melakukan Firman Tuhan. Kita mulai dengan mempelajari kitab Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Kita akan mengetahui apa saja yang Yesus lakukan pada waktu Dia ada di dunia. Pada saat kita menghidupi Firman-Nya dengan memiliki gaya hidup seperti Yesus, maka sungguh kita akan menyadari bahwa kita ada di dalam Dia/ dalam Hadirat-Nya.

Mari kita ubah gaya hidup kita dan hidup dengan gaya hidup Yesus agar kita dapat hidup dalam hadirat-Nya setiap hari.

Tuhan Yesus memberkati

Jumat, 02 Juni 2017

Bangkit dari kegagalan

“Sebab 7 kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali," (Amsal 24:16a)

Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan kita pasti pernah mengalami sebuah kegagalan. Bahkan tokoh-tokoh di Alkitab pun, pernah mengalami sebuah kegagalan didalam kehidupannya. Musa gagal mentaati perintah Tuhan karena ia marah kepada bangsa Israel yang tegar tengkuk (Bil 20:2-12), Raja Daud gagal mempertahankan kekudusan dengan mengambil Batsyeba istri Uria menjadi istrinya (2 Sam 11:1-27), Petrus gagal mempertahankan imannya (Mat 69-75), dan masih banyak contoh lainnya. Sesungguhnya bukan kegagalanlah yang Tuhan harapkan terjadi atas setiap kita.Tetapi respon kita dalam menyikapi sebuah kegagalan. Tuhan tidak mau kita menyerah tetapi kita harus bangkit! Bagaimana bangkit dari sebuah kegagalan?

1. Merendahkan hati di hadapan Tuhan (2 Raja 22:19)
Kunci utama sebuah pemulihan adalah merendahkan hati di hadapan Tuhan. Musa, Daud, dan Petrus, ketika mengalami kegagalan karena kesalahan yang mereka lakukan, mereka segera menyadari kesalahan yang mereka lakukan.  Mereka mengambil respon yang tepat dengan tidak menyalahkan Tuhan atas kegagalan yang mereka alami. Tetapi mengaku dosa di hadapan Tuhan. Langkah awal untuk bangkit dari kegagalan adalah datang dan merendahkan hati, serta mengakui dosa dan kesalahan kita di hadapan Tuhan. Sering kali dalam menjalani kehidupan kita tidak menyadari jika kita berbuat suatu kesalahan. Dan Tuhan memakai kegagalan supaya kita menyadari kesalahan kita, serta belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih tangguh.  Ketika Daud menyadari kesalahan yang ia buat, Daud menyesal dan mengakui dosanya. Bahkan ia berpuasa untuk meminta pengampunan Tuhan (2 Sam 12:13-16). Konsekuensi dari kesalahan Daud tetap ada, tetapi karena ia merendahkan hati dan mengaku dosa, Daud tetap disebut sebagai ‘orang yang berkenan di hati Tuhan’.

2. Memperbaiki kesalahan (2 Taw 7:14)
Langkah kedua untuk bangkit dari kegagalan adalah berubah.  Mulailah memperbaiki karakter dan kebiasaan kita yang salah, yang menyebabkan kita gagal. Dengan berdoa dan membaca firman Tuhan, Tuhan akan menunjukkan dan mengajari kita mana yang baik dan mana yang salah. Mengubah sebuah kebiasan memang bukanlah hal yang mudah, tetapi jika kita mulai membangun sebuah kebiasaan yang baru, yang baik, dan seturut dengan firman Tuhan, maka pelan tapi pasti kehidupan kita pun akan mengalami perubahan. Sebagai contoh, jika selama ini kita suka bersungut-sungut dan marah-marah, mulailah membangun kebiasaan mengucap syukur dan bersabar. Jika selama ini kita kurang mengasihi orang lain, mulailah menabur kasih kepada orang lain. Jika selama ini ada karakter kita yang berpotensi untuk menyakiti dan merugikan orang lain, mari kita berubah. Kebiasaan baik yang kita bangun, akan membawa dampak yang baik bagi hidup kita dan orang-orang di sekitar kita, sehingga nama Tuhan dipermuliakan. Mintalah kekuatan Tuhan untuk berubah menjadi semakin lebih baik seperti yang dikehendakiNya.  

3. Berjalan maju (Fil 3:13)
Hal terakhir setelah kita belajar memperbaiki kesalahan adalah jangan tergoda untuk kembali ke belakang dengan segala kebiasaan dan kesalahan kita yang lama. Berjalanlah maju ke depan. Percayalah bahwa di depan ada sesuatu yang baik dan indah yang sudah Tuhan sediakan bagi kita. Bersemangatlah untuk berjuang kembali bersama Tuhan. Pengampunan yang Tuhan berikan selalu disertai dengan sebuah pengharapan baru. Petrus tidak menjadi orang yang gagal di akhir hidupnya, tetapi ia justru menjadi rasul yang hebat dan membawa banyak orang mengalami kesembuhan dan keselamatan. 

Tuhan Yesus memberkati.

Rabu, 03 Mei 2017

Dalam hadiratNya setiap hari

Beberapa di antara kita bertanya mengenai: "Mengapa saya hanya merasakan hadirat Tuhan pada saat di gereja atau di persekutuan doa saja? Tapi setelah saya keluar dari tempat tersebut saya tidak bisa merasakan hadirat Tuhan lagi? Bahkan merasa kosong atau jauh dari Tuhan. Pada saat di rumah saya tidak dapat berdoa dan susah sekali untuk baca firman. Sehingga kehidupan kekristenan saya seringkali terasa kosong dan naik turun. Kadang saya rajin dan bersemangat dalam Tuhan, tapi kemudian saya bisa menjadi merasa malas untuk ke gereja..."

Kingdom builders,
Banyak cara yang diupayakan dengan amat sangat oleh pendakwa kita untuk menjauhkan kita dari Allah Bapa kita yang Maha Kuasa dan yang sangat mengasihi kita. Agar kita tidak menyadari bahwa ada kuasa (power) yang telah diberikan dalam kita oleh Dia yang menciptakan kita, untuk membangun Kerajaan Allah di muka bumi ini. Si jelek tidak pernah berhenti bekerja dan ia menggunakan segala cara untuk menyerang dan melemahkan pikiran kita.

Jika kita tidak membaca/ merenungkan Firman Tuhan, tidak memperkatakan Firman Tuhan dan tidak melakukan Firman Tuhan, artinya kita tidak hidup di dalam Dia. Kita tidak dapat mengenal Dia (kuasa-Nya) jika kita tidak menuruti perintah-perintahNya. Karena dengan melakukan perintah-perintah-Nya kita dapat mengetahui cara kerja Allah.

"3.We know that we have come to know him if we obey his commands.  4.The man who says, "I know him," but does not do what he commands is a liar, and the truth is not in him.  5.But if anyone obeys his word, God's love[b] is truly made complete in him. This is how we know we are in him:  6.Whoever claims to live in him must walk as Jesus did." I John 2:3-6, NIV

Jika kita berpikir, berkata-kata dan bertindak seperti yang Yesus lakukan, kita akan  mengenal  dan  terbiasa  dengan cara Allah bekerja dalam hidup kita. Dan bukan itu saja, kita akan mengalami dan melihat Kuasa dan Kemuliaan-Nya dinyatakan dalam hidup kita. Tercipta suatu keintiman yang kita rasakan terus setiap saat ketika kita hidup di dalam Dia, dengan cara melakukan perintah-perintahNya sehingga Kuasa-Nya hidup di dalam kita.

"Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup." (I Yoh 2:6)

"Anyone who claims to be intimate with God ought to live the same kind of life Jesus lived." (I John 2:6)

Yang harus kita lakukan dalam hidup kita adalah:

1. Menerima Firman Allah                                

2. Merenungkan/ Meneliti Firman Allah

3. Melakukan/ Memperkatakan Firman Allah

4. Membagikan Firman Allah.

Pada saat kita merasakan hadirat Allah sewaktu ikut dalam doa bersama, pujian penyembahan ataupun melalui khotbah/ KKR sekalipun, itu adalah suatu momentum rohani yang memberikan semangat untuk memulai suatu hubungan yang lebih serius lagi dengan Allah. Tapi bagaimanakah caranya agar kita dapat merasakan hadirat Allah terus menerus dalam hidup kita?

Hadirat Allah dapat selalu kita rasakan apabila kita senantiasa  hidup dengan gaya hidup Yesus. Mari setiap saat kita melatih diri untuk melakukan Firman Tuhan. Kita mulai dengan mempelajari kitab Matius, Markus, Lukas, Yohanes. Kita akan mengetahui apa saja yang Yesus lakukan pada waktu Dia ada di dunia. Pada saat kita menghidupi Firman-Nya dengan memiliki gaya hidup seperti Yesus, maka sungguh kita akan menyadari bahwa kita ada di dalam Dia/ dalam Hadirat-Nya.

Mari kita ubah gaya hidup kita dan hidup dengan gaya hidup Yesus agar kita dapat hidup dalam hadirat-Nya setiap hari.

Selasa, 18 April 2017

Menghindari Pertengkaran

Kata orang pertengkaran merupakan bunga dalam kehidupanTapi apabila frekuensinya dan intensitasnya terlalu tinggi, itu bukan lagi menjadi bunga dalam kehidupan melainkan benalu yang bisa mematikan alias menghancurkan … cepat atau lambat.

“Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran.” (Amsal 17:19)


Kata orang pertengkaran merupakan bunga dalam kehidupan. Itu kata bijak yang hingga batas-batas tertentu ada benarnya. Bertengkar itu tanda dekat, kata yang lain lagi, dan juga dianggap bagaikan bumbu yang melezatkan kehidupan keluarga atau persahabatan. Tapi apabila frekuensinya dan intensitasnya terlalu tinggi, itu bukan lagi menjadi bunga dalam kehidupan melainkan benalu yang bisa mematikan alias menghancurkan. Ibarat memasak dengan bumbu yang terlalu banyak, rasanya bisa tidak karuan.

Sebuah keluarga bisa sejuk, damai dan tentram penuh kasih bagai surga, tapi sebaliknya bisa panas membara dan menyiksa seperti neraka. Demikian pula dalam pertemanan.

Alkitab mengingatkan : “Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai.”(Amsal 17:14).


Kran air yang bocor atau lupa dimatikan bisa membanjiri seluruh rumah. Tanggul bisa jebol dan justru bermula dari retakan kecil di salah satu bagian dindingnya. Seperti itu pula seharusnya kita menyikapi sebuah pertengkaran. Berhentilah secepatnya sebelum pertengkaran itu menjadi tidak terkendali.

“Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi.” (Yakobus 1:4-5a).

Menyimpan kekesalan atau sakit hati berlarut-larut pun berpotensi menimbulkan pertengkaran. “Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul.” (Amsal 30:33).

Selain itu, ego, keangkuhan, sikap tidak mau kalah dan sejenisnya pun bisa menimbulkan pertengkaran. Karena itulah kita diminta untuk bisa memaafkan orang dengan segera dan bersikap rendah hati, mau belajar untuk lebih memahami dan menerima orang lain apa adanya. Tidak ada manusia yang sempurna. Masalah yang timbul bisa diselesaikan baik-baik pada saat yang tepat, tidak terburu-buru.

Alkitab mengatakan orang yang suka bertengkar biasanya juga suka pada pelanggaran atau dosa.

“Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran.” (Amsal 17:19).


Kita harus belajar mengendalikan emosi. Kita harus bersikap tegas terhadap pertengkaran, bukan membiarkannya merusak hidup kita sendiri dan orang lain.

Alkitab mengatakan :

“Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” (Yakobus 1:20)

“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”(Roma 12:18).


Tiga hal ini: [1] cepat untuk mendengar, [2] tetapi lambat untuk berkata-kata, dan [3] juga lambat untuk marah, diterapkan didalam kehidupan sehari-hari sehingga hidup kita didepan menjadi lebih indah dan bahagia.

[1]. cepat untuk mendengar

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” –Yakobus 1:19


Gesekan-gesekan kecil merupakan hal yang lumrah dalam rumah tangga ataupun dalam pertemanan. Kita semua memiliki kepribadian yang berbeda, pola pikir untuk menyelesaikan masalah berbeda, cara menghadapi persoalan pun bisa berbeda. Sebuah pertengkaran seringdimulai dari hal yang kecil dan sepele, namun ketika emosi meningkat, emosi mulai tidak terkendali dan bagaikan api terus membesar dan menyambar kemana-mana.

Berbeda pendapat itu normal, tidak sepakat itu biasa, namun diatas semua itu kita harus membiasakan diri kita untuk mau mendengar terlebih dahulu. Dengarkan dulu baik-baik alasan dan pendapat mereka lalu cobalah komunikasikan dengan cara-cara yang baik, sopan dan beradab.

Kita bisa melihat satu contoh dari tanggapan Yesus ketika Dia berkunjung ke rumah Marta dan Maria (Lukas 10:38-42). Pada saat itu Marta memilih untuk sibuk melayani, tetapi Maria memilih untuk diam di dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan Yesusdengan sungguh-sungguh. Yesus menganggap bahwa apa yang dilakukan Maria adalah“memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari padanya.” (ay 42). Begitu pentingnya untuk mau mendengar dengan hati yang lembut. Bukanlah kebetulan Tuhan memberikan kita sepasang telinga sebagai indra untuk mendengar. Dua telinga dan satu mulut, itu menunjukkan bahwa mendengar itu lebih penting ketimbang berbicara. “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.” (Lukas 8:18).

“Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!” (Ibrani 4:7)


Ada saat dimana kita harus berbicara dan bersikap, namun ada juga saat dimana kita harus menjadi pendengar yang baik. Seorang pendengar yang baik akan mampu mendengar dengan cepat dan cermat sebelum menarik kesimpulan dengan tergesa-gesa atau terburu-buru menuduh apalagi menyerang. Hati yang cepat mendengar akan akan membuat kita mampu melihat dengan lebih jelas permasalahan dari sudut pandang orang lain. sehingga bisa menghindarkan kita dari amarah berlebihan yang tidak akan menguntungkan siapapun tapi malah merugikan banyak orang.

[2] tetapi lambat untuk berkata-kata

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” –Yakobus 1:19


Kita perlu berhati-hati dengan segala perkataan yang kita ucapkan. Selain alasan mendasar di atas yaitu ada kuasa dibalik kata yang keluar dari mulut kita, terlalu banyak omong juga akan membuka kelemahan kita atau malah menunjukkan kebodohan kita sehingga bisa mempermalukan diri sendiri. Maka tepatlah apa yang tertulis pada Amsal berikut ini: “Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi hatinya.” (Amsal 18:2), atau ini: “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.” (ay 13).

Yesus sendiri mengajarkan sesuatu yang sangat menarik perihal perkataan. Yesus berkata:“Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” (Matius 12:34b). Lalu dilanjutkan dengan:“Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” (ay 35). Yesus pun menegaskan bahayanya memiliki mulut yang tidak terkontrol. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.”(ay 36) dan: “Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (ay 37).

Perselisihan yang besar bisa dihindarkan dengan tips Yakobus. Cepatlah mendengar, tapi lambatlah berkata-kata. Jangan terburu-buru mengeluarkan kata-kata sebelum segala sesuatunya jelas betul. Dengarkanlah terlebih dahulu agar kita dapat mengerti. “Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya.” (Amsal 17:27-28).

(Yakobus 3:5). “Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.” (ay 6). Semua ini menunjukkan begitu pentingnya untuk menjaga perkataan kita.

Hindarilah pertengkaran dengan tidak cepat mengeluarkan perkataan sebelum terlebih dahulu mendengar dengan baik dan cermat. Selain dapat mempermalukan diri kita sendiri, lidah yang tak terjaga juga dapat membakar habis sebuah hubungan dan menghancurkan seluruh hidup kita.

Terlalu cepat berbicara sebelum mendengar terlebih dahulu artinya mempermalukan diri sendiri.

[3] Lambat Marah

 “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” –Yakobus 1:19


Emosi negatif bukan saja menyebalkan bagi orang yang melihat, tetapi bisa sangat membahayakan tubuh kita. Tidaklah mengherankan jika ada banyak penyakit yang bercokol dalam tubuh kita ketika kita memanjakan amarah dan membiarkannya menguasai diri kita.

Kemarahan adalah sebuah tingkat emosional dengan intensitas tertentu antara hanya merasa terganggu hingga tingkat tinggi seperti mengamuk atau murka. Seperti jenis perasaan lainnya, kemarahan juga akan diikuti oleh perubahan psikologis dan biologis. Detak jantung menjadi cepat, tekanan darah meninggi, beberapa hormon pun mengalami peningkatan level.

Lewat Daud kita bisa belajar bagaimana cara bersikap ketika sedang marah. “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.” (Mazmur 4:5). Ini tips yang sangat menarik. Marah boleh-boleh saja, tapi ingatlah bahwa dalam amarah kita jangan sampai berbuat dosa. Kemarahan bisa menjadi sebuah sarana iblis untuk menghancurkan kita. Maka berhati-hatilah ketika kita sedang marah. Lalu Paulus mengajarkan hal yang sama dengan kalimat yang berbeda. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Efesus 4:26-27). Jangan sampai marah kita berlarut-larut dalam waktu terlalu lama, karena itu bisa dimanfaatkan iblis untuk melakukan sesuatu yang buruk pada kita. Yakobus mengingatkan agar kita “lambat untuk marah”, dan ia punya alasan akan hal ini. Apakah itu? Perhatikan ayat selanjutnya: “sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” (ay 20). Orang yang sedang dilanda kemarahan meluap-luap tidak akan dapat melakukan hal yang baik, yang berkenan di hadapan Allah. Tidak ada kebenaran dibalik sebuah kemarahan, dan itu pun merugikan kita.

Kendalikan amarah sebelum amarah mengendalikan kita. Cepatlah mendengar bukan cepat menentang atau menyerang.Bersikap tegas terhadap pertengkaran dan jangan memulai apalagi membiarkan.“Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai.”

Senin, 17 April 2017

PERCAYA SAJA

Jawab Yesus : “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu : Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah.” Yohanes 11:40

Bagaimana kita dapat belajar percaya kepada Tuhan, sehingga sungguh hidup kita mengalami kehidupan dahsyat ?

Firman Tuhan dalam Ibrani 11:1 menyatakan, “IMAN adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”(“Now faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen.”)

Artinya ada di dunia roh (yang tidak kelihatan) yang dihadirkan di alam nyata, melalui percaya dan pengharapan di dalam Yesus Tuhan.

Jadi kiita perlu menyatakan iman : “percaya saja” kepada Tuhan, agar kita dapat melihat keajaiban-keajaiban Tuhan.

Tuhan Yesus tidak menyampaikan standart yang sulit untuk PERCAYA dan akhirnya menerima mujizat! Dia tidak meminta kita untuk naik ke atas gunung yang sangat tinggi dan sulit didaki. Atau meminta kita berpuasa tidak makan minum sama sekali dalam jangka waktu sangat lama. Atau meminta hal lain yang tidak mungkin dapat dilakukan manusia.

Firman Tuhan menyatakan, diperlukan iman “hanya sebesar biji sesawi saja.” Saudara dan saya hanya percaya saja. Kita katakan dengan keras : “PERCAYA SAJA!” dan “AKU PERCAYA!” Kita tahu untuk itu kita masih perlu belajar. Bagaimana kita belajar untuk memiliki iman percaya itu ?

1.      Iman percaya harus tetap di dalam Tuhan Yesus KristusPercaya dan menerima Dia sebagai JuruselamatKetika 100% di dalam Dia, maka apa yang Kristus punya engkaupun punya (Ingatlah arti perumpamaan tentang Anak yang hilang). Mujizat-Nya, kuasa-Nya, dan seterusnya. Kita tidak mungkin dapat memiliki iman tanpa pertolongan Roh Kudus.

Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap ortang yanghidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Yohanes 11:25

2.      Berpengharapan / menanti-nantikan Tuhan Yesus (ada tujuan). Sekaligus senantiasa mengingat dan merenungkan  kebaikan-kebaikan Tuhan. Sehingga timbul gairah dan rasa percaya kepada-Nya Ingat Bartimeus yang buta itu, juga wanita yang mengalami pendarahan itu, pasti terlebih dahulu mendengar tentang siapakah anak Daud itu, dan mereka menanti-nantikan / berpengharapan besar untuk dapat bertemu Tuhan Yesus. Kerinduan yang mendalam merupakan roket yang mendorong mujizat terjadi.

3.      “Percaya saja.” dan memperkatakan perkataan iman percaya.
Markus 5:21-43, mengkisahkan bahwa ada seseorang yang bernama Yairus, kepala rumah ibadat, menemui Tuhan Yesus dan memohon agar anak perempuannya yang sakit disembuhkan. Tetapi ditengah jalan seseorang menyusul dia dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru (Yesus)?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat : “Jangan takut, percaya saja!”(ay 21-24 & 35-40). Lalu apa yang terjadi? Lalu Dia memegang anak itu dan berkata “Talita kum,” yang berarti : “Hai anak Aku berkata kepadamu, bangunlah!” maka anak itu bangkit berdiri dan berjalan (ay 41-43)

Bandingkan kisah Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu. Apa yang dikatakanNya? “Jawab Yesus: katamu : jika Engkau dapat ? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Markus 9:23)

Ingat ketika Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur. Tidak ada kata protes atau ketidaksukaan pelayan pesta itu untuk menyiapkan air. Markus 5:21-43; ayat 21-34, 35-40. Mereka melakukan dengan percaya saja seperti yang diperintahkan ibu Maria, ibu Yesus. Apakah mulut lidah bibir kita tidak kelu untuk mengatakan “PERCAYA”? Ataukah kita seperti Maria dan Marta yang tidak percaya pada waktu itu ?Ayat 39-40,...”Kata Yesus:”Angkat batu itu! Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepadaNya : Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati. Jawab Yesus : Bukankah sudah Kukatakan kepadamu : Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?

4.      Belajar mempercayai Firman Tuhan.
Apa saja yang kita percayai, dan perkatakan harus sesuai dengan firman Tuhan. Tidak menyimpang dari isi Alkitab. Rasanya tidak mungkin akan terjadi sesuatu dari  seseorang yang berdoa, dan mempunyai iman percaya demi kejahatan, kecuali doa itu ditangkap dan dikerjakan oleh kerajaan kegelapan. Kita tahu bahwa firman Tuhan tidak dibatalkan sampai hari ini. Perkataan dan janji-janji-Nya selalu digenapi. Karena Firman itu adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri.
 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.Yohanes 1:1-3, 14.
Jadi sekali lagi, ketika kita mempunyai iman percaya agar sesuatu terjadi bagi kita dan itu sesuai dengan firman Tuhan, maka Tuhan akan melaksanakannya dengan segera, karena demikian janji-Nya.

"Saya seringkali berkata-kata dengan iman percaya yang didahului dan didasari dengan firman Tuhan, ketika menghadapi pergumulan. Bahwa saya klaim apa yang saya perkatakan saya terima. Halleluya!... dan itu terjadi!"

Tuhan Yesus memberkati

Rabu, 12 April 2017

Belajar dari pohon badam

Yeremia 1:11-12 berkata “Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: “Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?” Jawabku: “Aku melihat sebatang dahan pohon badam.” Lalu firman TUHAN kepadaku: “Baik penglihatanmu, sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku.””

Pohon badam (almond tree) adalah jenis pohon yang mampu tumbuh dan bertahan di semua musim, khususnya di daerah Timur Tengah; juga berbunga lebih awal, disaat pohon-pohon lain masih ‘tidur’ pada musim dingin. Dalam Bahasa Ibrani tertulis ‘shaqed’ yang artinya ‘ yang berjaga, ‘yang bangun’, ‘yang siap’. Dalam kamus Bahasa Ibrani, kata ‘pohon badam’ dan ‘siap sedia’ memiliki kesamaan arti, yaitu berjaga-jaga. Inilah yang Tuhan kehendaki bagi kita, yaitu keadaan kita selalu siap sedia (berjaga-jaga) karena Tuhan selalu siap sedia melaksanakan Firman-Nya (datang kembali untuk keduakalinya).

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:35-37) Namun, ayat tersebut tidak bermaksud agar kita ‘tidak perlu berjaga-jaga’ karena kasih karunia Tuhan yang selalu ada bagi kita, seharusnyalah kita menghargai kasih karunia Tuhan tersebut dengan selalu berjaga-jaga agar tidak terjatuh dalam dosa.

Mari kita belajar dari kegagalan Simson! Hakim-Hakim 14:5-6 mengisahkan kekuatan simson yang luar biasa ketika Roh Tuhan berkuasa atasnya. Namun, Simson akhirnya kalah bukan karena serangan musuh tetapi karena godaan seorang wanita. Simson tidak berjaga-jaga atas kelemahannya sehingga ia pun jatuh dalam pencobaan. “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41) Lalu, apa istimewanya menjadi orang Kristen yang berjaga-jaga seperti pohon badam itu?

1) Bilangan 17:5,7,8 berkata “Dan orang yang Kupilih, tongkat orang itulah akan bertunas; demikianlah Aku hendak meredakan sungut-sungut yang diucapkan mereka kepada kamu, sehingga tidak usah Kudengar lagi.” Musa meletakkan tongkat-tongkat itu di hadapan TUHAN dalam kemah hukum Allah. Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.” Orang yang berjaga-jaga seperti pohon badam adalah orang yang dipilih oleh Tuhan. Berjaga-jagalah karena mungkin kita tidak memiliki kesempatan kedua untuk sungguh-sungguh mengikut Yesus.

2) Kejadian 43:11 berkata “Lalu Israel, ayah mereka, berkata kepadanya: “Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini dalam tempat gandummu dan bawalah kepada orang itu sebagai persembahan: sedikit balsam dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam.” Orang yang berjaga-jaga adalah orang yang mempersembahkan yang terbaik dalam hidupnya untuk dipersembahkan kepada Raja segala raja.

Lalu, bagaimana jika kita tidak berjaga-jaga?
a) Memberi kesempatan kepada si jelek.
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” (Efesus 4:26-31)

b) Tidak menyadari bahaya yang mengancam kehidupan kita.
Menganggap enteng atau terlalu kuat sehingga kalah sebelum berperang. Mazmur 19:13 berkata “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.” Waspadalah karena sedikit penyimpangan dalam kehidupan kita merupakan awal ketersesatan kita di masa depan. Kita harus senantiasa berjaga-jaga dengan selalu berdoa dan membaca Firman Tuhan agar kehidupan kita selalu selaras dengan Firman Tuhan, tidak menyimpang sedikitpun. Orang bijak akan menghindari bahaya sehingga selamat sampai akhirnya.

Bagaimana cara berjaga-jaga?
Mazmur 1:1-3 berkata “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” 
Alkitab adalah surat cinta dari Tuhan karenanya merenungkan Firman Tuhan adalah suatu kesukaan bagi umat yang mencintai Tuhan.

➡ Bunga badam disimpan dalam pelita emas (Keluaran 25:31-33). Pelita emas melambangkan Roh Kudus, karenanya kita harus selalu rindu dipenuhi oleh Roh Kudus. Kita harus taat akan tuntunan Roh Kudus agar kelak layak menjadi mempelai Kristus.

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Senin, 10 April 2017

FAITH

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6)

Jadi yang kita harus lakukan adalah hidup dalam keseharian dan melakukannya di dalam iman.

1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. 2 Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. 3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. (Ibrani 11:1-3)

Kata ‘dasar’ diambil dari kata hupostasis yang artinya:

Dasar dari sebuah kepastian. Esensi dari sebuah kenyataan.

Jadi ‘Iman’ adalah sebuah kepastian dan sesuatu yang nyata, bukan bayangan. Iman bukan permainan perasaan, iman juga bukan tindakan nekat. Sebab nekat dan perasaan bukanlah kenyataan dan kepastian.

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17)

Kata ‘dengar’‘mendengarkan’‘dengarlah’ atau ‘pendengaran’ semua ini diambil dari akar  kata‘akoe’Akoe bukan sekedar dengar pakai telinga, sebab kata ‘akoe’ mengandang tiga tingkatan:
PertamaListening: Kita akan mengalami dengar pakai telinga. 
Kedua, Knowing: Kita harus tahu apa yang sedang dibicarakan. 
KetigaUnderstanding: Jika kita mendengar firman Tuhan, kita butuh Roh kudus untuk membawa kita pada pemahaman. Sebab iman lahir dari pemahaman akan firman Tuhan. Iman tidak lahir ketika kita hanya mendengar firman pakai telinga. Iman juga tidak lahir hanya karena kita tahu topik apa yang sedang dibicarakan. Iman hanya lahir ketika kita benar-benar memahami firman Allah yang disampaikan.
Jadi iman timbul dari pemahaman akan firman Allah. Pemahaman akan menggiring kita kepada keyakinan bahwa perkataan Tuhan itu pasti dan perkataan Tuhan itu nyata.

Ibrani 11:3 menjelaskan bahwa apa yang kita lihat sekarang telah terjadi dari apa yang kita tidak lihat. Kejadian 1 menjelaskan bahwa benda penerang, bumi dan cakrawala, semua itu ada karena ‘firman Tuhan’. Makanya kalau kita mau hidup dalam iman tidak ada cara lain, mulailah untuk meminta Tuhan membawa kita pada pemahaman akan firman-Nya. Sebab firman Allah berkaitan dengan dua hal di atas yaitu: Firman Allah ketika diucapkan itu pasti terjadi dan firman Allah ketika diucapkan akan berubah menjadi kenyataan.

Penulis kitab Ibrani mengajarkan bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan ….”  Kenapa sampai dia kaitkan dengan pernyataan ‘yang kita harapkan’? Sebab ternyata orang gampang berharap hanya pada sebuah kepastian. Kepastian akan menolong kita untuk berharap. Sebab itu Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa ‘firman Allah’ itu pasti dan ‘firman Allah’ itu  nyata. Jika mau hidup dalam iman, mulailah memahami firman Allah.

Kata ‘harapkan’ dalam Ibrani 11 diambil dari kata ‘elpizo’Elpizo memiliki tiga arti:

Percaya kepada Tuhan Menunggu Tuhan Bergantung kepada Tuhan

Kenapa kita percaya pada Tuhan? Karena Dia berbicara itu pasti dan akan menjadi kenyataan. Kenapa kita menunggu Tuhan? Karena Dia berbicara itu pasti, lalu akan berubah menjadi kenyataan. Kenapa kita bergantung kepada Tuhan? Karena Dia berbicara itu pasti, lalu akan berubah menjadi kenyataan. Makanya dalam Roma 5 Paulus mengajarkan kebenaran ini kepada jemaat bahwa pengharapan di dalam Tuhan itu tidak mungkin mengecewakan. Jika kita berharap kemudian kecewa, pertanyaannya kita berharap kepada apa? Bapakah kita berharap kepada sesuatu yang pasti atau tidak, berharap kepada sesuatu yang nyata atau tidak? Jika ada orang yang berharap kemudian dia kecewa, berarti itu masalahnya. Sebab Alkitab mengajarkan bahwa siapa saja yang berharap kepada Tuhan, tidak mungkin pulang dengan kecewa. Sebab semua harapan di dalam Tuhan selalu berhasil, karena didasarkan kepada sesuatu yang pasti yang akan berubah menjadi kenyataan.

Kata ‘Elpizo’: Percaya kepada Tuhan, menunggu Tuhan, bergantung kepada Tuhan. Itu disertai dengan kalimat “Satu kali lagi”. Kenapa ‘elpizo’ menitik beratkan pernyataan “Satu kali lagi”? Sebab seringkali dalam hidup karena kita menunggu terlalu lama, maka kita berhenti menunggu dan berhenti berharap. Sebab itu kata ‘elpizo’ mengajak “Satu kali lagi”. Artinya waktu kita sudah lelah percaya, kalimat ini muncul “satu kali lagi”. Waktu kita sudah lelah menunggu,  kalimat ini muncul“satu kali lagi”. Waktu kita sudah lelah bergantung pada Tuhan, kalimat ini muncul “satu kali lagi”. Sebab apapun yang kita harapkan dari Tuhan, hal itu pasti terjadi.

Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bilangan 23:19)

Jangan pernah setarakan Tuhan dengan manusia. Manusia terbiasa berdusta, Tuhan tidak. Manusia terbiasa menyesal, Tuhan tidak. Jadi kita harus bangun cara berpikir bahwa Tuhan bukan manusia. Sebelum Tuhan berbicara Dia tahu bahwa Dia dapat melakukannya. Jadi jika kita mau hidup dengan iman tidak ada cara lain, kita harus kuat dengan firman Allah dan paham firman Allah.  Pemahaman akan firman Allah membuat kita sanggup percaya satu kali lagi, menungggu satu kali lagi dan bergantung kepada Tuhan satu kali lagi. Itulah Iman.

Ibrani 11:1, Ini adalah pernyataan kontra logika, karena sesuatu disebut bukti adalah ketika kita melihatnya. Kata ‘bukti’ diambil dari kata ‘elegchos’ yang artinya bukti berdasakan hasil uji. Jadi iman adalah bukti dari hasil uji yang kemudian berubah menjadi keyakinan di dasar hati kita yang paling dalam.  Iman tidak dapat bertumbuh dalam hidup kita jika kita tidak memulainya dengan firman Allah yang dipahami oleh bantuan Roh Allah. Jadi prinsip inti dalam iman adalah pertama firman Allah, kedua adalah kita butuh Roh Allah.

1 Korintus 2:9-12

Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Korintus 2:9)

Kata ‘disediakan’ diambil dari kata hetoimazo’ yang artinya: sudah ada, sudah disiapkan. Jadi yang kita tidak pernah lihat, tidak pernah dengar dan tidak pernah pikirkan, Tuhan berkata hal itu sudah ada dan sudah disiapkan. Makanya Alkitab berkata di bumi ini tidak ada yang baru. Sebab semuanya sudah ada dan sudah disiapkan.

Siapakah yang mengasihi Tuhan?

Alkitab berkata, orang yang mengasihi Tuhan adalah orang yang memegang perintah Tuhan dan melakukannya (Yohanes 14:21).

Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. (1 Korintus 2:10)

Kata ‘menyatakannya’ diambil dari kata apokalupto yang artinya: Allah membuka rahasia tentang siapa diri-Nya, dan sangat terbaca oleh Roh Allah dan Roh Allah yang ada di dalam kita akan menegaskan siapa Allah sebenarnya, apa kemampuan-Nya dan apa yang dimungkinkan untuk Dia kerjakan dalam hidup kita. Jadi percayalah bahwa banyak mendengar firman saja tidak cukup untuk hidup dalam iman. Kecuali, kita ditolong oleh Roh Allah. Sebab untuk membuat kita yakin kepada firman Allah, hanya Roh Allah yang sangup melakukannya. Sebab Roh Allah adalah pribadi yang sangat paham rahasia tentang kehebatan Allah.

Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. (1 Korintus 2:11)

Salah satu tugas Roh kudus adalah Dia akan mengajar kita tentang rahasia kehebatan Allah yang oleh akal budi sampai saat ini belum dapat kita pahami.

Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. (1 Korintus 2:12)

Kata ‘tahu’ disini diambil dari kata ‘eido’ yang artinya kepastian mengenai sesuatu yang telah terjadi. Kita menerima Roh Allah supaya kita tahu tentang apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Contoh:

Oleh bilur-bilurNya, kamu telah sembuh.” (1 Petrus 2:24)

Kita tidak melihatnya, makanya sulit bagi kita untuk percaya. Pada keadaan ini kita butuh Roh kudus. Kita harus minta Roh kudus tolong kita supaya memiliki kepastian mengenai apa yang telah terjadi. Sebab itu Paulus berkata, “Apa yang kamu tidak pernah lihat”, Tuhan berkata, “sudah siap”. “Apa yang kamu tidak pernah dengar”, Tuhan berkata, “sudah siap”. Sebab memang penglihatan kita terbatas, makanya kita butuh Roh kudus untuk memberikan kepastian mengenai sesuatu yang sudah terjadi.

Eido’ memiliki pengertian yang kedua adalah menyadari dengan yakin berdasarkan pengetahuan dan pemahaman akan firman Allah. Kuasa dari pemahaman akan melahirkan keyakinan. Sebab itu Alkitab berkata renungkan firman Allah.  Sebab kuasa perenungan menggiring kita kepada pengetahuan, lalu berpindah kepada pemahaman. Pemahaman itu kemudian melahirkan keyakinan tentang siapa Tuhan sesungguhnya. Makanya iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.  Allah kita sangat teruji, Dia hebat dalam segala hal. Apa yang difirmankan pasti terjadi.

Mari ubah budaya kita untuk memahami firman Allah. Minta Roh kudus tanamkan kepada kita keyakinan yang mendasar, yang tidak bisa diganggu-gugat bahwa Allah kita hebat, Dia telah menyelesaikan segala sesuatu dan Dia selalu memberikan kepastian.

Rabu, 05 April 2017

Mengalami Tuhan

Tidak semua orang menemukan panggilan Ilahi dalam hidupnya. Ketika kita lahir baru, kita datang pada Yesus, kita hidup di dalam Yesus, tapi belum tentu semua kita muncul dalam identitas sebagai anak Allah yang sejati.

Perbedaan antara orang yang menyaksikan sejarah dengan orang yang membuat sejarah terletak pada cara pandang atau pengertian tentang firman Tuhan. Orang yang mengerti firman Tuhan, dia pasti membuat sejarah. Dia pasti akan mengubah sejarah. Dia pasti dipakai Tuhan menjadi saluran Ilahi, sehingga melalui hidupnya Allah hadir. Jadi ketika kita hidup di dalam Tuhan dan melakukan firman-Nya, kemana pun kita pergi Allah turut hadir. Kemanapun kita pergi sesuatu dapat terjadi dan mengubahkan kehidupan orang yang ada di sekeliling kita. Inilah cetak biru Allah. Cetak biru Allah bicara mengenai satu pemikiran Allah yang fantastis terhadap hidup kita. Satu rancangan Allah yang spesial, yang diracik khusus untuk kita, karena kita dibuat secara ajaib oleh Allah.

Manusia berharga bukan karena dia adalah manusia, tapi karena dia adalah ciptaan Allah yang serupa dan segambar dengan Allah (Kejadian 1:26).  Jadi rupa dan gambar Allah dalam diri kita itulah yang membuat kita berharga. Manusia akan merasa berharga kalau dia menyadari bahwa rohnya berasal dari Allah. Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dan roh itu adalah bagian yang kekal. Kita adalah makhluk yang kekal dan mulia, karena roh kita sumbernya adalah Allah. Jadi kita diracik, dipikirkan dan dikonsepkan oleh Allah. Setiap kita spesial di mata Allah karena kita diciptakan tidak ada duanya.

Allah tidak pernah salah, melenceng, atau bingung, sebab Dia adalah Tuhan. Manusia bisa salah, tapi Tuhan tidak mungkin salah. Jadi siapa pun kita, dari latar belakang keluarga seperti apa pun, roh kita berasal dari Allah. Di dalam roh kita ada cetak biru Allah dan itu dijahit dalam DNA kita. Waktu kita berjumpa dengan cetak biru ini, segalanya akan berubah. Makanya Tuhan mengajak kita dalam sebuah petualangan untuk menemukan cetak biru itu dan mulai hidup di dalamnya.

Mengenal Yesus adalah awal dari sebuah perjalanan atau petualangan. Karena petualangan itu akan membawa kita ke suatu tempat dimana kita belum pernah ada sebelumnya. Petualangan tidak selalu mulus, tidak selalu mudah, kadang harus kembali, kadang berputar-putar, tapi jalan yang diberikan Allah akan membuat kita mencetak sejarah.

Alkitab memceritakan dari Kejadian sampai Wahyu bahwa ada orang-orang yang tidak terpandang, tidak hebat, tapi Tuhan pakai mereka dengan luar biasa. Alkitab banyak mengisahkan tentang orang-orang yang biasa, tapi ketika mereka ada di tangan Tuhan, mereka berubah menjadi pencetak sejarah. Misalnya: Daud sebagai gembala kambing dan domba, tapi Tuhan ubah menjadi raja Israel. Musa yang tidak punya keterampilan memimpin, tapi Tuhan bawa memimpin bangsa yang tegar tengkuk.

Nehemia yang adalah seorang budak Ibrani, yang dibawa dalam pembuangan ke Babel, tapi ketika dia mendengar kabar tentang Yerusalem, temboknya runtuh dan pintu gerbangnya terbakar, hatinya terbakar. Kemudian dia mulai memburu Allah, mulai berdoa dan berpuasa. Tiba-tiba dia menerima pewahyuan untuk membangun kembali kota Yerusalem.

Gideon, anak paling muda di keluarga paling kecil di Israel, tapi Tuhan angkat jadi hakim atas Israel. (Hakim 6:11-12). Tuhan memiliki banyak hal yang hebat yang dia mau katakan tentang kita. Siapa kita untuk membantah Tuhan. Seringkali kita sok rendah hati, tapi sebenarnya kita tidak rendah hati, ada kesombongan yang tersembunyi. Sebenarnya kita seringkali dengan sopan menolak ajakan Allah, karena kita tidak mau repot, tidak mau kekurangan kita terlihat, kita tidak mau gagal dan kita takut.

Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. (Habakuk 2:1)

Habakuk terjepit antara batu dan besi, dia terjepit karena keadaan umat, karena realita yang dia hadapi sehari-hari. Dia di hadapkan dengan ketidakadilan, dia tertekan oleh kecemasan dan ketakutan. Masa depan yang tidak jelas.

Dalam keadaan tersebut, Habakuk mengambil satu keputusan yang terbaik, yaitu keputusan untuk memburu Tuhan. Habakuk tidak sekedar berdoa, karena dia berkata, “Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, …”  Hal ini sangat berkenan di hadapan Allah. Sebab itu ada firman Tuhan yang berkata, “…apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, …”(Yeremia 29:13).

Tuhan kita suka dicari

“Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan.”  (2 Tawarikh 16:9)

Ini adalah keunggulan, bukan karena kita lebih suci atau lebih kudus. Bukan karena kita lebih taat. Waktu seseorang mendesak Tuhan, maka Dia super senang. Waktu seseorang memiliki sikap hati seperti Habakuk, ingin menjumpai Allah, maka dia akan menarik hadirat Allah.

Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: “Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. (Habakuk 2:2)

Terjemahan bahasa Inggris menjelaskan, “…sambil lari dapat membacanya.”

Jadi anak kunci untuk membuka petualangan dengan Tuhan menuju rancangan Ilahi dalam hidup kita;

Pertama: Memburu Allah atau mengejar Allah.
Kedua: Bersedia membayar harga demi rancangan Allah.  Yesus berkata, “Barang siapa mau mengikut Aku …” Banyak orang senang mengejar Yesus sebab dekat Yesus ada roti dan ada ikan. Dekat Yesus ada kesembuhan, ada firman, ada arahan. Dekat dengan Yesus ada suasana yang menyenangkan.

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16:24)

‘Menyangkal diri’ di sini bicara tentang menyangkal kepentingan-kepentingan pribadi dan memikul salibnya. Ini yang membedakan orang yang meramaikan gereja dengan yang mendobrak budaya dan yang mencetak sejarah. Pertanyaannya, “Apakah saudara bersedia membayar harga?”

Kita ada dalam satu budaya dimana segala sesuatu yang kita inginkan dapat diperoleh dengan instan. Artinya kita harus hidup berlawanan arah, kita harus hidup berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh dunia. Waktu kita bersedia membayar harga, maka kita akan mengalami percepatan dalam hidup kita.  Kita akan mengalami bagaimana pintu-pintu terbuka, menuju masa depan yang Tuhan kehendaki. Kita sedang dikekang dan dibutakan oleh dunia dengan semua gemerlapnya. Sebab itu kita harus mundur selangkah setiap hari dan berkata kepada Tuhan, “Aku membawa hidupku, hasratku, keinginanku, masa depanku dan kepentinganku di mezbah ini. Apa yang Engkau mau itulah yang aku mau. Hari ini aku mau berjalan di dalamnya.”

Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. (Habakuk 2:3)

Jika kita bersedia untuk membayar harga, untuk memburu Allah dalam hidup kita, maka panggilan Allah dalam hidup kita akan dikerjakan oleh Allah. Sebab itu kita harus bertekun.

Ada banyak orang menyerah sebelum sampai pada garis akhir. Ada banyak orang menyerah sebelum masa percepatan itu terjadi, menyerah sebelum mengalami Tuhan, menyerah sebelum pintu dibukakan. Seringkali kita sudah di ambang, tapi kita mundur karena kita tidak bertekun. Rancangan Tuhan pasti terjadi dan tidak pernah terlambat. Sebab itu dibutuhkan ketekunan. Marilah bertekun, sebab pada waktunya yang terbaik dari Allah akan datang.

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Kamis, 16 Maret 2017

Orang biasa yang hidup secara luar biasa

"Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah." ​1 Korintus 1:26-29

Bersyukurlah jika kita hanya “orang biasa” karena kita menjadi lebih mudah rendah hati dan dipakai Tuhan. Tuhan tidak berkenan kepada orang yang sombong.

Bersama Tuhan, kita adalah orang yang luar biasa. Untuk menjadi luar biasa, kita harus belajar berkata “TIDAK” di waktu yang tepat, yaitu:

1. Katakan tidak pada rasa takut (jangan takut)
Rasa takut membuat hidup kita terbatas. Manusia memang wajar memiliki rasa takut, namun kita akan menjadi “di atas rata-rata” ketika kita berani untuk melakukan kehendak Allah. Contoh: Maria yang merelakan diri untuk melakukan perintah Tuhan (mengandung bayi Yesus sebelum menikah) dan menanggung segala konsekuensinya. Bagaimana caranya untuk tidak takut? Firman Allah adalah sumber keberanian kita. Melayani Tuhan memang kadang beresiko, tetapi Tuhan lebih dari sanggup menolong kita. When you are not afraid, you will live to the fullest.

"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." 2 Timotius 1:7

2. Katakan tidak pada kompromi (jangan kompromi)
Dunia banyak membenarkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Alkitabiah. Meniru gaya hidup dunia membuat anak-anak Allah hidup “biasa-biasa saja” (standar), tetapi ketika kita menolak meniru gaya hidup dunia pasti kita akan menjadi anak-anak Allah yang di atas rata-rata.

3. Katakan tidak pada menyerah (jangan menyerah)
Kita tidak boleh menyerah pada visi Tuhan (melepaskan tujuan Ilahi). Banyak orang menganggap remeh visi Tuhan sehingga mudah melepaskan iman di tengah tekanan hidup.
Contoh: Rut tetap bertahan bersama mertuanya meskipun sepertinya hal tersebut tak berarti. Kadang kesuksesan kita hanya tinggal selangkah lagi dari jarak kita menyerah. Belajar untuk bertahan lebih lama. Just try one more time, please. Keep believing.

"Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." 2 Korintus 4:7-9

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Senin, 13 Maret 2017

300: Angka Spesial dalam Alkitab

Sudah ada 2 buah film produksi Hollywood yang judulnya memuat angka 300. Kedua film tersebut bertema peperangan dimana salah satu pasukan hanya berjumlah 300 orang menghadapi ribuan bahkan puluhan ribu lawan.

Mungkin film itu terinspirasi dari Alkitab sebab dalam Alkitab terdapat kisah perang antara 300 orang dari bangsa Israel melawan 135 ribu pasukan bangsa Midian.
(Hakim-Hakim 7 dan 8:10).

Saat itu bangsa Israel dijajah oleh bangsa Midian sehingga segala hasil panen mereka harus diserahkan sebagai upeti.  Kehidupan dalam tekanan tersebut membuat banyak penderitaan terjadi dan muncul suatu harapan agar mereka dapat hidup merdeka dari penjajahan Midian.

Tuhan memilih Gideon bin Yoas untuk membebaskan bangsa Israel dari Midian.  Dan pada awalnya ada 32ribu pasukan Israel yang akan pergi berperang.  Namun, setelah diseleksi, akhirnya hanya tersisa 300 orang saja.  Dan ketika hanya tinggal 300 orang, Tuhan berfirman: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu.” (Hakim-Hakim 7:7).

Pada akhirnya, Gideon dan 300 orang pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Midian. Makna dari kisah kemenangan Gideon dan pasukannya adalah:

1. Tuhanlah yang memberikan kemenangan.
300 orang mustahil secara akal logika untuk mengalahkan 135 ribu orang. Disini jelas bahwa Tuhanlah yang berperang di depan mereka, dari Tuhanlah datang kemenangan. Kehadiran Tuhan bersama Gideon menjamin kemenangan itu.  Tanpa kehadiran Tuhan maka sia-sialah upaya mereka meskipun dengan ratusan ribu orang sekalipun. Namun bila Tuhan beserta, jumlah yang kecil dapat dipakai Tuhan untuk meraih kemenangan.  “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan oleh Roh Tuhan.
Dalam kehidupan kita pun demikian, meskipun nampaknya kecil, kelihatannya tidak mampu, namun kita bisa melakukan segala perkara oleh karena Tuhan yang memampukan kita.  Manusia boleh saja melecehkan, menghina dan merendahkan tapi kita tidak usah takut dan gentar karena Tuhan beserta dengan kita.

2. Orang yang berhati baja, beriman dan rela berkorban yang meraih kemenangan bersama Tuhan.
Dari 32 ribu pasukan Israel, setelah melalui tahapan seleksi, ternyata hanya 300 orang yang maju berperang.  Mengapa mereka yang dipilih? Karena mereka tidak gentar menghadapi musuh, mereka percaya akan penyertaan Tuhan dan mereka tidak takut mati melainkan rela berkorban bagi Allah dan bangsanya.
Jelas dalam pasal 7 disebutkan dan tersirat bahwa mereka yang takut dan gentar tidak layak untuk maju dalam peperangan, sebab mereka sudah kalah sebelum berperang. Juga bagi mereka yang tidak percaya akan kebesaran dan penyertaan Allah, tidak layak maju sebab mereka tidak memiliki iman yang kokoh dalam Tuhan. Perang menuntut suatu sikap rela mati berkorban sehingga hanya mereka yang punya sikap inilah yang layak maju sebab mereka akan fokus pada penyelesaian tugas dan tujuan dari Tuhan.
Dalam hidup ini, kita pun mengalami masalah, persoalan, ujian dan tantangan yang bagaikan “medan peperangan”.  Menghadapi itu semua janganlah kita takut dan gentar tapi percayalah kepada Tuhan dan selalu rela berkorban bagi Tuhan serta tidak takut menghadapi resiko meskipun kematian jasmani, oleh karena melakukan kebenaran.  Takut berbuat yang benar karena ancaman tidak naik pangkat, tidak dapat jodoh, tidak jadi kaya, atau ancaman lainnya, tandanya kita tidak layak sebagai prajurit Tuhan. Laskar Allah yang militan harus rela mati menjunjung kebenaran dan keadilan dan fokus kepada penyelesaian tugas dan tanggung jawab sorgawi. “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21).
Dalam pelayanan pun sama, tantangan bukannya sedikit, pergumulan silih berganti, tapi jangan takut dan gentar, percayalah pada Tuhan dan setialah melakukan tugas panggilan Tuhan.

3. Tuhan memakai yang kecil agar tidak muncul kesombongan pada manusia.
Hanya 300 orang saja merupakan jumlah yang sangat kecil untuk menghadapi lawan apalagi meraih kemenangan.  Kok bisa menang? Padahal jumlahnya sedikit? Ini pasti bukan karena manusianya tetapi karena Tuhan.
Saat mereka memperoleh kemenangan, mereka tidak dapat beralasan bahwa kemenangan itu karena mereka kuat dan perkasa, sebab hal itu tidak mungkin, apalagi jelas-jelas musuh lari kocar-kacir karena bala tentara Allah yang menghalau mereka sehingga musuh saling membunuh satu sama lain.

Kita tidak boleh sombong kalau mencapai suatu keberhasilan, karena sesungguhnya itu semua karena kuasa dan kemurahan Tuhan saja.  Firman Tuhan berkata: “Kalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang membangunnya.  Kalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” (Mazmur 127:1).
Semua kerja dan karya kita bisa berhasil karena anugerah dan pertolongan Tuhan.  Kepintaran dan pengetahuan kita disebabkan oleh Tuhan.  Kita pintar bukan karena kita pintar tapi karena Tuhan yang menganugerahkan kepintaran itu.
Jangan sombong namun milikilah kerendahan hati, agar Tuhan semakin melimpahkan kebaikanNya dalam hidup kita.
Firman Tuhan berkata: “Orang yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan.

Jadilah prajurit Tuhan, pelayan Tuhan, anak-anak Tuhan yang selalu beriman kokoh dalam Tuhan,  tidak takut dan gentar menghadapi situasi apapun serta rela berkorban untuk kebenaran.

Tuhan Yesus memberkati

Sabtu, 11 Maret 2017

Naik ke Gunung Tuhan

Sifat dari api adalah dia tidak pernah turun ke bawah. Contoh kalau kita membakar korek api, api itu selalu naik ke atas. Jika kita merekayasa untuk menurunkan api itu ke bawah, maka api itu akan tetap mencari jalan untuk naik ke atas. Sebab itu pesan Tuhan bagi kita adalah bahwa musibah kebakaran yang menimpa kita, tidak akan membuat kita turun ke bawah, tapi hal itu akan membawa kita naik ke atas. Karena api akan membawa kita untuk terus naik ke atas.

3 “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” 4 “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. 5 Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. (Mazmur 24:3-5)

Orang-orang yang akan menerima berkat keselamatan dan keadilan adalah mereka yang mau naik ke atas gunung Tuhan yang kudus.

2 Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, 3 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: “Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem.” (Yesaya 2:2-3)

Ini adalah nubuatan nabi Yesaya untuk apa yang akan terjadi di hari-hari terakhir. Hal ini sangat relevan dengan keadaan kita saat ini karena kita ada di hari-hari yang terakhir. Pertanyaannya, mengapa bangsa-bangsa berduyun-duyun hendak ke gunung Tuhan untuk mencari pengajaran dari Allah Yakub? Ada apa dengan Allah Yakub?

Allah Yakub adalah Allah yang tidak pernah membiarkan seseorang pergi dengan tangan hampa. Yakub bekerja 20 tahun dengan pamannya Laban. 14 tahun dia habiskan untuk memperoleh kedua orang istrinya. 6 tahun kemudian dia bekerja untuk memperoleh ternak-ternaknya. Jika Tuhan tidak menolong, maka Yakub akan keluar dengan tangan kosong (Baca Kej.29-31). Hal ini sama dengan ketika orang Israel hendak keluar dari Mesir, Tuhan tidak membiarkan mereka keluar dengan tangan hampa.

Di dunia ini ada banyak hal yang tidak pasti. Misalnya BMKG meramalkan musim hujan akan terjadi antara  bulan September sampai Desember 2015 yang lalu. Tapi ternyata kekeringan terjadi di mana-mana, sehingga petani mulai bingung untuk menentukan waktu untuk menuai dan waktu untuk menabur. Ketika bangsa-bangsa melihat ketidakpastian di dunia ini, maka mereka akan memutuskan untuk mencari pengajaran dari Allah Yakub.

Apa yang mau dilihat  dari Allah Yakub? 

Pada waktu Israel di padang gurun, Tuhan menyuruh Musa naik ke atas gunung, orang Israel sujud menyembah berhala (Keluaran 32). ‘Baal’ di dalam Alkitab disebut ‘The god of harvest’. Baal ini adalah dewa yang menguasai seluruh penuaian dari hasil tanah. Jadi waktu mereka di padang gurun, yang mereka lihat adalah kematian, mereka tidak melihat ada tempat di mana mereka bisa menabur dan bercocok tanam. Yang mereka lihat hanyalah kematian di depan sedang menanti mereka. Tuhan berjanji untuk membawa Israel ke tanah yang berlimpah susu dan madu, tapi yang mereka lihat adalah kekeringan dan kematian. Oleh sebab itu mereka mencari pertolongan kepada baal yang mereka kenal di tanah Mesir selama 430 tahun.

Pada waktu Musa di atas gunung, Tuhan memberikan satu perintah kepada Musa dari Ulangan 8:3. Memang ada kelaparan di tengah kita, ada kekeringan di tengah kita, ada padang gurun di depan kita, janji Tuhan masih jauh di depan.  Namun ketika kita ada di atas gunung, Tuhan memberikan petunjuk; “Jika kamu mau hidup di padang gurun, di tengah-tengah keadaan yang sangat sulit, maka jangan terlalu banyak mencari roti.” Kita harus membagi waktu antara sibuk mencari roti dan sibuk mencari petunjuk Tuhan. Jadi harus ada keseimbangan antara roti dan firman.

6 Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! 7 Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. 8Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion. (Mazmur 84:6-7)

Masalah demi masalah akan membuat kekuatan kita berkurang. Apabila Anda hidup dalam tekanan, suka atau tidak suka, iman Anda aka menurun.

Alkitab mencatat tiga kali dalam setahun seorang laki-laki harus menghadap hadirat Tuhan di Yerusalem untuk merayakan ‘hari raya Roti tidak beragi, hari raya Tujuh Minggu dan hari raya Pondok Daun.  Jadi tiga kali dalam satu tahun, setiap laki-laki harus kembali untuk mencari Tuhan di  Yerusalem,  yaitu di Bukit Sion.

Mazmur 84:6, ‘Mengadakan ziarah’ yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah mencari Tuhan. Artinya orang yang mengandalkan Tuhan, orang yang mencari Tuhan sekalipun mengalami masalah, tekanan dan masa-masa yang sukar, tapi hal-hal itu tidak akan membuat mereka turun.

Yehezkiel 34:23  Pada hari-hari terakhir Tuhan akan mengangkat seorang gembala untuk menggembalakan umat Tuhan di atas gunung. Yehezkiel melihat bahwa akan ada satu umat yang tidak hidup di bawah gunung, tetapi umat ini adalah umat yang akan dibawa Tuhan untuk naik ke atas gunung. Mengapa kita perlu naik ke atas gunung? Karena pada waktu kita berada di bawah gunung, maka tekanan dan goncangan akan membuat kita mencari pertolongan kepada yang lain. (Yeh.34:26).

Mazmur 16:5-6  Daud tidak berasal dari suku Lewi, tapi Daud berasal dari suku Yehuda. Sebagai suku Yehuda, Daud mendapat warisan tanah yang berlimpah susu dan madunya. Tuhan membagi dua berkat kepada orang Israel: Kepada para Imam, Tuhan memberikan berkat sorgawi yaitu diriNya sendiri yang menjadi warisan kepada orang-orang Lewi. Tapi kepada suku-suku yang lainnya Tuhan memberikan kekayaan yang datang dari dunia ini.

Daud adalah seorang raja yang tidak pernah kalah dalam peperangan. Dia adalah raja yang besar, kaya dan ditakuti. Tapi ketika Daud berada di puncak keberhasilannya dia mau menukarkan segala keberhasilannya, kekayaan, jabatan dan segala sesuatu yang ada padanya dengan Tuhan sendiri.   Daud hanya ingin Tuhan yang menjadi warisan bagi dirinya.

Tuhan selalu memberikan pilihan kepada siapa kita mau beribadah, kepada Tuhan atau kepada mamon? Kita tidak bisa memilih kedua-duanya, kita hanya bisa memilih salah satu.

Bagaimana Tuhan mengetahui hati seseorang? 

Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (Matius 6:21)

Bagi orang yang senang mengoleksi mobil, maka kekayaannya akan pergi ke mobil-mobil mewah tsb. Bagi orang yang senang kepada permata, maka dia akan mengoleksi permata-permata yang mahal-mahal. Orang yang senang dengan rumah, maka dia akan koleksi properti yang luar biasa. Sebaliknya orang yang hatinya melekat kepada Tuhan, maka hartanya juga akan mengalir ke rumah Tuhan.

Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. (Mazmur 73:25)

Mamur 23, 24 dan 25 adalah tiga Mazmur yang disebut Mazmur Kerajaan. Ketiga Mazmur ini setiap hari sabat harus dibacakan di istana-istana raja.

Jika kita berkata Tuhan adalah gembala yang baik, berarti kita adalah domba-dombaNya. Daud bukan domba, tapi Daud adalah raja yang ditakuti, tapi Mazmur 23, 24, 25 harus dibacakan di istana raja setiap hari Sabat. Supaya para pemimpin tahu bahwa tidak ada bos di hadapan Tuhan. Satu-satunya bos adalah Tuhan pencipta langit dan bumi. Daud tahu posisinya dan dia menentukan pilihan yang benar.

Melalui penganiayaan dan penderitaan baru kita menemukan siapa yang kepadanya kita bersukacita. Jika bagian kita adalah Tuhan, maka apapun yang hilang dari hidup kita, kita akan tetap bersukacita.

Mengapa kita perlu naik ke gunung Tuhan?

14 Dan Abraham menamai tempat itu: “TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.” (Kejadian 22:9-14 )

Kata ‘Jehovah Jireh’ artinya Allah melihat. Setiap kali kita membersihkan tangan dan hati kita, membersihkan hidup kita dari masalah keuangan, kita bertindak benar, kita bersikap benar, dan kita mengambil keputusan yang benar, maka Tuhan melihat dan Dia menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan.

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Sabtu, 04 Maret 2017

Mengalami hadirat Tuhan yang termanifestasi

Theologia Perjanjian Lama yang memiliki benang merah sampai ke Perjanjian Baru, yaitu tentang bait Allah. Artinya dalam perjanjian lama dia begitu megah, begitu mewah, rumit, penuh dengan banyak aturan-aturan dan terdiri dari benda-benda yang bersalutkan logam mulia, tenunan-tenunan yang mahal. Itu semua terdapat di perjanjian lama, tapi semua itu merupakan kerangka besi untuk satu bangunan yang lebih mulia. Jadi hukum-hukum dalam perjanjian lama adalah semancam kerangka besi yang dipakai untuk membangun suatu bangunanan yang lebih mulia dan lebih agung. Bangunan itu adalah kita sendiri.

11 Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, — artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, — 12 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. 13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, 14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (Ibrani 9:11-14)

Kabar baik dari ayat di atas adalah tidak ada yang tidak dapat diampuni, asal kita mau datang kepada Yesus. Di akhir zaman ini yang harus kita bangun adalah ibadah kita, yaitu ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Pengalaman ‘lahir baru’ menentukan perjalanan kita selanjutnya untuk membangun ibadah yang berkenan kepadaNya. Setiap orang yang menjadi Kristen harus dimulai dari ‘lahir baru’. Sebab dengan ‘lahir baru’, Yesus langsung mengambil tempat di hidup kita. Tanpa ‘lahir baru’, tanpa pengalaman jumpa Yesus dan disucikan, maka semua ibadah kita sia-sia. Makanya penyembahan berhala atau ibadah tanpa pertobatan disamakan dengan berzinah. Tujuan menyeluruh dari keselamatan kita adalah supaya kita dapat menikmati kehadiran Tuhan yang termanifestasi dan Tuhanpun menikmati kita. Jadi hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan dua arah bukan satu arah. Waktu kita berjumpa dengan Tuhan, tidak mungkin hidup kita tetap sama. Saat kita bersekutu dengan Tuhan dalam penyembahan dan merasakan hadiratNya, saat itulah kita sedang menggenapi prinsip-prinsip keselamatan kita. Tidak mengenal Tuhan dengan keintimanNya, sama artinya kita sedang menyangkal tujuan kita yang sangat mendasar, yaitu tujuan kita diciptakan. Tanpa hubungan dengan Tuhan, semua kebenaran, hukum-hukum, aturan-aturan yang kita baca dalam Alkitab menjadi kehilangan makna. Sebab tidak ada satu kebenaran yang berdiri sendiri, tapi kebenaran dalam firman Tuhan terkait satu sama lain. Dasarnya adalah tujuan Tuhan menciptakan kita adalah bagi diriNya sendiri. Sebab itu Tuhan cemburu ketika kita menyembah yang lain selain Tuhan.

Kejatuhan membuat kita terputus dari Tuhan. Kejatuhan menjadikan kita seperti orang asing bagi Tuhan. Kejatuhan membuat kita berhenti mengasihiNya. Kejatuhan membuat kita sulit mempercayai Tuhan. Kejatuhan membuat kita berhenti menikmati hadiratNya. Semua pemberontakan manusia tidak dapat mengubah kebenaran dasar yang Tuhan sudah buat yaitu ‘kita berharga’. Sebab itu Tuhan tebus kita dengan darahNya yang mahal untuk kembali kepada hubungan yang semula.

Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih. (Wahyu 13:8)

Sebelum kita diciptakan, sebelum kita memberontak penebusan sudah ditetapkan. Gunanya penebusan adalah untuk membawa kita kembali ke dalam satu hubungan yang intim dengan Tuhan.

Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. (Yesaya 54:8)

Alkitab memperkenalkan Tuhan sebagai satu pribadi yang punya perasaan (emosi). Tuhan murka tapi Dia tidak dapat melupakan kasih setiaNya. Jadi ada satu yang Tuhan tidak dapat lakukan adalah Dia tidak dapat berhenti mengasihi kita. Sebab itu jika kita tidak selamat bukan karena Tuhan tidak mengasihi, tapi karena kita menolak Juruselamat.

Ada satu cerita klasik di Alkitab tentang pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia (Baca Kejadian 4). Habel berkenan kepada Tuhan bukan karena dia orang baik, tapi karena dia mengambil posisi tahu diri di hadirat Tuhan. Sedangkan Kain tidak menyenangkan Tuhan bukan karena dia buruk, tapi karena dia tahu diri. Kain dan Habel sama-sama orang berdosa, bedanya Habel tahu diri bahwa dia orang berdosa.

Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. (Keluaran 25:8)

Jadi tujuan kita membuat tempat kudus bagi Tuhan adalah supaya Dia berdiam di dalam kita. Sebab itu Paulus berkata,

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, …?” (1 Kor.6:19)

Di tengah kehidupan padang gurun yang gersang dan jelek, orang percaya memiliki daya tarik dan menjadi tontonan dunia. Waktu malam ada tiang api, waktu siang ada tiang awan. Paulus berkata, “Jika kemah tempat kediamanmu di bumi dibongkar, Tuhan sudah sediakan tempat yang lebih mulia.” Dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun mereka telah diajarkan keteraturan. Setiap kali tiang awan atau tiang api berjalan, mereka berjalan dan setiap kali tiang awan atau tiang api berhenti, mereka harus berhenti dan kemah dibentangkan. Artinya yang memilih tempat berhenti adalah Tuhan sendiri. Seharusnya perjalanan kita di duniapun ditentukan oleh Tuhan. Kita bernyanyi, “Tiap langkahku diatur oleh Tuhan”, artinya hidup kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.

Kemah Suci (Tabernakel)

Pagarnya terdiri dari kain lenan putih. Kain putih bicara tentang kekudusan, dimana kekudusan itu kondisi bukan standart. Tiang-tiang itu terdiri dari kayu aras pilihan. Bukti kita percaya Tuhan adalah kita bersedia dibentuk seperti tiang dari kayu aras. Tuhan sedang bentuk kita seperti kayu aras pilihan. Setiap kayu itu tidak boleh ditancapkan ke tanah karena tanah sudah terkutuk. Di bawah tiang kayu itu beralaskan tembaga. Di atas tiang kayu itu ditutup dengan perak.  Tembaga bicara tentang penebusan, sedangkan perak bicara tentang anugerah. Kita adalah kayu, sebab itu izinkan hidup kita dibentuk, dipotong dan diukur. Jika kita ikut Tuhan kita tidak hidup dalam kutuk, karena kita adalah kayu yang dialas oleh tembaga (penebusan) dan di atas kita ada perak (anugerah). Jadi tembaga dan perak itulah Yesus.

Padang gurun adalah gambaran dunia yang penuh dengan dosa. Jadi sekalipun kita hidup di padang gurun (dunia), tapi kita tidak seperti dunia. Melainkan kita harus seperti kain putih pada pagar kemah suci.

Pintu masuk menggunakan kain warna-warni yang indah (itulah Yesus). Artinya yang harus menjadi daya tarik bukan diri kita tetapi Yesus, sebab itu Yesus berkata “Akulah pintu”. Pintu adalah untuk semua yang dari padang gurun boleh masuk.

Halaman kemah suci terdiri dari mezbah korban bakaran dan kolam basuhan. Mezbah bakaran bicara tentang Kalvari (karya Kristus di Salib) dan kolam basuhan adalah tempat dimana kita dibersihkan dari dosa-dosa. Jika kita hanya menjadi orang ‘Kristen halaman’, tidak ada yang indah di halaman. Sebab di sana ada darah, ada suara binatang dipotong, ada suara orang yang menangis dll. Di halaman, kita belum ketemu dengan Tuhan, yang ada hanya pemberesan dosa. Sering kali kita hanya menjadi Kristen yang berhenti di halaman, sehingga kita menjadi orang Kristen yang tidak mengenal Tuhan. Kita bicara tentang Tuhan, kita baca, dengar khotbah, tapi kita tidak kaya dengan pengalaman jumpa dengan Tuhan.

Atap kemah suci terbuat dari kulit lumba-lumba. Bayangkan, ditengah padang gurun Tuhan minta kulit lumba-lumba. Artinya hidup kita ini sangat mahal tidak biasa-biasa.

Ruang kudus terdiri dari kaki dian, meja roti dan mezbah dupa. Di sini semua perkakas bersalutkan emas murni, bahkan kaki dian terbuat dari emas murni yang ditempa. Di sinilah imam besar masuk. Meja roti juga disebut ‘The bread of present’. Artinya Tuhan memberi kita makan di dalam hadiratNya. Di alam hadirat Tuhan kita menerima makanan. Roti tanpa hadirat Tuhan menjadi roti basi. Roti tanpa hadirat Tuhan menjadi roti keras. Pengajaran tanpa pewahyuan, tanpa hadirat Tuhan, tanpa urapan, sama dengan kita menerima makanan basi atau makanan keras yang tidak ada gunanya untuk pertumbuhan kita.

Mezbah dupa adalah doa dan penyembahan. Di sini imam melepaskan keharuman yang luar biasa, bahkan keharumannya sampai menempel di baju imam itu. Pesan nubuatan bagi kita adalah sebelum kedatangan Yesus yang kedua kali, harus ada kegerakan doa, pujian dan penyembahan yang menyenangkan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati