Selasa, 18 April 2017

Menghindari Pertengkaran

Kata orang pertengkaran merupakan bunga dalam kehidupanTapi apabila frekuensinya dan intensitasnya terlalu tinggi, itu bukan lagi menjadi bunga dalam kehidupan melainkan benalu yang bisa mematikan alias menghancurkan … cepat atau lambat.

“Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran.” (Amsal 17:19)


Kata orang pertengkaran merupakan bunga dalam kehidupan. Itu kata bijak yang hingga batas-batas tertentu ada benarnya. Bertengkar itu tanda dekat, kata yang lain lagi, dan juga dianggap bagaikan bumbu yang melezatkan kehidupan keluarga atau persahabatan. Tapi apabila frekuensinya dan intensitasnya terlalu tinggi, itu bukan lagi menjadi bunga dalam kehidupan melainkan benalu yang bisa mematikan alias menghancurkan. Ibarat memasak dengan bumbu yang terlalu banyak, rasanya bisa tidak karuan.

Sebuah keluarga bisa sejuk, damai dan tentram penuh kasih bagai surga, tapi sebaliknya bisa panas membara dan menyiksa seperti neraka. Demikian pula dalam pertemanan.

Alkitab mengingatkan : “Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai.”(Amsal 17:14).


Kran air yang bocor atau lupa dimatikan bisa membanjiri seluruh rumah. Tanggul bisa jebol dan justru bermula dari retakan kecil di salah satu bagian dindingnya. Seperti itu pula seharusnya kita menyikapi sebuah pertengkaran. Berhentilah secepatnya sebelum pertengkaran itu menjadi tidak terkendali.

“Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi.” (Yakobus 1:4-5a).

Menyimpan kekesalan atau sakit hati berlarut-larut pun berpotensi menimbulkan pertengkaran. “Sebab, kalau susu ditekan, mentega dihasilkan, dan kalau hidung ditekan, darah keluar, dan kalau kemarahan ditekan, pertengkaran timbul.” (Amsal 30:33).

Selain itu, ego, keangkuhan, sikap tidak mau kalah dan sejenisnya pun bisa menimbulkan pertengkaran. Karena itulah kita diminta untuk bisa memaafkan orang dengan segera dan bersikap rendah hati, mau belajar untuk lebih memahami dan menerima orang lain apa adanya. Tidak ada manusia yang sempurna. Masalah yang timbul bisa diselesaikan baik-baik pada saat yang tepat, tidak terburu-buru.

Alkitab mengatakan orang yang suka bertengkar biasanya juga suka pada pelanggaran atau dosa.

“Siapa suka bertengkar, suka juga kepada pelanggaran, siapa memewahkan pintunya mencari kehancuran.” (Amsal 17:19).


Kita harus belajar mengendalikan emosi. Kita harus bersikap tegas terhadap pertengkaran, bukan membiarkannya merusak hidup kita sendiri dan orang lain.

Alkitab mengatakan :

“Sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” (Yakobus 1:20)

“Sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!”(Roma 12:18).


Tiga hal ini: [1] cepat untuk mendengar, [2] tetapi lambat untuk berkata-kata, dan [3] juga lambat untuk marah, diterapkan didalam kehidupan sehari-hari sehingga hidup kita didepan menjadi lebih indah dan bahagia.

[1]. cepat untuk mendengar

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” –Yakobus 1:19


Gesekan-gesekan kecil merupakan hal yang lumrah dalam rumah tangga ataupun dalam pertemanan. Kita semua memiliki kepribadian yang berbeda, pola pikir untuk menyelesaikan masalah berbeda, cara menghadapi persoalan pun bisa berbeda. Sebuah pertengkaran seringdimulai dari hal yang kecil dan sepele, namun ketika emosi meningkat, emosi mulai tidak terkendali dan bagaikan api terus membesar dan menyambar kemana-mana.

Berbeda pendapat itu normal, tidak sepakat itu biasa, namun diatas semua itu kita harus membiasakan diri kita untuk mau mendengar terlebih dahulu. Dengarkan dulu baik-baik alasan dan pendapat mereka lalu cobalah komunikasikan dengan cara-cara yang baik, sopan dan beradab.

Kita bisa melihat satu contoh dari tanggapan Yesus ketika Dia berkunjung ke rumah Marta dan Maria (Lukas 10:38-42). Pada saat itu Marta memilih untuk sibuk melayani, tetapi Maria memilih untuk diam di dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan Yesusdengan sungguh-sungguh. Yesus menganggap bahwa apa yang dilakukan Maria adalah“memilih bagian terbaik yang tidak akan diambil dari padanya.” (ay 42). Begitu pentingnya untuk mau mendengar dengan hati yang lembut. Bukanlah kebetulan Tuhan memberikan kita sepasang telinga sebagai indra untuk mendengar. Dua telinga dan satu mulut, itu menunjukkan bahwa mendengar itu lebih penting ketimbang berbicara. “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar.” (Lukas 8:18).

“Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu!” (Ibrani 4:7)


Ada saat dimana kita harus berbicara dan bersikap, namun ada juga saat dimana kita harus menjadi pendengar yang baik. Seorang pendengar yang baik akan mampu mendengar dengan cepat dan cermat sebelum menarik kesimpulan dengan tergesa-gesa atau terburu-buru menuduh apalagi menyerang. Hati yang cepat mendengar akan akan membuat kita mampu melihat dengan lebih jelas permasalahan dari sudut pandang orang lain. sehingga bisa menghindarkan kita dari amarah berlebihan yang tidak akan menguntungkan siapapun tapi malah merugikan banyak orang.

[2] tetapi lambat untuk berkata-kata

“Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” –Yakobus 1:19


Kita perlu berhati-hati dengan segala perkataan yang kita ucapkan. Selain alasan mendasar di atas yaitu ada kuasa dibalik kata yang keluar dari mulut kita, terlalu banyak omong juga akan membuka kelemahan kita atau malah menunjukkan kebodohan kita sehingga bisa mempermalukan diri sendiri. Maka tepatlah apa yang tertulis pada Amsal berikut ini: “Orang bebal tidak suka kepada pengertian, hanya suka membeberkan isi hatinya.” (Amsal 18:2), atau ini: “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.” (ay 13).

Yesus sendiri mengajarkan sesuatu yang sangat menarik perihal perkataan. Yesus berkata:“Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.” (Matius 12:34b). Lalu dilanjutkan dengan:“Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat.” (ay 35). Yesus pun menegaskan bahayanya memiliki mulut yang tidak terkontrol. “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.”(ay 36) dan: “Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum.” (ay 37).

Perselisihan yang besar bisa dihindarkan dengan tips Yakobus. Cepatlah mendengar, tapi lambatlah berkata-kata. Jangan terburu-buru mengeluarkan kata-kata sebelum segala sesuatunya jelas betul. Dengarkanlah terlebih dahulu agar kita dapat mengerti. “Orang yang berpengetahuan menahan perkataannya, orang yang berpengertian berkepala dingin. Juga orang bodoh akan disangka bijak kalau ia berdiam diri dan disangka berpengertian kalau ia mengatupkan bibirnya.” (Amsal 17:27-28).

(Yakobus 3:5). “Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka.” (ay 6). Semua ini menunjukkan begitu pentingnya untuk menjaga perkataan kita.

Hindarilah pertengkaran dengan tidak cepat mengeluarkan perkataan sebelum terlebih dahulu mendengar dengan baik dan cermat. Selain dapat mempermalukan diri kita sendiri, lidah yang tak terjaga juga dapat membakar habis sebuah hubungan dan menghancurkan seluruh hidup kita.

Terlalu cepat berbicara sebelum mendengar terlebih dahulu artinya mempermalukan diri sendiri.

[3] Lambat Marah

 “Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah” –Yakobus 1:19


Emosi negatif bukan saja menyebalkan bagi orang yang melihat, tetapi bisa sangat membahayakan tubuh kita. Tidaklah mengherankan jika ada banyak penyakit yang bercokol dalam tubuh kita ketika kita memanjakan amarah dan membiarkannya menguasai diri kita.

Kemarahan adalah sebuah tingkat emosional dengan intensitas tertentu antara hanya merasa terganggu hingga tingkat tinggi seperti mengamuk atau murka. Seperti jenis perasaan lainnya, kemarahan juga akan diikuti oleh perubahan psikologis dan biologis. Detak jantung menjadi cepat, tekanan darah meninggi, beberapa hormon pun mengalami peningkatan level.

Lewat Daud kita bisa belajar bagaimana cara bersikap ketika sedang marah. “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam.” (Mazmur 4:5). Ini tips yang sangat menarik. Marah boleh-boleh saja, tapi ingatlah bahwa dalam amarah kita jangan sampai berbuat dosa. Kemarahan bisa menjadi sebuah sarana iblis untuk menghancurkan kita. Maka berhati-hatilah ketika kita sedang marah. Lalu Paulus mengajarkan hal yang sama dengan kalimat yang berbeda. “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.” (Efesus 4:26-27). Jangan sampai marah kita berlarut-larut dalam waktu terlalu lama, karena itu bisa dimanfaatkan iblis untuk melakukan sesuatu yang buruk pada kita. Yakobus mengingatkan agar kita “lambat untuk marah”, dan ia punya alasan akan hal ini. Apakah itu? Perhatikan ayat selanjutnya: “sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.” (ay 20). Orang yang sedang dilanda kemarahan meluap-luap tidak akan dapat melakukan hal yang baik, yang berkenan di hadapan Allah. Tidak ada kebenaran dibalik sebuah kemarahan, dan itu pun merugikan kita.

Kendalikan amarah sebelum amarah mengendalikan kita. Cepatlah mendengar bukan cepat menentang atau menyerang.Bersikap tegas terhadap pertengkaran dan jangan memulai apalagi membiarkan.“Memulai pertengkaran adalah seperti membuka jalan air; jadi undurlah sebelum perbantahan mulai.”

Senin, 17 April 2017

PERCAYA SAJA

Jawab Yesus : “Bukankah sudah Kukatakan kepadamu : Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah.” Yohanes 11:40

Bagaimana kita dapat belajar percaya kepada Tuhan, sehingga sungguh hidup kita mengalami kehidupan dahsyat ?

Firman Tuhan dalam Ibrani 11:1 menyatakan, “IMAN adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.”(“Now faith is the substance of things hoped for, the evidence of things not seen.”)

Artinya ada di dunia roh (yang tidak kelihatan) yang dihadirkan di alam nyata, melalui percaya dan pengharapan di dalam Yesus Tuhan.

Jadi kiita perlu menyatakan iman : “percaya saja” kepada Tuhan, agar kita dapat melihat keajaiban-keajaiban Tuhan.

Tuhan Yesus tidak menyampaikan standart yang sulit untuk PERCAYA dan akhirnya menerima mujizat! Dia tidak meminta kita untuk naik ke atas gunung yang sangat tinggi dan sulit didaki. Atau meminta kita berpuasa tidak makan minum sama sekali dalam jangka waktu sangat lama. Atau meminta hal lain yang tidak mungkin dapat dilakukan manusia.

Firman Tuhan menyatakan, diperlukan iman “hanya sebesar biji sesawi saja.” Saudara dan saya hanya percaya saja. Kita katakan dengan keras : “PERCAYA SAJA!” dan “AKU PERCAYA!” Kita tahu untuk itu kita masih perlu belajar. Bagaimana kita belajar untuk memiliki iman percaya itu ?

1.      Iman percaya harus tetap di dalam Tuhan Yesus KristusPercaya dan menerima Dia sebagai JuruselamatKetika 100% di dalam Dia, maka apa yang Kristus punya engkaupun punya (Ingatlah arti perumpamaan tentang Anak yang hilang). Mujizat-Nya, kuasa-Nya, dan seterusnya. Kita tidak mungkin dapat memiliki iman tanpa pertolongan Roh Kudus.

Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap ortang yanghidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Yohanes 11:25

2.      Berpengharapan / menanti-nantikan Tuhan Yesus (ada tujuan). Sekaligus senantiasa mengingat dan merenungkan  kebaikan-kebaikan Tuhan. Sehingga timbul gairah dan rasa percaya kepada-Nya Ingat Bartimeus yang buta itu, juga wanita yang mengalami pendarahan itu, pasti terlebih dahulu mendengar tentang siapakah anak Daud itu, dan mereka menanti-nantikan / berpengharapan besar untuk dapat bertemu Tuhan Yesus. Kerinduan yang mendalam merupakan roket yang mendorong mujizat terjadi.

3.      “Percaya saja.” dan memperkatakan perkataan iman percaya.
Markus 5:21-43, mengkisahkan bahwa ada seseorang yang bernama Yairus, kepala rumah ibadat, menemui Tuhan Yesus dan memohon agar anak perempuannya yang sakit disembuhkan. Tetapi ditengah jalan seseorang menyusul dia dan berkata: “Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru (Yesus)?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat : “Jangan takut, percaya saja!”(ay 21-24 & 35-40). Lalu apa yang terjadi? Lalu Dia memegang anak itu dan berkata “Talita kum,” yang berarti : “Hai anak Aku berkata kepadamu, bangunlah!” maka anak itu bangkit berdiri dan berjalan (ay 41-43)

Bandingkan kisah Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu. Apa yang dikatakanNya? “Jawab Yesus: katamu : jika Engkau dapat ? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” (Markus 9:23)

Ingat ketika Tuhan Yesus mengubah air menjadi anggur. Tidak ada kata protes atau ketidaksukaan pelayan pesta itu untuk menyiapkan air. Markus 5:21-43; ayat 21-34, 35-40. Mereka melakukan dengan percaya saja seperti yang diperintahkan ibu Maria, ibu Yesus. Apakah mulut lidah bibir kita tidak kelu untuk mengatakan “PERCAYA”? Ataukah kita seperti Maria dan Marta yang tidak percaya pada waktu itu ?Ayat 39-40,...”Kata Yesus:”Angkat batu itu! Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepadaNya : Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati. Jawab Yesus : Bukankah sudah Kukatakan kepadamu : Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?

4.      Belajar mempercayai Firman Tuhan.
Apa saja yang kita percayai, dan perkatakan harus sesuai dengan firman Tuhan. Tidak menyimpang dari isi Alkitab. Rasanya tidak mungkin akan terjadi sesuatu dari  seseorang yang berdoa, dan mempunyai iman percaya demi kejahatan, kecuali doa itu ditangkap dan dikerjakan oleh kerajaan kegelapan. Kita tahu bahwa firman Tuhan tidak dibatalkan sampai hari ini. Perkataan dan janji-janji-Nya selalu digenapi. Karena Firman itu adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri.
 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.Yohanes 1:1-3, 14.
Jadi sekali lagi, ketika kita mempunyai iman percaya agar sesuatu terjadi bagi kita dan itu sesuai dengan firman Tuhan, maka Tuhan akan melaksanakannya dengan segera, karena demikian janji-Nya.

"Saya seringkali berkata-kata dengan iman percaya yang didahului dan didasari dengan firman Tuhan, ketika menghadapi pergumulan. Bahwa saya klaim apa yang saya perkatakan saya terima. Halleluya!... dan itu terjadi!"

Tuhan Yesus memberkati

Rabu, 12 April 2017

Belajar dari pohon badam

Yeremia 1:11-12 berkata “Sesudah itu firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: “Apakah yang kaulihat, hai Yeremia?” Jawabku: “Aku melihat sebatang dahan pohon badam.” Lalu firman TUHAN kepadaku: “Baik penglihatanmu, sebab Aku siap sedia untuk melaksanakan firman-Ku.””

Pohon badam (almond tree) adalah jenis pohon yang mampu tumbuh dan bertahan di semua musim, khususnya di daerah Timur Tengah; juga berbunga lebih awal, disaat pohon-pohon lain masih ‘tidur’ pada musim dingin. Dalam Bahasa Ibrani tertulis ‘shaqed’ yang artinya ‘ yang berjaga, ‘yang bangun’, ‘yang siap’. Dalam kamus Bahasa Ibrani, kata ‘pohon badam’ dan ‘siap sedia’ memiliki kesamaan arti, yaitu berjaga-jaga. Inilah yang Tuhan kehendaki bagi kita, yaitu keadaan kita selalu siap sedia (berjaga-jaga) karena Tuhan selalu siap sedia melaksanakan Firman-Nya (datang kembali untuk keduakalinya).

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Roma 8:35-37) Namun, ayat tersebut tidak bermaksud agar kita ‘tidak perlu berjaga-jaga’ karena kasih karunia Tuhan yang selalu ada bagi kita, seharusnyalah kita menghargai kasih karunia Tuhan tersebut dengan selalu berjaga-jaga agar tidak terjatuh dalam dosa.

Mari kita belajar dari kegagalan Simson! Hakim-Hakim 14:5-6 mengisahkan kekuatan simson yang luar biasa ketika Roh Tuhan berkuasa atasnya. Namun, Simson akhirnya kalah bukan karena serangan musuh tetapi karena godaan seorang wanita. Simson tidak berjaga-jaga atas kelemahannya sehingga ia pun jatuh dalam pencobaan. “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.” (Matius 26:41) Lalu, apa istimewanya menjadi orang Kristen yang berjaga-jaga seperti pohon badam itu?

1) Bilangan 17:5,7,8 berkata “Dan orang yang Kupilih, tongkat orang itulah akan bertunas; demikianlah Aku hendak meredakan sungut-sungut yang diucapkan mereka kepada kamu, sehingga tidak usah Kudengar lagi.” Musa meletakkan tongkat-tongkat itu di hadapan TUHAN dalam kemah hukum Allah. Ketika Musa keesokan harinya masuk ke dalam kemah hukum itu, maka tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam.” Orang yang berjaga-jaga seperti pohon badam adalah orang yang dipilih oleh Tuhan. Berjaga-jagalah karena mungkin kita tidak memiliki kesempatan kedua untuk sungguh-sungguh mengikut Yesus.

2) Kejadian 43:11 berkata “Lalu Israel, ayah mereka, berkata kepadanya: “Jika demikian, perbuatlah begini: Ambillah hasil yang terbaik dari negeri ini dalam tempat gandummu dan bawalah kepada orang itu sebagai persembahan: sedikit balsam dan sedikit madu, damar dan damar ladan, buah kemiri dan buah badam.” Orang yang berjaga-jaga adalah orang yang mempersembahkan yang terbaik dalam hidupnya untuk dipersembahkan kepada Raja segala raja.

Lalu, bagaimana jika kita tidak berjaga-jaga?
a) Memberi kesempatan kepada si jelek.
“Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia. Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.” (Efesus 4:26-31)

b) Tidak menyadari bahaya yang mengancam kehidupan kita.
Menganggap enteng atau terlalu kuat sehingga kalah sebelum berperang. Mazmur 19:13 berkata “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari.” Waspadalah karena sedikit penyimpangan dalam kehidupan kita merupakan awal ketersesatan kita di masa depan. Kita harus senantiasa berjaga-jaga dengan selalu berdoa dan membaca Firman Tuhan agar kehidupan kita selalu selaras dengan Firman Tuhan, tidak menyimpang sedikitpun. Orang bijak akan menghindari bahaya sehingga selamat sampai akhirnya.

Bagaimana cara berjaga-jaga?
Mazmur 1:1-3 berkata “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” 
Alkitab adalah surat cinta dari Tuhan karenanya merenungkan Firman Tuhan adalah suatu kesukaan bagi umat yang mencintai Tuhan.

➡ Bunga badam disimpan dalam pelita emas (Keluaran 25:31-33). Pelita emas melambangkan Roh Kudus, karenanya kita harus selalu rindu dipenuhi oleh Roh Kudus. Kita harus taat akan tuntunan Roh Kudus agar kelak layak menjadi mempelai Kristus.

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Senin, 10 April 2017

FAITH

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. (Ibrani 11:6)

Jadi yang kita harus lakukan adalah hidup dalam keseharian dan melakukannya di dalam iman.

1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. 2 Sebab oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. 3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat. (Ibrani 11:1-3)

Kata ‘dasar’ diambil dari kata hupostasis yang artinya:

Dasar dari sebuah kepastian. Esensi dari sebuah kenyataan.

Jadi ‘Iman’ adalah sebuah kepastian dan sesuatu yang nyata, bukan bayangan. Iman bukan permainan perasaan, iman juga bukan tindakan nekat. Sebab nekat dan perasaan bukanlah kenyataan dan kepastian.

Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Roma 10:17)

Kata ‘dengar’‘mendengarkan’‘dengarlah’ atau ‘pendengaran’ semua ini diambil dari akar  kata‘akoe’Akoe bukan sekedar dengar pakai telinga, sebab kata ‘akoe’ mengandang tiga tingkatan:
PertamaListening: Kita akan mengalami dengar pakai telinga. 
Kedua, Knowing: Kita harus tahu apa yang sedang dibicarakan. 
KetigaUnderstanding: Jika kita mendengar firman Tuhan, kita butuh Roh kudus untuk membawa kita pada pemahaman. Sebab iman lahir dari pemahaman akan firman Tuhan. Iman tidak lahir ketika kita hanya mendengar firman pakai telinga. Iman juga tidak lahir hanya karena kita tahu topik apa yang sedang dibicarakan. Iman hanya lahir ketika kita benar-benar memahami firman Allah yang disampaikan.
Jadi iman timbul dari pemahaman akan firman Allah. Pemahaman akan menggiring kita kepada keyakinan bahwa perkataan Tuhan itu pasti dan perkataan Tuhan itu nyata.

Ibrani 11:3 menjelaskan bahwa apa yang kita lihat sekarang telah terjadi dari apa yang kita tidak lihat. Kejadian 1 menjelaskan bahwa benda penerang, bumi dan cakrawala, semua itu ada karena ‘firman Tuhan’. Makanya kalau kita mau hidup dalam iman tidak ada cara lain, mulailah untuk meminta Tuhan membawa kita pada pemahaman akan firman-Nya. Sebab firman Allah berkaitan dengan dua hal di atas yaitu: Firman Allah ketika diucapkan itu pasti terjadi dan firman Allah ketika diucapkan akan berubah menjadi kenyataan.

Penulis kitab Ibrani mengajarkan bahwa “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan ….”  Kenapa sampai dia kaitkan dengan pernyataan ‘yang kita harapkan’? Sebab ternyata orang gampang berharap hanya pada sebuah kepastian. Kepastian akan menolong kita untuk berharap. Sebab itu Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa ‘firman Allah’ itu pasti dan ‘firman Allah’ itu  nyata. Jika mau hidup dalam iman, mulailah memahami firman Allah.

Kata ‘harapkan’ dalam Ibrani 11 diambil dari kata ‘elpizo’Elpizo memiliki tiga arti:

Percaya kepada Tuhan Menunggu Tuhan Bergantung kepada Tuhan

Kenapa kita percaya pada Tuhan? Karena Dia berbicara itu pasti dan akan menjadi kenyataan. Kenapa kita menunggu Tuhan? Karena Dia berbicara itu pasti, lalu akan berubah menjadi kenyataan. Kenapa kita bergantung kepada Tuhan? Karena Dia berbicara itu pasti, lalu akan berubah menjadi kenyataan. Makanya dalam Roma 5 Paulus mengajarkan kebenaran ini kepada jemaat bahwa pengharapan di dalam Tuhan itu tidak mungkin mengecewakan. Jika kita berharap kemudian kecewa, pertanyaannya kita berharap kepada apa? Bapakah kita berharap kepada sesuatu yang pasti atau tidak, berharap kepada sesuatu yang nyata atau tidak? Jika ada orang yang berharap kemudian dia kecewa, berarti itu masalahnya. Sebab Alkitab mengajarkan bahwa siapa saja yang berharap kepada Tuhan, tidak mungkin pulang dengan kecewa. Sebab semua harapan di dalam Tuhan selalu berhasil, karena didasarkan kepada sesuatu yang pasti yang akan berubah menjadi kenyataan.

Kata ‘Elpizo’: Percaya kepada Tuhan, menunggu Tuhan, bergantung kepada Tuhan. Itu disertai dengan kalimat “Satu kali lagi”. Kenapa ‘elpizo’ menitik beratkan pernyataan “Satu kali lagi”? Sebab seringkali dalam hidup karena kita menunggu terlalu lama, maka kita berhenti menunggu dan berhenti berharap. Sebab itu kata ‘elpizo’ mengajak “Satu kali lagi”. Artinya waktu kita sudah lelah percaya, kalimat ini muncul “satu kali lagi”. Waktu kita sudah lelah menunggu,  kalimat ini muncul“satu kali lagi”. Waktu kita sudah lelah bergantung pada Tuhan, kalimat ini muncul “satu kali lagi”. Sebab apapun yang kita harapkan dari Tuhan, hal itu pasti terjadi.

Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya? (Bilangan 23:19)

Jangan pernah setarakan Tuhan dengan manusia. Manusia terbiasa berdusta, Tuhan tidak. Manusia terbiasa menyesal, Tuhan tidak. Jadi kita harus bangun cara berpikir bahwa Tuhan bukan manusia. Sebelum Tuhan berbicara Dia tahu bahwa Dia dapat melakukannya. Jadi jika kita mau hidup dengan iman tidak ada cara lain, kita harus kuat dengan firman Allah dan paham firman Allah.  Pemahaman akan firman Allah membuat kita sanggup percaya satu kali lagi, menungggu satu kali lagi dan bergantung kepada Tuhan satu kali lagi. Itulah Iman.

Ibrani 11:1, Ini adalah pernyataan kontra logika, karena sesuatu disebut bukti adalah ketika kita melihatnya. Kata ‘bukti’ diambil dari kata ‘elegchos’ yang artinya bukti berdasakan hasil uji. Jadi iman adalah bukti dari hasil uji yang kemudian berubah menjadi keyakinan di dasar hati kita yang paling dalam.  Iman tidak dapat bertumbuh dalam hidup kita jika kita tidak memulainya dengan firman Allah yang dipahami oleh bantuan Roh Allah. Jadi prinsip inti dalam iman adalah pertama firman Allah, kedua adalah kita butuh Roh Allah.

1 Korintus 2:9-12

Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Korintus 2:9)

Kata ‘disediakan’ diambil dari kata hetoimazo’ yang artinya: sudah ada, sudah disiapkan. Jadi yang kita tidak pernah lihat, tidak pernah dengar dan tidak pernah pikirkan, Tuhan berkata hal itu sudah ada dan sudah disiapkan. Makanya Alkitab berkata di bumi ini tidak ada yang baru. Sebab semuanya sudah ada dan sudah disiapkan.

Siapakah yang mengasihi Tuhan?

Alkitab berkata, orang yang mengasihi Tuhan adalah orang yang memegang perintah Tuhan dan melakukannya (Yohanes 14:21).

Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah. (1 Korintus 2:10)

Kata ‘menyatakannya’ diambil dari kata apokalupto yang artinya: Allah membuka rahasia tentang siapa diri-Nya, dan sangat terbaca oleh Roh Allah dan Roh Allah yang ada di dalam kita akan menegaskan siapa Allah sebenarnya, apa kemampuan-Nya dan apa yang dimungkinkan untuk Dia kerjakan dalam hidup kita. Jadi percayalah bahwa banyak mendengar firman saja tidak cukup untuk hidup dalam iman. Kecuali, kita ditolong oleh Roh Allah. Sebab untuk membuat kita yakin kepada firman Allah, hanya Roh Allah yang sangup melakukannya. Sebab Roh Allah adalah pribadi yang sangat paham rahasia tentang kehebatan Allah.

Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah. (1 Korintus 2:11)

Salah satu tugas Roh kudus adalah Dia akan mengajar kita tentang rahasia kehebatan Allah yang oleh akal budi sampai saat ini belum dapat kita pahami.

Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. (1 Korintus 2:12)

Kata ‘tahu’ disini diambil dari kata ‘eido’ yang artinya kepastian mengenai sesuatu yang telah terjadi. Kita menerima Roh Allah supaya kita tahu tentang apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Contoh:

Oleh bilur-bilurNya, kamu telah sembuh.” (1 Petrus 2:24)

Kita tidak melihatnya, makanya sulit bagi kita untuk percaya. Pada keadaan ini kita butuh Roh kudus. Kita harus minta Roh kudus tolong kita supaya memiliki kepastian mengenai apa yang telah terjadi. Sebab itu Paulus berkata, “Apa yang kamu tidak pernah lihat”, Tuhan berkata, “sudah siap”. “Apa yang kamu tidak pernah dengar”, Tuhan berkata, “sudah siap”. Sebab memang penglihatan kita terbatas, makanya kita butuh Roh kudus untuk memberikan kepastian mengenai sesuatu yang sudah terjadi.

Eido’ memiliki pengertian yang kedua adalah menyadari dengan yakin berdasarkan pengetahuan dan pemahaman akan firman Allah. Kuasa dari pemahaman akan melahirkan keyakinan. Sebab itu Alkitab berkata renungkan firman Allah.  Sebab kuasa perenungan menggiring kita kepada pengetahuan, lalu berpindah kepada pemahaman. Pemahaman itu kemudian melahirkan keyakinan tentang siapa Tuhan sesungguhnya. Makanya iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.  Allah kita sangat teruji, Dia hebat dalam segala hal. Apa yang difirmankan pasti terjadi.

Mari ubah budaya kita untuk memahami firman Allah. Minta Roh kudus tanamkan kepada kita keyakinan yang mendasar, yang tidak bisa diganggu-gugat bahwa Allah kita hebat, Dia telah menyelesaikan segala sesuatu dan Dia selalu memberikan kepastian.

Rabu, 05 April 2017

Mengalami Tuhan

Tidak semua orang menemukan panggilan Ilahi dalam hidupnya. Ketika kita lahir baru, kita datang pada Yesus, kita hidup di dalam Yesus, tapi belum tentu semua kita muncul dalam identitas sebagai anak Allah yang sejati.

Perbedaan antara orang yang menyaksikan sejarah dengan orang yang membuat sejarah terletak pada cara pandang atau pengertian tentang firman Tuhan. Orang yang mengerti firman Tuhan, dia pasti membuat sejarah. Dia pasti akan mengubah sejarah. Dia pasti dipakai Tuhan menjadi saluran Ilahi, sehingga melalui hidupnya Allah hadir. Jadi ketika kita hidup di dalam Tuhan dan melakukan firman-Nya, kemana pun kita pergi Allah turut hadir. Kemanapun kita pergi sesuatu dapat terjadi dan mengubahkan kehidupan orang yang ada di sekeliling kita. Inilah cetak biru Allah. Cetak biru Allah bicara mengenai satu pemikiran Allah yang fantastis terhadap hidup kita. Satu rancangan Allah yang spesial, yang diracik khusus untuk kita, karena kita dibuat secara ajaib oleh Allah.

Manusia berharga bukan karena dia adalah manusia, tapi karena dia adalah ciptaan Allah yang serupa dan segambar dengan Allah (Kejadian 1:26).  Jadi rupa dan gambar Allah dalam diri kita itulah yang membuat kita berharga. Manusia akan merasa berharga kalau dia menyadari bahwa rohnya berasal dari Allah. Manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Dan roh itu adalah bagian yang kekal. Kita adalah makhluk yang kekal dan mulia, karena roh kita sumbernya adalah Allah. Jadi kita diracik, dipikirkan dan dikonsepkan oleh Allah. Setiap kita spesial di mata Allah karena kita diciptakan tidak ada duanya.

Allah tidak pernah salah, melenceng, atau bingung, sebab Dia adalah Tuhan. Manusia bisa salah, tapi Tuhan tidak mungkin salah. Jadi siapa pun kita, dari latar belakang keluarga seperti apa pun, roh kita berasal dari Allah. Di dalam roh kita ada cetak biru Allah dan itu dijahit dalam DNA kita. Waktu kita berjumpa dengan cetak biru ini, segalanya akan berubah. Makanya Tuhan mengajak kita dalam sebuah petualangan untuk menemukan cetak biru itu dan mulai hidup di dalamnya.

Mengenal Yesus adalah awal dari sebuah perjalanan atau petualangan. Karena petualangan itu akan membawa kita ke suatu tempat dimana kita belum pernah ada sebelumnya. Petualangan tidak selalu mulus, tidak selalu mudah, kadang harus kembali, kadang berputar-putar, tapi jalan yang diberikan Allah akan membuat kita mencetak sejarah.

Alkitab memceritakan dari Kejadian sampai Wahyu bahwa ada orang-orang yang tidak terpandang, tidak hebat, tapi Tuhan pakai mereka dengan luar biasa. Alkitab banyak mengisahkan tentang orang-orang yang biasa, tapi ketika mereka ada di tangan Tuhan, mereka berubah menjadi pencetak sejarah. Misalnya: Daud sebagai gembala kambing dan domba, tapi Tuhan ubah menjadi raja Israel. Musa yang tidak punya keterampilan memimpin, tapi Tuhan bawa memimpin bangsa yang tegar tengkuk.

Nehemia yang adalah seorang budak Ibrani, yang dibawa dalam pembuangan ke Babel, tapi ketika dia mendengar kabar tentang Yerusalem, temboknya runtuh dan pintu gerbangnya terbakar, hatinya terbakar. Kemudian dia mulai memburu Allah, mulai berdoa dan berpuasa. Tiba-tiba dia menerima pewahyuan untuk membangun kembali kota Yerusalem.

Gideon, anak paling muda di keluarga paling kecil di Israel, tapi Tuhan angkat jadi hakim atas Israel. (Hakim 6:11-12). Tuhan memiliki banyak hal yang hebat yang dia mau katakan tentang kita. Siapa kita untuk membantah Tuhan. Seringkali kita sok rendah hati, tapi sebenarnya kita tidak rendah hati, ada kesombongan yang tersembunyi. Sebenarnya kita seringkali dengan sopan menolak ajakan Allah, karena kita tidak mau repot, tidak mau kekurangan kita terlihat, kita tidak mau gagal dan kita takut.

Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku. (Habakuk 2:1)

Habakuk terjepit antara batu dan besi, dia terjepit karena keadaan umat, karena realita yang dia hadapi sehari-hari. Dia di hadapkan dengan ketidakadilan, dia tertekan oleh kecemasan dan ketakutan. Masa depan yang tidak jelas.

Dalam keadaan tersebut, Habakuk mengambil satu keputusan yang terbaik, yaitu keputusan untuk memburu Tuhan. Habakuk tidak sekedar berdoa, karena dia berkata, “Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, …”  Hal ini sangat berkenan di hadapan Allah. Sebab itu ada firman Tuhan yang berkata, “…apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, …”(Yeremia 29:13).

Tuhan kita suka dicari

“Karena mata TUHAN menjelajah seluruh bumi untuk melimpahkan kekuatan-Nya kepada mereka yang bersungguh hati terhadap Dia. Dalam hal ini engkau telah berlaku bodoh, oleh sebab itu mulai sekarang ini engkau akan mengalami peperangan.”  (2 Tawarikh 16:9)

Ini adalah keunggulan, bukan karena kita lebih suci atau lebih kudus. Bukan karena kita lebih taat. Waktu seseorang mendesak Tuhan, maka Dia super senang. Waktu seseorang memiliki sikap hati seperti Habakuk, ingin menjumpai Allah, maka dia akan menarik hadirat Allah.

Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: “Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya. (Habakuk 2:2)

Terjemahan bahasa Inggris menjelaskan, “…sambil lari dapat membacanya.”

Jadi anak kunci untuk membuka petualangan dengan Tuhan menuju rancangan Ilahi dalam hidup kita;

Pertama: Memburu Allah atau mengejar Allah.
Kedua: Bersedia membayar harga demi rancangan Allah.  Yesus berkata, “Barang siapa mau mengikut Aku …” Banyak orang senang mengejar Yesus sebab dekat Yesus ada roti dan ada ikan. Dekat Yesus ada kesembuhan, ada firman, ada arahan. Dekat dengan Yesus ada suasana yang menyenangkan.

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16:24)

‘Menyangkal diri’ di sini bicara tentang menyangkal kepentingan-kepentingan pribadi dan memikul salibnya. Ini yang membedakan orang yang meramaikan gereja dengan yang mendobrak budaya dan yang mencetak sejarah. Pertanyaannya, “Apakah saudara bersedia membayar harga?”

Kita ada dalam satu budaya dimana segala sesuatu yang kita inginkan dapat diperoleh dengan instan. Artinya kita harus hidup berlawanan arah, kita harus hidup berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh dunia. Waktu kita bersedia membayar harga, maka kita akan mengalami percepatan dalam hidup kita.  Kita akan mengalami bagaimana pintu-pintu terbuka, menuju masa depan yang Tuhan kehendaki. Kita sedang dikekang dan dibutakan oleh dunia dengan semua gemerlapnya. Sebab itu kita harus mundur selangkah setiap hari dan berkata kepada Tuhan, “Aku membawa hidupku, hasratku, keinginanku, masa depanku dan kepentinganku di mezbah ini. Apa yang Engkau mau itulah yang aku mau. Hari ini aku mau berjalan di dalamnya.”

Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh. (Habakuk 2:3)

Jika kita bersedia untuk membayar harga, untuk memburu Allah dalam hidup kita, maka panggilan Allah dalam hidup kita akan dikerjakan oleh Allah. Sebab itu kita harus bertekun.

Ada banyak orang menyerah sebelum sampai pada garis akhir. Ada banyak orang menyerah sebelum masa percepatan itu terjadi, menyerah sebelum mengalami Tuhan, menyerah sebelum pintu dibukakan. Seringkali kita sudah di ambang, tapi kita mundur karena kita tidak bertekun. Rancangan Tuhan pasti terjadi dan tidak pernah terlambat. Sebab itu dibutuhkan ketekunan. Marilah bertekun, sebab pada waktunya yang terbaik dari Allah akan datang.

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati