Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6)
Jadi yang kita harus lakukan adalah hidup dalam keseharian dan melakukannya di dalam iman.
1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. 2 Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. 3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. (Ibrani 11:1-3)
Kata ‘dasar’ diambil dari kata ‘hupostasis’ yang artinya:
Dasar dari sebuah kepastian. Esensi dari sebuah kenyataan.
Jadi ‘Iman’ adalah sebuah kepastian dan sesuatu yang nyata, bukan bayangan. Iman bukan permainan perasaan, iman juga bukan tindakan nekat. Sebab nekat dan perasaan bukanlah kenyataan dan kepastian.
Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17)
Kata ‘dengar’, ‘mendengarkan’, ‘dengarlah’ atau ‘pendengaran’ semua ini diambil dari akar kata‘akoe’. ‘Akoe’ bukan sekedar dengar pakai telinga, sebab kata ‘akoe’ mengandang tiga tingkatan:
Pertama, Listening: Kita akan mengalami dengar pakai telinga.
Kedua, Knowing: Kita harus tahu apa yang sedang dibicarakan.
Ketiga, Understanding: Jika kita mendengar firman Tuhan, kita butuh Roh kudus untuk membawa kita pada pemahaman. Sebab iman lahir dari pemahaman akan firman Tuhan. Iman tidak lahir ketika kita hanya mendengar firman pakai telinga. Iman juga tidak lahir hanya karena kita tahu topik apa yang sedang dibicarakan. Iman hanya lahir ketika kita benar-benar memahami firman Allah yang disampaikan.
Jadi iman timbul dari pemahaman akan firman Allah. Pemahaman akan menggiring kita kepada keyakinan bahwa perkataan Tuhan itu pasti dan perkataan Tuhan itu nyata.
Ibrani 11:3 menjelaskan bahwa apa yang kita lihat sekarang telah terjadi dari apa yang kita tidak lihat. Kejadian 1 menjelaskan bahwa benda penerang, bumi dan cakrawala, semua itu ada karena ‘firman Tuhan’. Makanya kalau kita mau hidup dalam iman tidak ada cara lain, mulailah untuk meminta Tuhan membawa kita pada pemahaman akan firman-Nya. Sebab firman Allah berkaitan dengan dua hal di atas yaitu: Firman Allah ketika diucapkan itu pasti terjadi dan firman Allah ketika diucapkan akan berubah menjadi kenyataan.
Penulis kitab Ibrani mengajarkan bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan ….” Kenapa sampai dia kaitkan dengan pernyataan ‘yang kita harapkan’? Sebab ternyata orang gampang berharap hanya pada sebuah kepastian. Kepastian akan menolong kita untuk berharap. Sebab itu Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa ‘firman Allah’ itu pasti dan ‘firman Allah’ itu nyata. Jika mau hidup dalam iman, mulailah memahami firman Allah.
Kata ‘harapkan’ dalam Ibrani 11 diambil dari kata ‘elpizo’. ‘Elpizo’ memiliki tiga arti:
Percaya kepada Tuhan Menunggu Tuhan Bergantung kepada Tuhan
Kenapa kita percaya pada Tuhan? Karena Dia berbicara itu pasti dan akan menjadi kenyataan. Kenapa kita menunggu Tuhan? Karena Dia berbicara itu pasti, lalu akan berubah menjadi kenyataan. Kenapa kita bergantung kepada Tuhan? Karena Dia berbicara itu pasti, lalu akan berubah menjadi kenyataan. Makanya dalam Roma 5 Paulus mengajarkan kebenaran ini kepada jemaat bahwa pengharapan di dalam Tuhan itu tidak mungkin mengecewakan. Jika kita berharap kemudian kecewa, pertanyaannya kita berharap kepada apa? Bapakah kita berharap kepada sesuatu yang pasti atau tidak, berharap kepada sesuatu yang nyata atau tidak? Jika ada orang yang berharap kemudian dia kecewa, berarti itu masalahnya. Sebab Alkitab mengajarkan bahwa siapa saja yang berharap kepada Tuhan, tidak mungkin pulang dengan kecewa. Sebab semua harapan di dalam Tuhan selalu berhasil, karena didasarkan kepada sesuatu yang pasti yang akan berubah menjadi kenyataan.
Kata ‘Elpizo’: Percaya kepada Tuhan, menunggu Tuhan, bergantung kepada Tuhan. Itu disertai dengan kalimat “Satu kali lagi”. Kenapa ‘elpizo’ menitik beratkan pernyataan “Satu kali lagi”? Sebab seringkali dalam hidup karena kita menunggu terlalu lama, maka kita berhenti menunggu dan berhenti berharap. Sebab itu kata ‘elpizo’ mengajak “Satu kali lagi”. Artinya waktu kita sudah lelah percaya, kalimat ini muncul “satu kali lagi”. Waktu kita sudah lelah menunggu, kalimat ini muncul“satu kali lagi”. Waktu kita sudah lelah bergantung pada Tuhan, kalimat ini muncul “satu kali lagi”. Sebab apapun yang kita harapkan dari Tuhan, hal itu pasti terjadi.
Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bilangan 23:19)
Jangan pernah setarakan Tuhan dengan manusia. Manusia terbiasa berdusta, Tuhan tidak. Manusia terbiasa menyesal, Tuhan tidak. Jadi kita harus bangun cara berpikir bahwa Tuhan bukan manusia. Sebelum Tuhan berbicara Dia tahu bahwa Dia dapat melakukannya. Jadi jika kita mau hidup dengan iman tidak ada cara lain, kita harus kuat dengan firman Allah dan paham firman Allah. Pemahaman akan firman Allah membuat kita sanggup percaya satu kali lagi, menungggu satu kali lagi dan bergantung kepada Tuhan satu kali lagi. Itulah Iman.
Ibrani 11:1, Ini adalah pernyataan kontra logika, karena sesuatu disebut bukti adalah ketika kita melihatnya. Kata ‘bukti’ diambil dari kata ‘elegchos’ yang artinya bukti berdasakan hasil uji. Jadi iman adalah bukti dari hasil uji yang kemudian berubah menjadi keyakinan di dasar hati kita yang paling dalam. Iman tidak dapat bertumbuh dalam hidup kita jika kita tidak memulainya dengan firman Allah yang dipahami oleh bantuan Roh Allah. Jadi prinsip inti dalam iman adalah pertama firman Allah, kedua adalah kita butuh Roh Allah.
1 Korintus 2:9-12
Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Korintus 2:9)
Kata ‘disediakan’ diambil dari kata ‘hetoimazo’ yang artinya: sudah ada, sudah disiapkan. Jadi yang kita tidak pernah lihat, tidak pernah dengar dan tidak pernah pikirkan, Tuhan berkata hal itu sudah ada dan sudah disiapkan. Makanya Alkitab berkata di bumi ini tidak ada yang baru. Sebab semuanya sudah ada dan sudah disiapkan.
Siapakah yang mengasihi Tuhan?
Alkitab berkata, orang yang mengasihi Tuhan adalah orang yang memegang perintah Tuhan dan melakukannya (Yohanes 14:21).
Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. (1 Korintus 2:10)
Kata ‘menyatakannya’ diambil dari kata ‘apokalupto’ yang artinya: Allah membuka rahasia tentang siapa diri-Nya, dan sangat terbaca oleh Roh Allah dan Roh Allah yang ada di dalam kita akan menegaskan siapa Allah sebenarnya, apa kemampuan-Nya dan apa yang dimungkinkan untuk Dia kerjakan dalam hidup kita. Jadi percayalah bahwa banyak mendengar firman saja tidak cukup untuk hidup dalam iman. Kecuali, kita ditolong oleh Roh Allah. Sebab untuk membuat kita yakin kepada firman Allah, hanya Roh Allah yang sangup melakukannya. Sebab Roh Allah adalah pribadi yang sangat paham rahasia tentang kehebatan Allah.
Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. (1 Korintus 2:11)
Salah satu tugas Roh kudus adalah Dia akan mengajar kita tentang rahasia kehebatan Allah yang oleh akal budi sampai saat ini belum dapat kita pahami.
Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. (1 Korintus 2:12)
Kata ‘tahu’ disini diambil dari kata ‘eido’ yang artinya kepastian mengenai sesuatu yang telah terjadi. Kita menerima Roh Allah supaya kita tahu tentang apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Contoh:
“Oleh bilur-bilurNya, kamu telah sembuh.” (1 Petrus 2:24)
Kita tidak melihatnya, makanya sulit bagi kita untuk percaya. Pada keadaan ini kita butuh Roh kudus. Kita harus minta Roh kudus tolong kita supaya memiliki kepastian mengenai apa yang telah terjadi. Sebab itu Paulus berkata, “Apa yang kamu tidak pernah lihat”, Tuhan berkata, “sudah siap”. “Apa yang kamu tidak pernah dengar”, Tuhan berkata, “sudah siap”. Sebab memang penglihatan kita terbatas, makanya kita butuh Roh kudus untuk memberikan kepastian mengenai sesuatu yang sudah terjadi.
‘Eido’ memiliki pengertian yang kedua adalah menyadari dengan yakin berdasarkan pengetahuan dan pemahaman akan firman Allah. Kuasa dari pemahaman akan melahirkan keyakinan. Sebab itu Alkitab berkata renungkan firman Allah. Sebab kuasa perenungan menggiring kita kepada pengetahuan, lalu berpindah kepada pemahaman. Pemahaman itu kemudian melahirkan keyakinan tentang siapa Tuhan sesungguhnya. Makanya iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Allah kita sangat teruji, Dia hebat dalam segala hal. Apa yang difirmankan pasti terjadi.
Mari ubah budaya kita untuk memahami firman Allah. Minta Roh kudus tanamkan kepada kita keyakinan yang mendasar, yang tidak bisa diganggu-gugat bahwa Allah kita hebat, Dia telah menyelesaikan segala sesuatu dan Dia selalu memberikan kepastian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar