Theologia Perjanjian Lama yang memiliki benang merah sampai ke Perjanjian Baru, yaitu tentang bait Allah. Artinya dalam perjanjian lama dia begitu megah, begitu mewah, rumit, penuh dengan banyak aturan-aturan dan terdiri dari benda-benda yang bersalutkan logam mulia, tenunan-tenunan yang mahal. Itu semua terdapat di perjanjian lama, tapi semua itu merupakan kerangka besi untuk satu bangunan yang lebih mulia. Jadi hukum-hukum dalam perjanjian lama adalah semancam kerangka besi yang dipakai untuk membangun suatu bangunanan yang lebih mulia dan lebih agung. Bangunan itu adalah kita sendiri.
11 Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, — artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, — 12 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. 13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, 14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (Ibrani 9:11-14)
Kabar baik dari ayat di atas adalah tidak ada yang tidak dapat diampuni, asal kita mau datang kepada Yesus. Di akhir zaman ini yang harus kita bangun adalah ibadah kita, yaitu ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Pengalaman ‘lahir baru’ menentukan perjalanan kita selanjutnya untuk membangun ibadah yang berkenan kepadaNya. Setiap orang yang menjadi Kristen harus dimulai dari ‘lahir baru’. Sebab dengan ‘lahir baru’, Yesus langsung mengambil tempat di hidup kita. Tanpa ‘lahir baru’, tanpa pengalaman jumpa Yesus dan disucikan, maka semua ibadah kita sia-sia. Makanya penyembahan berhala atau ibadah tanpa pertobatan disamakan dengan berzinah. Tujuan menyeluruh dari keselamatan kita adalah supaya kita dapat menikmati kehadiran Tuhan yang termanifestasi dan Tuhanpun menikmati kita. Jadi hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan dua arah bukan satu arah. Waktu kita berjumpa dengan Tuhan, tidak mungkin hidup kita tetap sama. Saat kita bersekutu dengan Tuhan dalam penyembahan dan merasakan hadiratNya, saat itulah kita sedang menggenapi prinsip-prinsip keselamatan kita. Tidak mengenal Tuhan dengan keintimanNya, sama artinya kita sedang menyangkal tujuan kita yang sangat mendasar, yaitu tujuan kita diciptakan. Tanpa hubungan dengan Tuhan, semua kebenaran, hukum-hukum, aturan-aturan yang kita baca dalam Alkitab menjadi kehilangan makna. Sebab tidak ada satu kebenaran yang berdiri sendiri, tapi kebenaran dalam firman Tuhan terkait satu sama lain. Dasarnya adalah tujuan Tuhan menciptakan kita adalah bagi diriNya sendiri. Sebab itu Tuhan cemburu ketika kita menyembah yang lain selain Tuhan.
Kejatuhan membuat kita terputus dari Tuhan. Kejatuhan menjadikan kita seperti orang asing bagi Tuhan. Kejatuhan membuat kita berhenti mengasihiNya. Kejatuhan membuat kita sulit mempercayai Tuhan. Kejatuhan membuat kita berhenti menikmati hadiratNya. Semua pemberontakan manusia tidak dapat mengubah kebenaran dasar yang Tuhan sudah buat yaitu ‘kita berharga’. Sebab itu Tuhan tebus kita dengan darahNya yang mahal untuk kembali kepada hubungan yang semula.
Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih. (Wahyu 13:8)
Sebelum kita diciptakan, sebelum kita memberontak penebusan sudah ditetapkan. Gunanya penebusan adalah untuk membawa kita kembali ke dalam satu hubungan yang intim dengan Tuhan.
Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. (Yesaya 54:8)
Alkitab memperkenalkan Tuhan sebagai satu pribadi yang punya perasaan (emosi). Tuhan murka tapi Dia tidak dapat melupakan kasih setiaNya. Jadi ada satu yang Tuhan tidak dapat lakukan adalah Dia tidak dapat berhenti mengasihi kita. Sebab itu jika kita tidak selamat bukan karena Tuhan tidak mengasihi, tapi karena kita menolak Juruselamat.
Ada satu cerita klasik di Alkitab tentang pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia (Baca Kejadian 4). Habel berkenan kepada Tuhan bukan karena dia orang baik, tapi karena dia mengambil posisi tahu diri di hadirat Tuhan. Sedangkan Kain tidak menyenangkan Tuhan bukan karena dia buruk, tapi karena dia tahu diri. Kain dan Habel sama-sama orang berdosa, bedanya Habel tahu diri bahwa dia orang berdosa.
Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. (Keluaran 25:8)
Jadi tujuan kita membuat tempat kudus bagi Tuhan adalah supaya Dia berdiam di dalam kita. Sebab itu Paulus berkata,
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, …?” (1 Kor.6:19)
Di tengah kehidupan padang gurun yang gersang dan jelek, orang percaya memiliki daya tarik dan menjadi tontonan dunia. Waktu malam ada tiang api, waktu siang ada tiang awan. Paulus berkata, “Jika kemah tempat kediamanmu di bumi dibongkar, Tuhan sudah sediakan tempat yang lebih mulia.” Dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun mereka telah diajarkan keteraturan. Setiap kali tiang awan atau tiang api berjalan, mereka berjalan dan setiap kali tiang awan atau tiang api berhenti, mereka harus berhenti dan kemah dibentangkan. Artinya yang memilih tempat berhenti adalah Tuhan sendiri. Seharusnya perjalanan kita di duniapun ditentukan oleh Tuhan. Kita bernyanyi, “Tiap langkahku diatur oleh Tuhan”, artinya hidup kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.
Kemah Suci (Tabernakel)
Pagarnya terdiri dari kain lenan putih. Kain putih bicara tentang kekudusan, dimana kekudusan itu kondisi bukan standart. Tiang-tiang itu terdiri dari kayu aras pilihan. Bukti kita percaya Tuhan adalah kita bersedia dibentuk seperti tiang dari kayu aras. Tuhan sedang bentuk kita seperti kayu aras pilihan. Setiap kayu itu tidak boleh ditancapkan ke tanah karena tanah sudah terkutuk. Di bawah tiang kayu itu beralaskan tembaga. Di atas tiang kayu itu ditutup dengan perak. Tembaga bicara tentang penebusan, sedangkan perak bicara tentang anugerah. Kita adalah kayu, sebab itu izinkan hidup kita dibentuk, dipotong dan diukur. Jika kita ikut Tuhan kita tidak hidup dalam kutuk, karena kita adalah kayu yang dialas oleh tembaga (penebusan) dan di atas kita ada perak (anugerah). Jadi tembaga dan perak itulah Yesus.
Padang gurun adalah gambaran dunia yang penuh dengan dosa. Jadi sekalipun kita hidup di padang gurun (dunia), tapi kita tidak seperti dunia. Melainkan kita harus seperti kain putih pada pagar kemah suci.
Pintu masuk menggunakan kain warna-warni yang indah (itulah Yesus). Artinya yang harus menjadi daya tarik bukan diri kita tetapi Yesus, sebab itu Yesus berkata “Akulah pintu”. Pintu adalah untuk semua yang dari padang gurun boleh masuk.
Halaman kemah suci terdiri dari mezbah korban bakaran dan kolam basuhan. Mezbah bakaran bicara tentang Kalvari (karya Kristus di Salib) dan kolam basuhan adalah tempat dimana kita dibersihkan dari dosa-dosa. Jika kita hanya menjadi orang ‘Kristen halaman’, tidak ada yang indah di halaman. Sebab di sana ada darah, ada suara binatang dipotong, ada suara orang yang menangis dll. Di halaman, kita belum ketemu dengan Tuhan, yang ada hanya pemberesan dosa. Sering kali kita hanya menjadi Kristen yang berhenti di halaman, sehingga kita menjadi orang Kristen yang tidak mengenal Tuhan. Kita bicara tentang Tuhan, kita baca, dengar khotbah, tapi kita tidak kaya dengan pengalaman jumpa dengan Tuhan.
Atap kemah suci terbuat dari kulit lumba-lumba. Bayangkan, ditengah padang gurun Tuhan minta kulit lumba-lumba. Artinya hidup kita ini sangat mahal tidak biasa-biasa.
Ruang kudus terdiri dari kaki dian, meja roti dan mezbah dupa. Di sini semua perkakas bersalutkan emas murni, bahkan kaki dian terbuat dari emas murni yang ditempa. Di sinilah imam besar masuk. Meja roti juga disebut ‘The bread of present’. Artinya Tuhan memberi kita makan di dalam hadiratNya. Di alam hadirat Tuhan kita menerima makanan. Roti tanpa hadirat Tuhan menjadi roti basi. Roti tanpa hadirat Tuhan menjadi roti keras. Pengajaran tanpa pewahyuan, tanpa hadirat Tuhan, tanpa urapan, sama dengan kita menerima makanan basi atau makanan keras yang tidak ada gunanya untuk pertumbuhan kita.
Mezbah dupa adalah doa dan penyembahan. Di sini imam melepaskan keharuman yang luar biasa, bahkan keharumannya sampai menempel di baju imam itu. Pesan nubuatan bagi kita adalah sebelum kedatangan Yesus yang kedua kali, harus ada kegerakan doa, pujian dan penyembahan yang menyenangkan Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar