Jumat, 08 Januari 2016

Gereja Keliling = Umat Kristen Tanpa Komitmen

Belakangan ini muncul satu trend beribadah yang semakin memprihatinkan di kalangan orang Kristen di kota-kota besar.  Tapi mungkin juga terjadi di kota-kota kecil, di mana banyak orang Kristen pergi beribadah namun dengan berpindah-pindah tempat. Bagi orang Jakarta trend ini sering disebut “gereja keliling jakarta.” Orang yang mengikuti ibadah dengan cara demikian jika ditanya “kamu angggota gereja mana?” maka orang tersebut dengan guyonan akan menjawab “gkj” atau “gereja keliling Jakarta.”
Pola beribadah seperti ini semakin memperihatinkan oleh karena semakin banyak orang Kristen yang menggunakan pola beribadah berpindah-pindah dari satu gereja ke gereja lain, dari gedung satu ke gedung lain, dengan pilihan waktu yang semakin variatif.

Banyak orang Kristen yang merasa dirinya bebas memilih kemana mereka ingin pergi beribadah setiap hari minggu, pergi ke gereja, namun tanpa memiliki komitmen dan keterlibatan khusus dengan gereja di mana mereka beribadah. Hal ini dimungkinkan oleh maraknya gereja-gereja yang bermunculan di ruko-ruko, hotel, gedung pertemuan, dan sebagainya, selain di gereja yang telah memiliki gedung sendiri. Sekalipun ada pembatasan-pembatasan dan hambatan-hambatan di sana-sini terhadap rencana pembangunan gedung-gedung beribadah bagi orang Kristen. Namun ternyata semakin banyak juga pilihan-pilihan tempat beribadah bagi orang Kristen, terutama di kota-kota besar.
Gejala tidak sehat ini sebetulnya sudah lama ada, namun sekarang semakin menjadi-jadi, fenomena ini sering disebut sebagai fenomena “Mc Church” Di mana sebagian orang Kristen memperlakukan gereja seperti aktivitas mengunjungi restoran cepat saji dan memperlakukan gereja seperti membeli makanan (“church court”). Mereka memilih tempat beribadah menurut keinginan hati dan pikiran mereka semata. Apakah orang-orang seperti ini dapat disebut sebagai orang percaya sejati? CS. Lewis pernah berkata: “terlampau banyak praktisi-praktisi di gereja, namun bukan orang percaya.

Makna bergereja sekarang ini bergerak menyimpang dari kegiatan ibadah komunal yang bersifat mutual kepada pilihan-pilihan dan selera individual. Walau ibadah dilakukan bersama-sama dalam satu ruangan, namun motifnya dapat bersifat individu. Mengapa gaya beribadah seperti ini sangat diminati oleh banyak orang Kristen? Karena dengan  gaya bergereja berpindah-pindah seperti ini akan minim risiko untuk dimintai komitmen dalam segala aspek bergereja. Datang ke gereja semaunya,  jam berapa pun bisa, ke gereja mana pun bisa, datang terlambat dan pulang lebih awal sudah biasa. Ia tidak akan diawasi dalam sikap dan tingkah laku hidupnya, tidak diawasi mengenai pemberian persembahan dan persepuluhannya, tidak diawasi kesetiaan beribadahnya, apalagi soal pelayanan. Fenomena ini semakin menjamur karena banyak gereja-gereja yang juga memang tidak menuntut kualitas jemaat yang sesungguhnya dari setiap pengunjung ibadah karena “yang penting ramai” pengunjung.  Jadi antara “penjual dan pembeli terjadi transaksi yang saling menguntungkan.” Bukankah fenomena ini seperti spirit “hedonisme” di dalam gereja?

Fenomena ini juga terjadi karena faktor pemahaman yang sangat dangkal mengenai arti beribadah. Banyak orang Kristen yang merasa sangat bangga jika ia bisa datang secara rutin ke gereja setiap minggu. Seolah-olah mereka telah menunaikan semua kewajiban beragama mereka dan seolah-olah Tuhan sudah puas dengan kehadiran mereka. Walaupun mereka sanggup menjalankan kewajiban beribadah, apakah iman Kristen merupakan kewajiban beragama? Jika demikian maka orang-orang tertentu mungkin akan merasa sangat puas dengan berpindah-pindah gereja dan mungkin karena mampu memberikan uang persembahan dan perpuluhan yang cukup banyak. Padahal bagi Tuhan tidak ada orang yang dianggap memberi lebih banyak karena setiap orang harus memberi menurut porsi yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya. Sehingga dalam pengertian yang benar tidak akan ada orang yang sanggup memegahkan diri karena ia merasa telah memberi “lebih banyak” dari orang lain. Hanya orang yang memiliki pemahaman yang salah atau kurang yang memiliki pemahaman bahwa ia memberi lebih banyak dibanding orang lain.  Intinya terletak pada pemahaman yang jelas mengenai siapa Allah dan apa motivasinya untuk beribadah kepada Allah.

Jika pemahaman seseorang jelas dan benar terhadap eksistensi Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya dalam menebus dan menyelamatkan orang berdosa, apalagi bicara mengenai Allah sebagai pencipta segala sesuatu dan sebagai Allah yang berdaulat. Maka dengan pengertian demikian setiap orang Kristen akan sampai pada pengertian, bahwa “persembahan dan perpuluhan” sebesar apa pun hanyalah bentuk berterima kasih dan bersyukur kepada Allah atas semua anugerah-Nya. Sebesar apa pun tindakan dan perbuatan seseorang dalam konteks beribadah dan bergereja tidak akan pernah membuat seolah-olah gereja/ jemaat tersebut berhutang budi pada orang tersebut. Karena baik pemberian berupa uang persembahan atau perpuluhan, pemberian waktu, tenaga, maupun pikiran semuanya diberikan kepada gereja (pelayanan) sebagai ucapan syukur dan penghormatan kepada Allah sebagai pemberi semuanya. Tidak ada seorang pun yang dapat bermegah di dalam gereja, sekalipun ia dapat melayani dengan kapasitas dan hasil yang sangat baik. Sebaliknya, tidak boleh ada satu pun anggota gereja yang tidak memberikan peran dan eksistensinya untuk pelayanan dan pertumbuhan gereja, karena setiap anggota gereja bertanggungjawab atas panggilan bergereja.

Bergereja memiliki aturan saling melayani dan saling bertumbuh dalam semua aktivitasnya. Jemaat atau orang Kristen yang selalu atau sering berpindah-pindah tempat beribadah tidak akan memiliki keterlibatan dalam semua proses bergereja dalam satu gereja lokal. Dengan kata lain, orang-orang sepert ini  bisa disebut sebagai orang Kristen tanpa komitmen. Menjadi orang Kristen adalah panggilan dan anugerah Allah, demikian juga dengan kesempatan untuk beribadah dan keterlibatan aktif dalam melayani di sebuah gereja. Makna tertinggi dari semua pelayanan adalah hak istimewa dari Allah yang mau menjadi tuan bagi kita semua yang sesungguhnya hanyalah hamba-hamba yang tidak berguna (Lukas 17:10). Setiap orang Kristen adalah anggota tubuh Kristus (Efesus 1:22-23), dan setiap anggota tubuh Kristus harus bersekutu bersama secara terus menerus dalam satu kumpulan komunitas gereja lokal (Roma 12; 1Kor 12).
Gereja dalam arti umum adalah satu di dalam Kristus dan semua gereja yang ada di dunia ini, di mana Kristus menjadi Tuhan dan kepala gereja, boleh dimasuki oleh semua orang Kristen. Namun, tidak berarti orang Kristen bisa semaunya berpindah-pindah gereja kemana pun ia mau beribadah. Jemaat sejati akan bertumbuh jika ia setia beribadah di dalam satu gereja dan terlibat dalam pelayanan secara menetap dan tidak berpindah- pindah. Jangan menjadikan gereja seperti “foodcourt” atau “churchcourt”, karena pola demikan tidak akan memberi pertumbuhan gereja, malah akan merusak gereja.

Setiap orang Kristen memiliki peran dan tanggungjawab dalam satu komunitas gereja lokal, karena ia menerima pelayanan dan berbagai haknya sebagai jemaat lokal.  Maka ia juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan gereja tersebut melalui talenta-talenta yang di miliki. Seorang Kristen tidak dipanggil untuk berkeliaran dan berkeliling ke berbagai gereja semaunya, setiap orang Kristen dipanggil untuk bersekutu, berkumpul bersama dan mempelajari Alkitab dan bertumbuh bersama dalam satu komunitas. Setiap orang Kristen akan bertumbuh di dalam gereja jika mereka mengetahui karunia apa yang mereka miliki dan mereka mempraktekkannya di dalam gereja.
Setiap orang Kristen harus mengembangkan serta mempraktekkan karunia tersebut di dalam pelayanan (Roma 12 dan 1Kor 12). Mereka yang bertumbuh dalam gereja adalah mereka yang menggunakan karunia-karunia rohani mereka bagi pertumbuhan gereja setempat. Setiap orang Kristen memiliki minimal satu karunia yang harus digunakan untuk terlibat dalam pelayanan gereja. Setiap karunia merupakan pemberian Allah pada tiap-tiap orang menurut pengaturan Allah sendiri. Dengan demikian setiap orang memiliki peran yang unik untuk mengembangkan pelayanan dalam gereja. Seberapa pentingkah aktivitas beribadah dalam kehidupan orang Kristen? D.L. Moody pernah berkata: “Kehadiran jemaat dalam gereja merupakan suatu yang vital bagi murid Kristus, seperti transfusi darah segar dan sehat untuk orang sakit.” Sanggupkah gereja-gereja masa kini memberikan vitamin-vitamin rohani bagi domba-domba yang mencari makan di rumah Tuhan?

Pada prinsipnya kualitas pelayanan gereja bergantung pada sifat sinergis dari peran dan keterlibatan semua anggota jemaat. Tiap-tiap orang harus terlibat secara aktif melayani dan juga mendapatkan pelayanan dari anggota satu sama lain.

"Mari kita semua sebagai orang percaya membangun konsep dan kebiasaan yang sehat dalam bergereja, jauhkan pola ibadah yang merusak diri dan gereja. Jadikan diri Anda sebagai jemaat Kristus yang sejati."

Tuhan Yesus memberkati!!!

3 komentar:

  1. inilah yang menjadi pertanyaan bagi saya pribadi..
    seandainya semua gereja itu sama dalam satu kesatuan dalam satu Tuhan Yesus Kristus lalu mengapa harus ada gereja yang berbeda-beda..
    kenapa kita tidak membuat sebuah gereja yang satu..
    tanpa ada embel2 di belakangnya gereja ini gereja itu..

    kenapa semua gereja tidak disatukan saja dalam satu kesatuan GEREJA INDONESIA...??
    yang jemaatnya adalah SEMUA UMAT KRISTEN INDONESIA...
    dalam satu naungan MAJELIS GEREJA INDONESIA..

    karena sejak zaman Kristus Yesus, Tidak ada namanya Gereja A, Gereja B, gedung A, Gedung B..
    Kristus melayani semua orang percaya tanpa label dan tanpa nama..

    coba kita lihat saudara kita muslim..
    Mereka bisa beribadah dimanapun itu, di Mesjid, Musholla manapun itu..
    tanggung jawab mereka adalah kepada Tuhannya.. bukan kepada Gerejanya..

    Masalah pelayanan, semua orang bisa melayani dengan caranya sendiri..
    kenapa harus dibedakan pelayanan oleh Gereja ini atau Gereja itu..
    yang melayani itu umat kristen kan?
    yang dilayani itu kan semua orang tidak harus terfokus pada Umat kristen saja..
    Karena Tuhan bersabda Kasihi lah sesamamu... bukan kasihilah seAgamamu..

    Masalah perpuluhan atau persembahan..
    harusnya persembahan ditujukan untuk pelayanan atas Nama Yesus kristus kepada seluruh dunia yang diberikan oleh umat kristen..
    bukan atas nama Yesus yang ditujukan untuk pelayanan atas nama Gereja A atau Gereja B yang diberikan oleh umat Kristen Gereja A Gereja B..

    Labelling A dan B hanya membuat kita umat kristen tampak terpisah2..
    karena kita mencoba untuk membuat Gereja sebagai wadah yang private..

    Urusan keimanan adalah tanggung jawab pribadi seorang Kristen;
    Gereja adalah tempat kita bersekutu sebagai umat Kristen, bukan Kristen versi ABCD..

    Karena Kristus mengembalakan semua bangsa agar yang tersesat mendapatkan keselamatan dalam Nama Yesus Kristus juruselamat..

    Kristus tidak mengembalakan manusia untuk di masukkan kandang, diberi makanan lalu di perah susu dan dicukur bulunya..

    Kristus mengembalakan manusia ke padang rumput yang hijau dimana tersedia keselamatan bagi yang percaya tanpa ada batasan dinding yang dibuat oleh MANUSIA

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah benar, saya sendiri juga sedang mengalami pergumulan tentang gereja (mohon juga doa nya) karena belakangan ini, saya seperti punya akar pahit dengan orang2 di berbagai gereja. Tapi saya sadar, saya hanya tidak suka perlakuan gereja-gereja jaman sekarang, yang seolah-olah mencari jemaat untuk meramaikan gereja mereka. Mungkin saudara-saudara disini bisa memberi masukan & saran untuk masalah ini... Terima Kasih, Tuhan Yesus berkati.

      Hapus
    2. Saya pernah mengalami hal yang sama.. Kekecewaan saya terhadap oknum2 gereja yang memberi preseden buruk dan membuat saya mempertanyakan Gereja itu sendiri..

      Namun ada sahabat yg menjawab cukup tajam;
      Kekristenan tidak digambarkan oleh perilaku beberapa orang saja..
      Tapi lihatlah dari inti Kekristenan itu sendiri, yaitu Kristus..
      Jangan kelakuan segelintir orang menjadikan kita kecewa dengan gereja..
      Sebab kita ke gereja untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk menilai perilaku seseorang.

      Sejak itu saya lebih fokus kepada ibadah itu sendiri, dan menjadi lebih tidak perduli dengan kelakuan dan ucapan orang2..

      Jika memang lingkungan orang2 gereja nya sudah cenderung toxic, selalu ada pilihan lain.. Sebab Tuhan tak hanya dimuliakam di satu tempat saja..

      Fokuslah pada kasih.. Niscaya segala keburukan akan bisa kita abaikan..
      Bukan karna kita tidak perduli terhadap sesama.. Namun lebih kepada bagaimana kita mengimani Kasih Kristus itu sendiri..

      Hapus