Kita sudah tidak asing dengan slogan "Jangan kita berkata apa yang negara bisa berikan kepadaku, tetapi mari kita berkata apa yang dapat kita lakukan bagi negara." Slogan ini selaras dengan tulisan paulus dalam Roma 12:1.
"Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati."
Sebagai orang Kristen kita harus mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang kudus dan yang berkenan. Jikalau saja kita sebagai gereja Tuhan memiliki slogan "apakah yang bisa aku berikan kepada Allah?" maka gereja itu akan menjadi kuat.
Seorang Kristen yang benar-benar mengerti kasih karunia Tuhan, ia tidak akan segan-segan untuk mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang kudus dan berkenan kepada Tuhan. Tetapi sebelum pembahasan lebih lanjut tentang mempersembahkan tubuh kita, kita perlu memahami terlebih dahulu tentang kasih karunia Allah yang dilimpahkan kepada kita.
"Malah kasih karunia TUHAN kita itu telah dikaruniakan dengan limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam KRISTUS YESUS. Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "KRISTUS YESUS datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah yang paling berdosa. Tetapi justru karena itu aku dikasihani, agar dalam diriku ini, sebagai orang yang paling berdosa, YESUS KRISTUS menunjukkan seluruh kesabaran-NYA. Dengan demikian aku menjadi contoh bagi mereka yang kemudian percaya kepada-NYA dan mendapat hidup yang kekal." 1 TIMOTIUS 1 : 14-16
Paulus menjelaskan bahwa ia sebagai orang yang paling hina dan paling berdosa karena sebelumnya ia adalah seorang penganiaya dan pembunuh, sehingga ia merasa tertuduh sebagai orang yang paling berdosa. Namun ia menyadari bahwa karena kasih karunia Allah, justru ia dipakai oleh Tuhan untuk melayani Tuhan. Jadi kasih karunia adalah suatu pemberian yang sangat besar, dan pemberian ini bukan berdasarkan apa yang kita lakukan (misalnya kebaikan). Seringkali kita memberi sesuatu pada seseorang atas dasar kita mencintai orang tersebut atau karena orang itu layak mendapatkan sesuatu. Misalnya seseorang memperoleh ijazah karena ia lulus sekolah, seseorang memperoleh piala karena ia menjadi pemenang lomba. Tetapi Yesus Kristus telah memberikan kasih karuniaNYA justru pada saat kita berada di dalam dosa. Karena itu paulus mengatakan, bahwa atas kasih karunia Allah.
Ada dua hal yang menyebabkan seseorang tidak mau mendekat kepada Tuhan. Terdapat golongan orang yang merasa dirinya tidak berdosa sehingga mereka merasa tidak memerlukan Tuhan sebagai Juruselamat mereka. Sebaliknya ada pula kelompok orang yang berputus asa dan menganggap bahwa tidak ada gunanya datang kepada Tuhan karena dosa-dosanya sudah menumpuk sedemikian banyak. Orang yang berpendapat demikian sudah tidak memiliki keberanian untuk datang kepada Tuhan. Dia berpikir bahwa pintu pengampunan sudah tertutup baginya. Pikiran seperti itu adalah salah, sebab terbukti paulus orang yang paling berdosa karena telah membunuh jemaat Tuhan akhirnya merasakan kasih karunia Tuhan. Jika seseorang mengerti kasih karunia Tuhan maka ia akan menghargai Tuhan dengan luar biasa. Sebab pada umumnya kita menerima sesuatu karena telah mencapai suatu prestasi. Tetapi jika melihat ke dalam diri kita yang sesungguhnya, apa "prestasi" kita di hadapan Tuhan? Sebab tidak ada satu manusiapun yang bersih di hadapan Tuhan. Walaupun demikian, justru kita menerima anugerah kasih karunia yaitu keselamatan dari Tuhan.
Hal inilah yang menjadi penekanan paulus dalam suratnya ini bahwa dahulu kita adalah orang yang berdosa dan seharusnya menjadi penghuni neraka. Tetapi karena kasih karunia Allah, kita terbebas dari neraka dan menjadi pewaris kerajaan surga. Dalam kasih karunia ini ditegaskan dengan jelas bahwa bukan karena perbuatan baik kita, tetapi orang yang mau beriman kepadaNYA yang akan menerima kasih karunia.
"Tetapi waktu IA, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-NYA." GALATIA 1 : 15
Paulus menegaskan bahwa ia menerima kasih karunia itu bukan setelah ia dilahirkan. Tetapi justru sejak dalam rahim ibunya Tuhan sudah memberikan kasih karunia itu kepadanya, sehingga sekalipun ia berbuat apa yang jahat dengan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Allah, kasih karunia itu tetap diberikan kepada paulus. Kasih karunia itulah yang memampukan paulus untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain.
Tuhan tidak pernah membatalkan atau menarik kembali kasih karunia yang diberikan kepada saya. Dari didikan yang saya terima dari Tuhan, mendorong saya untuk memberitakan tentang kasih Tuhan yang begitu besar. Apa yang saya beritakan tidak saya dapat atau pelajari di bangku sekolah teologia, melainkan melalui penderitaan yang diizinkan Tuhan untuk saya alami. Oleh karena kasih karuniaNYA, sekalipun saat saya tidak memiliki uang, tanpa pekerjaan, saya tidak pernah kelaparan.
Pengalaman ini juga yang dijabarkan oleh paulus sebagai hasil dari perjumpaannya dengan Kristus Yesus, sehingga kita bisa memahami makna kasih karunia Allah. Sebab kasih karunia adalah kasih Allah yang begitu besar yang dinyatakan dalam perhatianNYA yang tanpa batas terhadap kita. Begitu besarnya kasih karuniaNYA, tidak sebanding dengan apa yang sudah kita lakukan betapapun kita berusaha membalas kasihNYA. Kasih manusia terbatas, sekalipun seseorang mengasihi orang yang dikasihinya sedemikian rupa. Tetapi tanpa timbal balik yang seimbang, suatu saat kasihnya akan luntur. Tetapi kasih karunia Tuhan tidaklah demikian. IA selalu memberi kepada kita sampai kita benar-benar menerima dan meresponi kasih karunia tersebut.
"dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus." ROMA 3 : 24
Karena kasih karunia, kedudukan kita berubah. Dahulu hidup kita tidak berkenan di hadapan Tuhan dan harus menerima hukuman dosa yaitu kebinasaan/maut, tapi karena kasih karunia Allah, kita menerima penebusan dosa dan hidup kekal di dalam kerajaan surga.
Karena kejahatan yang begitu besar yang dilakukan paulus, ia sadar bahwa seharusnya dia menerima hukuman neraka. Tetapi karena kasih karunia Allah, kedudukannya berubah. Paulus yang sebelumnya seharusnya akan menjadi penghuni neraka, tetapi oleh karena kasih karunia ia mewarisi kerajaan surga.
Dalam 2 Korintus 12 ia menceritakan bagaimana ia diangkat untuk melihat surga yang akan menjadi tempat kediamannya untuk selama-lamanya.
Seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun akan semakin sadar bahwa dirinya sudah semakin dekat waktunya untuk menghadap Sang Pencipta, berbagai penyakit mulai menggerogoti kesehatan. Sebab Firman TUHAN berkata bahwa masa hidup manusia 70 tahun, dan jika kuat 80 tahun saja (Mazmur 90 : 10). Jikalau kita menyadari kebesaran cinta dan kasih Tuhan, bagaimana perbuatan dan sikap kita sebagai orang kristen? Apakah kita hanya bersikap pasif dan masa bodoh. Atau kita memiliki tanggung jawab untuk mempersembahkan seluruh tubuh, jiwa dan roh kita sebagai persembahan yang berkenan kepada Tuhan?
"Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-NYA; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-NYA." 2 TIMOTIUS 4 : 6-8
Sepanjang pelayanannya, bahaya dan kesengsaraan bahkan maut selalu mengancam paulus. Oleh sebab itu dalam suratnya kepada timotius ia mengatakan bahwa saat kematiannya sudah dekat. Ini berarti paulus sudah mengetahui bahwa sebentar lagi ia akan mengalami kematian. Tetapi paulus telah mengakhiri pertandingan iman dengan baik. Oleh sebab itu berbahagialah orang kristen yang berhasil menyelesaikan pertandingan imannya dengan baik. Sebab upah yang tidak ternilai itu telah tersedia bagi kita, yaitu mahkota kebenaran akan menghiasi kepala kita kelak di kerajaan surga.
Allah telah memberikan kasih karunia sehingga kita dibenarkan di dalam Kristus Yesus. Hanya saja, orang kristen perlu mempertahankan imannya di dalam perjalanan hidupnya agar kasih karunia yang telah diberikan oleh Allah tidak sia-sia. Hal itu memang tidak mudah. Setiap hari kita harus menghadapi tantangan demi tantangan yang dapat melemahkan iman. Banyak orang mengalami kesulitan dan akhirnya menyerah kalah dalam menghadapi tantangan, karena manusia itu terdiri dari darah dan daging yang penuh dengan kelemahan. Banyak orang yang takut menghadapi kematian sebab mereka telah kalah dalam bertanding. Mereka tidak tahu kemana mereka akan pergi setelah kematian menjemput. Kita dapat menyebut paulus sebagai orang yang paling berbahagia, karena ia mengatakan, "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Paulus dapat berkata demikian karena ia mengetahui bahwa kematian itu hanyalah berpindah dari dunia ini ke surga.
"Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari IA melawat mereka." 1 PETRUS 2 : 11-12
Dalam kehidupan sebagai orang kristen, hal mempersembahkan tubuh memiliki pengertian kita harus hidup tertib dengan melawan kuasa daging, keinginan hawa nafsu. Ada orang yang beranggapan, bahwa dia tidak dapat dipengaruhi godaan hawa nafsu yang datang dari wanita, keinginan memiliki harta dan kekuasaan. Jangan kita terburu-buru mengatakan demikian. Menguasai hawa nafsu untuk memiliki harta atau melawan godaan wanita mungkin saja bisa kita hadapi. Tetapi dapatkah kita menaklukkan dendam yang ingin menguasai hati kita? Dapatkah kita menang dari rasa iri hati? Kedua hal ini sulit ditaklukkan karena sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia.
Kalau kita ingin mempersembahkan tubuh kita yang hidup, persembahan itu bukanlah bersifat lahiriah, melainkan persembahan yang keluar dari segenap hati dan seluruh tubuh kita. Contoh yang sederhana adalah pada saat kita menaikan pujian kepada Tuhan. Persembahan tersebut bukan hanya melalui mulut, tetapi dengan seluruh tubuh kita memuji keagungan Tuhan kita yang hidup.
"Sampailah mereka ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah malaikat Tuhan dari langit kepadanya: "Abraham, abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan." Lalu IA berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKU." KEJADIAN 22 : 9-12
Abraham merupakan gereja Tuhan yang pertama sebab ia dipanggil Tuhan dari tempat yang gelap menuju terangNYA yang ajaib. Abraham dipanggil Tuhan untuk meninggalkan ur-kasdim menuju suatu tempat yang ia sendiri tidak ketahui. Abraham diberi perintah oleh Allah untuk membawa ishak, ke gunung moria untuk dipersembahkan kepada Allah. Dalam perjalanannya ke gunung moria bersama ishak, abraham bukanlah mempersembahkan anaknya melainkan mempersembahkan dirinya sendiri. Sebab selama sembilan puluh sembilan tahun ia menunggu ishak lahir. Dan setelah abraham menerima janji Allah yang dinanti-nantikan tersebut, Allah memintanya kembali. Mampukah abraham mempersembahkan ishak, darah dagingnya sendiri?
Tetapi walaupun demikian, abraham terus melangkah ke tempat yang ditentukan oleh Allah untuk mempersembahkan korban. Dia tidak ragu dan kemudian berjalan pulang tanpa melaksanakan perintah Allah. Dengan penuh kepastian abraham terus mendaki ke gunung moria. Ketika ishak diikat dan diletakkan di atas mezbah, mungkin ia merasa heran, sebab ia tahu bahwa jika Abraham mendirikan mezbah maka ia akan meletakkan domba sebagai korban bagi Allah. Tetapi walaupun demikian, ishak tetap mentaati apa yang dilakukan oleh abraham terhadap dirinya. Ini adalah suatu keberhasilan abraham dalam mendidik ishak yang menjadikannya anak yang mau tunduk dan taat.
Persembahan yang dibawa oleh abraham ini merupakan teladan bagi orang beriman. Apakah kita rela memberikan waktu kita kepada Tuhan satu jam saja untuk berlutut di hadapan Tuhan untuk mendoakan kemajuan gereja. Sebab mendoakan gereja bukanlah tugas seorang pendeta saja, tetapi semua orang yang percaya kepadaNYA. Kalau hal ini kita lakukan, maka mezbah akan mengeluarkan bau yang harum, dan gereja akan kokoh.
"Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." ROMA 12 : 2
Jika kita mau mempersembahkan seluruh hidup kita kepada Allah, maka Allah akan menyatakan kehendakNYA kepada kita. Kehendak Allah sangat penting dalam kehidupan seorang kristen. Sebab tanpa mengetahui kehendak Allah, maka kita tidak mungkin dapat menjalankan perintah Allah. Orang kristen yang tidak mengerti kehendak Allah, hanya menyandang predikat sebagai orang kristen, tetapi perbuatannya seperti orang yang tidak mengenal Allah. Orang dunia itu sifatnya tidak mau mengalah, suka gosip, membenci orang lain. Tetapi kita harus berani mengalah dan mau mengasihi. Kita akan mampu menjadi orang yang "tidak serupa dengan dunia ini" jika kita sudah mempersembahkan seluruh hidup kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan di hadapan Allah.
Tuhan Yesus memberkati!!!