Jumat, 24 Juni 2016

Hidup benar bagi Tuhan

Roma 13:12 "Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!"

Yusuf adalah salah satu contoh manusia yang luar biasa. Namun, pernahkah kita menempatkan diri kita dalam posisi Yusuf dan menjalani kehidupannya? Kalau saja kita merenungkannya, sebenarnya Yusuf memiliki berbagai penghalang dan alasan untuk tidak menjadi manusia Allah.

Coba bayangkan, dia dibenci saudara-saudaranya dan dijual ke Mesir. Hidup di tengah kebudayaan yang menyembah berhala. Dirayu dan difitnah sama tante poti. Lalu dijebloskan ke dalam penjara. Kemudian, jasanya dilupakan oleh kepala juru minuman yang telah ia bantu. Hidupnya begitu penuh dengan pencobaan dan godaan untuk berbuat dosa. Dia bisa saja dengan mudah berpikiran negatif, mengatakan hal negatif dan melakukan perbuatan yang salah. Tidak akan ada yang menyalahkannya bila ia memilih untuk marah, sakit hati dan menyimpan kepahitan. Bukankah semua itu wajar bukan untuk seorang manusia biasa? Namun semua itu tidak dilakukannya. Yusuf memilih untuk menjaga hatinya. Dia tetap mengarahkan pandangannya kepada Allah yang dipercayainya.

Seberapa seringnya, ketika kita diperhadapkan dengan masalah-masalah serupa, kita memilih untuk menuruti emosi dan kata hati kita yang negatif? Seberapa seringnya kita menyerah terhadap godaan dan terjatuh dalam dosa? Tidakkah kita pernah berkompromi atas kesalahan kita dengan alasan bahwa semua teman kita juga melakukannya? Atau pernahkah kita membiarkan suatu kebiasaan buruk merusak apa yang telah Tuhan taruh di dalam hidup kita? Sadarkan bila semua itu dapat menjadi penghalang yang menghambat pertumbuhan rohani kita?

Seperti Yusuf, marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan yang salah dan memilih untuk bertindak benar di mata Tuhan. Tetap jaga hati apa pun yang terjadi. Hidup kudus dan persembahkan hidup kita bagi rencana Allah yang ajaib. Sadarilah, bahwa Allah telah memanggil dan memilih setiap dari kita untuk menjadi manusia Allah. Bersama Allah, kita bukan lagi manusia biasa.

Renungkan:
1. Bagaimanakah pertumbuhan rohani kita selama ini?
2. Coba pikirkan, apa saja yang saat ini dapat menjadi penghalang yang menghambat pertumbuhan rohani kita?
3. Langkah apa yang dapat kita lakukan untuk memiliki hidup yang kudus dan benar?

Singkirkan semua PENGHALANG yang menghambat pertumbuhan kita menjadi manusia Allah.

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Menilai V.S Menghakimi

Sepanjang perjalanan kehidupan kita tidak terlepas dari apa yang disebut menilai. Penilaian ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk dan cara dan dapat terjadi dimana saja di semua tempat dan waktu yang tidak terbatas. Karena melekatnya penilaian ini sampai-sampai isi kantong seseorangpun kita nilai....

Nah! yang menjadi perenungan buat kita, apakah dalam proses penilaian yang kita lakukan tanpa menghakimi? Kalau kita cermati dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan menemukan bahwa proses penilaian yang kita lakukan nyaris tidak ditemukan penilaian tanpa menghakimi. Yang artinya, ketika kita mengadakan penilaian, maka secara langsung diikuti oleh sikap yang menghakimi. Sikap menghakimi selalu muncul ketika kita melakukan penilaian terhadap sikap ataupun perbuatan seseorang.
Contohnya, jika seseorang berbeda pendapat ataupun prinsip dengan kita, maka kita menilai bahwa dia tidak berada dipihak kita dan yang kemudian menghakimi dia menjadi orang yang bersalah, penghambat ide, dan pada akhirnya menjadi musuh yang harus disingkirkan. Dan saya sendiri ragu-ragu bahwa apakah tulisan ini juga akan lebih cenderung menghakimi bukan menilai.

Menilai bukanlah sesuatu yang tabu, sebab penilaian adalah merupakan bagian dari evaluasi yang kita lakukan terhadap berbagai pekerjaan dan keadaan. Penilaian ini bukan hanya ditujukan terhadap orang lain atau sesuatu diluar diri, akan tetapi penilaian juga sangat perlu dilakukan terhadap diri sendiri. Dengan mengadakan penilaian, maka kita dapat melakukan langkah-langkah perbaikan dan atau pengembangan kearah yang lebih baik. Lain halnya dengan menghakimi.
"Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi." Mat 7 : 1
Tuhan Yesus tidak mengijinkan sesorang menghakimi siapapun juga. Bahkan terhadap rambut kitapun, penghakiman tidak boleh dilakukan. Tuhan Yesus mengenal betul keadaan dan kelemahan dari sikap yang menghakimi. Menghakimi lebih cenderung memandang orang yang selalu bersalah dari kita sendiri. Sikap menghakimi sulit mengenal kelebihan dan kebebasan seseorang. Sikap menghakimi juga sangat sulit untuk mengenal dan mengakui kekurangan serta kelemahan diri sendiri. Sikap yang menghakimi melihat selumbar di mata orang lain tetapi balok di matanya tidak kelihatan.

Mengapa kita lebih cendrung bersikap menghakimi dari pada memberikan penilaian terhadap sesuatu dengan sehat? Biasanya sikap menghakimi ini muncul akibat dari dorongan untuk menutupi kelemahan dan kesalahanya sendiri, sehingga dia langsung memberikan semacam vonis tertentu. Dia takut, dengan menerima atau mempertimbangkan prinsip dan alasan seseorang maka nantinya kelemahan dia terbongkar. Maka dengan serta-merta dia berusaha membenarkan tindakannya dan bersembunyi dibalik sikap penghakiman yang ia jalankan. Sikap menghakimi cenderung menentukan batas terakhir dari segala sikap dan perbuatan seseorang (vonis)

Kita memang sangat sulit untuk menerima larangan untuk bersikap menghakimi. Kita tentu tidak mengerti apa yang akan terjadi disebuah negara jika penghakiman tidak ada. Tidak mungkin kehidupan bermasyarakat akan teratur jika lembaga untuk menghakimi sesuatu perkara tidak ada. Namun kita jangan lupa, penghakiman tidak akan dilakukan jikalau belum melihat secara cermat persoalan secara adil dan bijaksana.

Apakah perbedaan menilai dan menghakimi?
Perbedaan menilai dan menghakimi :
Penilaian yang sehat
1. Ada Perhatian : Penilaian sehat melibatkan perhatian kepada orang lain.
2. Kepercayaan : Penilaian yang sehat menolak untuk tidak mempercayai motif orang lain kecuali ada bukti yang kuat.
3. Toleransi : Penilaian yang sehat melibatkan konsep moral dan agama dengan mereka yang berbeda dengannya.
4. Tingkah laku vs orang : Penilaian yang sehat meminta pengutukan dari tingkah laku yang menyakitkan atau ide yang tidak benar
5. Terbuka : Penilaian yang sehat mengenali masalah-masalah yang tidak terselesaikan dengan sudut pandangnya sendiri. Penilaian ini dilakukan setelah mempelajari bahwa seseorang dapat mempunyai pendirian tanpa memiliki kepastian sehingga dapat terbuka pada perspektif orang lain.
6. Waktu : Penilaian yang sehat merupakan proses logika dari mengevaluasi bukti dan mengambil keputusan yang telah dipikirkan dengan baik.
7. Tidak takut : Penilaian yang sehat adalah hasil yang dilakukan dari pemikiran hati-hati, reflektif dan tanda dari pikiran yang tidak takut untuk memutuskan.

• Sikap yang menghakimi
1. Ada perhatian : Sikap menghakimi tidak memperhatikan orang lain.
2. Kepercayaan : Sikap menghakimi menganggap mengetahui motif orang lain tanpa bukti yang masuk akal
3. Toleransi : Sikap menghakimi berkeras untuk berpegang teguh pada konsep moral dan agama tanpa sikap menghargai dan toleransi pada mereka yang berbeda.
4. Tingkah laku vs orang : Sikap yang menghakimi mengecam orang yang melekat pada ide yang tidak benar atau tingkah laku yang merusak.
5. Terbuka : Sikap yang menghakimi menolak untuk mengenali masalah atau keterbatasan dengan sudut pandangnya sendiri. Ia berkeras pada kepastian absolute.
6. Waktu : Sikap menghakimi adalah berlogika emosional, yang membuat keputusan seketika berdasarkan bukti palsu.
7. Tidak takut : Sikap menghakimi adalah hasil dari pemikiran ceroboh, tidak reflektif, dan tanda dari pikiran yang khawatir untuk berpikir analis.

Maka dari itu sikap menghakimi sebaiknya kita singkirkan jauh-jauh dari kehidupan kita. Dalam hal ini, tentu kita perlu mengambil langkah yang lebih bijak dari hasil evaluasi kita untuk membina dan mengarahkan iman sesama kita kepada Kristus. Tentu berbagai kondisi dan situasi yang memaksa sesama kita berbuat seolah-olah menurut cermat kita mereka melakukan suatu kesalahan. Jangan menghakimi mereka dan jangan pula menghakimi diri kita. Marilah kita memberikan penilaian yang sehat penuh dengan kasih terhadap sesuatu yang kita anggap melenceng dari kepatutan dan jangan pula kita lupa melakukan penilaian juga terhadap diri kita sendiri. Penilaian penuh dengan perhatian yang empati, percaya bahwa mereka bukanlah memiliki motif yang buruk, ada sikap yang toleran, membenci kelakuaan yang buruk bukan orangnya, terbuka untuk menyelesaikan secara bersama-sama bukan menyelesaikan secara sudut pandangnya sendiri. Ada proses dan tidak terburu-buru tapi tidak membiarkan, tidak takut untuk memutuskan dan tidak takut jika kelemahan kita sendiri ikut terkoreksi.

Tetap semangat didalam Firman Tuhan dan Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Masa penampian!!

Mazmur 1 : 4-5  Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar.

Pagi tadi saya sedang memperhatikan mama yang sedang menampi beras di atas sebuah tampian dari bambu di halaman rumah. Beras itu tampak naik turun seturut dengan goyangan tangan mama. Seperti musik bunyi beras itu saling bergesekan. Kadang saya melihat bagaimana si mama hanya menggoyang-goyang tampiannya ke kiri dan ke kanan, sehingga beras itu tidak terlihat berloncatan, tetapi hanya saling bergesekan satu sama lain. Dan tak lama kemudian saya melihat tangannya dengan lincah memunguti kuit-kulit gabah yang masih menempel di beras tersebut. Lalu tak lama kemudian dia pun melanjutkannya dengan menggoyangkannya lagi, kali ini naik turun sehingga tampak beras-beras itu berlompatan. Lebih detail lagi saya melihat bagaimana kulit sekam itu mulai beterbangan terbawa angin, meninggalkan beras yang karena berat jenisnya membuat ia turun ke dalam tampian itu, sementara sekam itu entah jatuh di mana tergantung ke mana angin membawanya. Sementara mama kembali menggoyang-goyang ke kanan ke kiri, menimbulkan bunyi gesekan beras lagi, dan kembali saya melihat tangannya memunguti sekam yang tersisa, dan terus dilakukannya sampai semuanya selesai. Baru setelah ia merasa puas dengan hasil kerjanya, ia meletakkan tampian itu dan mulai mengerjakan hal yang lain.

Pergesekan adalah satu proses alamiah bagi beras tadi untuk memudahkan pelepasan dari sekam yang menempel pada beras-beras tersebut. Dan proses tampian itu untuk memudahkan terjadinya pemisahan beras tadi dari sekam yang sudah bisa terlepas dari butir-butiran beras tersebut. Tapi apapun yang terjadi dan seberat apapun proses tadi, terbukti bahwa butir-butir beras tadi tetap berada di dalam tampian dan tidak berlarian ke sana kemari.

Saya belajar sesuatu dari hal ini. Seringkali kita berpikir kenapa kita harus mengalami begitu banyak gesekan dengan orang-orang di sekitar kita. Dan adakalanya kita begitu putus asa dan sepertinya ingin meninggalkan komunitas kita hanya karena gesekan-gesekan yang terjadi. Tapi saya belajar bahwa gesekan itu memang harus terjadi. Ada tujuan tertentu dari gesekan tersebut.

Amsal 27:17  “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” Ayat tersebut mempertegas bahwa tidak mungkin terjadi ketajaman tanpa ada satu proses pertemuan dengan benda sejenis. Besi hanyalah seonggok besi kalau dia tidak ditajamkan. Besi baru akan menjadi pedang yang tajam ketika besi itu ditempa. Tempaan itu dilakukan dengan menggunakan besi yang lainnya. Dan dalam proses tempaan yang menyakitkan itu tentu akan ada bagian-bagian dari besi itu yang tertekan dan terbuang juga.

Begitu juga dengan manusia. Seseorang baru bisa mengerti apakah perilakunya baik atau tidak, menyenangkan atau tidak, adalah ketika dia melakukan interaksi dengan orang lain. Di dalam interaksi itu barulah kita akan tahu bagaimana karakter sebenarnya dari orang tersebut. Dan di dalam proses itulah kita akan menemukan apakah orang lain merasa keberatan atau tidak dengan sikap dan karakter kita itu. Dan saat kita menemukan hal itu, tentu akan merubah banyak hal untuk beradaptasi dengan lingkungan kita. Dan peristiwa demi peristiwa yang kita alami tentu akan membuat kita belajar lebih banyak. Begitu bukan?

Kisah beras dan sekam dalam tampian juga mengingatkan saya akan tampian yang Tuhan kerjakan dalam kehidupan anak-anakNya. Sebuah seleksi alamiah dilakukan oleh tangan Tuhan sendiri.

Kadang Dia akan menggoyangkannya hanya ke kiri dan ke kanan supaya terjadi gesekan antara anak-anak itu dengan tujuan agar segala hal yang buruk bisa dilepaskan dari diri mereka. Persis seperti sekam yang dilepaskan dari bulir-bulir beras tadi.

Tapi adakalanya Dia akan menggoyang-goyangkan tampian itu ke atas dan ke bawah, sehingga kita akan seperti naik jet coaster. Kadang naik tinggi kadang seperti menukik ke bawah. Tapi apapun yang terjadi, hanya mereka yang memiliki ‘isi/bobot’ yang akan tetap berada di dalam tampian itu. Tapi sayang sekali, banyak juga yang akhirnya tertiup angin. Mereka yang tidak mau mengisi dirinya dengan kasih Tuhan dan tidak mau mengijinkan Roh Kudus berdiam di dalam dirinya tentu akan lebih mudah terbawa arus, dan mudah untuk meninggalkan tampian itu.

Apa yang bisa kita lakukan supaya tetap berada di dalam tampian itu, Tuhan sudah memberikan nasehat yang luar biasa:
1. Menjadi dewasa dalam rohani.

Efesus 4:14 “...kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan...”

Seorang yang dewasa seharusnya lebih mampu untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Dan kedewasaan secara rohani diperlukan dalam membedakan mana yang benar dan mana tidak. Ketika kita masih kanak-kanak mungkin akan lebih mudah untuk dibohongi dan dipengaruhi oleh berbagai macam pengajaran, dan permainan palsu yang dikemas begitu menarik sehingga bisa menyesatkan kita. Tapi jika kita sudah dewasa, tentu lebih mampu menyeleksi dalam menerimanya.

2. Tinggal di dalam Yesus Tuhan

1 Yohanes 2:27 ” ...dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.”

Jangan pernah berada di luar Dia. Hanya ketika kita ada di dalam Dia dan Dia di dalam kita, maka kita akan tetap berada dalam kebenaran yang memberikan kemerdekaan itu.

Banyak orang berpikir bahwa ketika punya masalah, maka langkah yang tepat adalah dengan meninggalkan dunia pelayanan dengan alasan supaya tidak memberikan dampak yang buruk kepada yang lain.

Tapi saya secara pribadi sering menyarankan mereka ini justru untuk tetap berada di dalam pelayanan, karena justru yang terjadi harusnya adalah komunitas pelayanan itu yang seharusnya bisa memberikan pengaruh yang baik kepada dia sehingga akhirnya dia bisa mengatasi masalah tersebut dan mengalami kemenangan bersama Tuhan.

3. Tetap berjaga-jaga

1 Tesalonika 5:6 “Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.”

Kejadian yang tidak terduga seringkali terjadi ketika lengah atau tertidur. Karena itu alangkah lebih baiknya kita tetap berjaga-jaga di dalam doa dan pengenalan akan Tuhan sehingga kita bisa hidup dalam kebenaran, dan ketika tampian itu terjadi kita menyadarinya dan bisa tetap bertahan dalam tempat tersebut, tidak diterbangkan oleh angin.

Mengikuti Tuhan adalah satu priviledge dan anugerah yang luar biasa. Alangkah bodohnya kalau seandainya kita tidak menerima dan melakukannya dengan benar. Sekalipun ada banyak pendapat yang seakan-akan lebih menarik dan menyenangkan, tapi saya mau mengingatkan anda untuk tetap berdiam di dalam iman akan Tuhan Yesus.

Galatia 6:9 “Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”

Masa penampian itu sedang terjadi, sahabat. Jangan mengira bahwa waktu itu masih lama. Saat inipun Tuhan sedang memegang alat tampian itu dan melakukannya. Berjaga-jagalah dan tetap setia, karena Dia hanya akan mencari mereka yang memiliki iman dalam Tuhan ketika Dia kembali lagi nanti.

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Senin, 20 Juni 2016

Doa Fajar

Hidup yang penuh dengan penyembahan tidak dapat dilepaskan dengan satu aktivitas yang disebut doa. Bagi para penyembah sejati, doa adalah sesuatu yang wajar, mengalir dalam hidupnya karena hal itu tidak mungkin dapat dilepaskan dari segenap keberadaannya. Kontak yang terus menerus dengan Tuhan, kekasih jiwa mereka dilakukan kapanpun. Termasuk pada pagi hari

Pagi hari adalah permulaan hari yang baru. Itulah saat dimana kita bangun dan bersiap hendak melakukan pekerjaan sepanjang hari. Di pagi hari itulah Daud berkata, “…..pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu.”(Maz 5:4

 Dimanakah kita di waktu pagi? Semakin terlelap? Atau bergegas bangun dan mencari wajahNya? Daud dalam mazmurnya memberikan kita 3 alasan penting mengapa setiap penyembah sejati seharusnya masuk dalam doa di pagi hari:

1. Doa Pagi Menyenangkan Hati Tuhan (Maz 5:8)
Saat kita masuk dalam hadiratNya di pagi hari, Tuhan sangatlah berkenan. Mengapa? Karena ini merupakan tanda bahwa kita merendahkan diri dalam pengakuan bahwa kita sangat membutuhkan Dia dalam hidup kita. Dia menjadi yang terutama; alasan terbesar mengapa kita berani menjalani hidup kita di hari itu.

Tuhan sangat menghargai ketergantungan kita kepadaNya. Di mataNya, mereka yang disebut kesayangannya adalah mereka yang mengerti dan menerima kasih setiaNya yang besar; yang mencari dan menyembahNya dengan takut akan Dia (ay.8).Orang-orang sombong, pembual, pembohong dan penumpah darah adalah kehinaan di mata Tuhan karena mereka mengangkat dirinya dan tidak menyerahkan diri kepadaNya! (Maz 5:7).

Justru karena kerinduanNya akan persekutuan yang akrab dengan kita inilah, Tuhan menyatakan kasih setiaNya lewat pengorbanan AnakNya yang tunggal di kayu salib. Lewat korban Kristus, hubungan yang telah lama renggang bahkan putus dengan Allah dirajut kembali. Oleh DarahNya kita beroleh jalan masuk ke dalam hadiratNya yang suci dan diperkenankan bertemu muka dalam kekudusan dengan Dia. Sungguh mahal harga persekutuan kita dengan Bapa! So, mengapa kita masih begitu banyak yang enggan masuk dalam persekutuan denganNya? (Apalagi di pagi hari….). Sebab itu adalah sangat baik jika di pagi hari kerinduan hati kita adalah Tuhan dan Tuhan saja. Bukankah adalah suatu kebahagiaan apabila di pagi hari – pertama-tama kita dapat memandang wajah orang yang kita kasihi?

2. Untuk mendapatkan Pimpinan dan Tuntunan Tuhan di Sepanjang Hari (Maz 5:9-11)
Tidak dapat dipungkiri bahwa dunia dimana kita diami ini adalah dunia yang jahat. Ada begitu banyak yang menyerahkan dirinya untuk berbuat jahat. Mereka bisa jadi sangat jahat! Belum lagi peran serta kuasa kegelapan yang diotaki oleh bapa penjahat dan pendusta, lucifer. Di dunia yang jahat inilah kita ditetapkan Tuhan sebagai garam dan terang dunia. Tetap kudus dan suci di tengah-tengah noda dan dosa. Menjadi domba diantara serigala-serigala.

Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Menjadi domba yang tetap hidup dan selamat di tengah-tengah serigala? (Sebab itu begitu banyak orang menyerah. Mereka lebih memilih menjadi serigala daripada tidak kebagian apa-apa sebagai domba!) Tetapi kita dapat tetap selamat. Karena Yesus Gembala kita; Ia akan menuntun kita di segala jalan.

Kelicikan dan segala hikmat dunia ini jelas masih belum sebanding dengan kekayaan hikmat Allah yang Mahatahu itu. Sebab itu jika kita mendapatkan pimpinan dan tuntunanNya, pasti kita akan selamat dan berkemenangan sepanjang hari. Karena Itulah Daud menghampiri Allah di pagi hari. Ia ingin berhasil dan menang hari itu, sebab itu ia pergi dan menjumpai Allah untuk mendapatkan pimpinanNya. Dengan berjalan dalam strategi Allah, kita tidak akan terkalahkan. Tidak ada satu musuhpun akan dapat bertahan jika kita: mendengar suaraNya, menerima rhema daripadaNya, dan mengalir bersamaNya….Daud mengalir bersama Allah dan menang, mengapa kita tidak?

3. Untuk Memohon Perlindungan dan Berkat Tuhan di Sepanjang Hari (Maz 5:12-13)
Celaka dan marabahaya dapat setiap waktu mengincar kita. Manusia telah mencoba berbagai macam cara untuk melindungi diri. Tetapi bagaimanapun keselamatan manusia tidak di tangan mereka. Berkat tidak datang begitu saja, meski telah ada usaha keras. Oleh karena itu, di pagi hari Daud yang sangat mengerti rahasia ini datang kepada sumber perlindungan dan berkat itu.

Karena tidak adanya perlindungan dan berkat Allah, banyak orang hidup dalam kegelisahan dan ketidakpuasan. Mereka merasa dipenuhi beban berat. Hari-hari kerja yang sibuk dan membosankan membuat orang-orang berkata, “I don’t like Monday!” Tetapi Daud justru sebaliknya. Di pagi hari, dalam hadiratNya, ia menerima KEPASTIAN bahwa mereka yang berlindung pada Tuhan tidak pernah kecewa. Sebab Tuhan akan menaungi! Sebab Tuhan akan memberkati! Sebab Tuhan akan memagari setiap orang-orang yang benar dengan anugerah kasihNya! Hidup mereka yang masuk dalam persekutuan dengan tuhan di pagi hari, tidak mungkin sama dengan mereka jauh darinya. Sepanjang hari akan penuh sorak-sorai! Sepanjang hari akan penuh sukacita! Sepanjang hari kita akan bersukaria! Karena perlindungan dan berkatNya, kita dapat berkata dengan mantap , “Yes, I like Monday because this is the day Lord has made! I will rejoice and be glad in it” (Maz 118:24).

Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

Senin, 13 Juni 2016

3 Roh ini siap menjatuhkan orang Percaya di Akhir Zaman!

Tahukah anda bahwa hidup di akhir zaman sungguh merupakan sebuah peperangan rohani yang besar? si jelek tahu bahwa waktunya sudah semakin dekat sehingga mereka tidak akan tinggal diam. Mereka akan berusaha semaksimal mungkin menjatuhkan setiap orang percaya.

Alkitab dengan jelas memberitahukan kita untuk kita selalu menggunakan semua perlengkapan senjata Allah (Efesus 6). Jika anda teliti membacanya akan menemukan beberapa hal yang penting untuk diketahui seperti berikut:

"Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu. Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus," Ef 6:10-18
Alkitab dengan jelas memberitahu bahwa kita harus kuat dalam Dia dan kuasaNya, bukan kekuatan kita! Sebelum masuk dalam peperangan rohani, kita perlu kuat dulu. Ayat di atas juga memberikan 2 kategori perlengkapan senjata Allah, yaitu senjata untuk bertahan dan senjata untuk mengadakan perlawanan. Senjata untuk bertahan kita gunakan karena Iblis selalu menyerang kita kapan pun ia tahu kita membuka celah. Pedang Roh atau Firman merupakan senjata untuk kita mengadakan perlawanan, seperti saat Yesus dicobai di padang gurun. Namun, yang tidak kalah penting ialah anda harus tahu siapa musuh anda. Ayat di atas memberikan keterangan yang sangat jelas mengenai musuh kita, yaitu tipu muslihat iblis. Musuh kita bukan si jelek lagi, karena ia telah dikalahkan oleh kematian Tuhan Yesus. Strateginya sekarang ialah menggunakan tipu daya.

Berikut adalah 3 roh yang bekerja di akhir zaman lewat tipu muslihatnya

Roh Izebel

roh-izebel
roh-izebel
"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga:  Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. Dan Aku telah memberikan dia waktu untuk bertobat, tetapi ia tidak mau bertobat dari zinahnya." Wahyu 2:18-21
Roh Izebel adalah roh dominan yang akan menukarkan peran suami dan istri (Izebel dominan terhadap Ahab). Salah satu cara yang paling ampuh dari si jelek untuk menghancurkan anak-anak Tuhan ialah dengan merusak rumah tangga mereka. Distorsi peran akan menimbulkan efek berkepenjangan, seperti hancurnya rumah tangga. Jika orang tua tidak utuh lagi, efeknya akan langsung dialami oleh generasi mereka. Kehilangan otoritas dari keluarga membuat anak tidak akan dalam lingkungan itu. Biasanya mereka yang tidak puas dengan keadaan rumah akan melampiaskan pada pergaulan. Itulah sebebnya suami harus kembali kepada perannya sebagai imam dan kepala rumah tangga, demikian juga istri.
Bukan hanya itu, Alkitab menuliskan bahwa roh Izebel merupakan roh penyembahan berhala, dan roh perzinahan. Si jelek menipu kita bahwa berhala itu ialah patung, dll. Namun segala sesuatu yang didahulukan daripada Tuhan adalah berhala. Saat ini dunia menawarkan banyak hal yang bisa membuat kita nyaman dan melupakan aktivitas dengan Tuhan. Banyak anak-anak Tuhan yang lebih gemar dengan gadget ataupun menghabiskan waktu di depan televisi hanya untuk yang kurang bermanfaat, seperti infotaiment, dll. Hati-hati terhadap roh Izebel.
Izebel dalam 1Raja-raja 19 bersumpah akan membunuh Elia. Roh inipun telah masuk ke dalam gereja, dengan melumpuhkan anak-anak Tuhan lewat intimidasi dan ketakutan. Berapa banyak anak-anak Tuhan akhir-akhir ini memilih untuk tidak melayani hanya karena teringat dengan masa lalu mereka. Si jelek berkata “kamu tidak layak” sembari mengingatkan masa lalu kita. Jika si jelek mengingatkan anda tentang masa lalu anda, ingatkan dia masa depannya, yaitu dalam neraka yang kekal!
Roh izebel juga merupakan roh yang egois dan suka memaksakan kehendak sendiri. Dalam gereja, masalah kecil saja bisa jadi perpecahan jika kita mempertahankan ego. Menariknya si jelek selalu berhasil menghasut agar kita meninggalkan pelayanan. Roh ini membuat kita susah menundukkan diri terhadap otoritas, suka membanggakan dan lebih suka pamer kerohanian. Berdoa dan melayani tetapi hanya untuk status rohani.

Roh Antikristus

"dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus  dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia." 1 Yoh 4:3
Kristen KTP
Kristen KTP
Roh antikistus pada dasarnya adalah roh agamawi. Secara identitas mungkin beragama Kristen, tetapi justru tidak mengenal Yesus secara pribadi. Singkat kata, lebih cocok disebut kristen KTP atau kristen yang belum lahir baru. Kegiatan rohani dan aktivitas gereja hanya merupakan rutinas belaka.
Banyak aliran gereja yang saai ini menganut “Father center”, sehingga ketuhanan Yesus dan keilahian Roh Kudus diabaikan. Adapula yang menganut “Jesus Center”, sehingga Bapa dan Roh Kudus dibaikan. Padahal kita percaya kepada Allah tritunggal.
Roh ini akan bekerja semaksimal mungkin agar kita meninggalkan iman kita. Hati-hati terhadap berkat akhir-akhir ini. Si jelek akan menawarkan sesuatu yang lebih besar, yang mungkin saja akan menyita waktu anda untuk beribadah dan berbakti kepada Tuhan. Perlahan tapi pasti, ia akan mebuat kita berjalan tanpa Tuhan, sampai di suatu titik nanti,  ia akan meninggalkan anda dalam keadaan hancur.

Roh Babel

Roh Babel
Roh Babel
Babel adalah suatu kerajaan yang dibangun oleh Nimrod salah satu dari keturunan Ham. Nimrod adalah manusia yang mula-mula paling berkuasa dimuka bumi ini. Anda tentu tahu bagaimana Alkitab mencatat peritiwa saat Tuhan menghancurkan menara babel. Roh ini adalah roh “aku”. Jika keakuan kita lebih besar maka Tuhan akan semakin kecil dalam hidup kita. Kita bukanlah apa-apa tanpa Tuhan.
"Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Yoh 3:30
Keakuan juga sama dengan kesombongan. Tahukah anda bahwa tidak ada orang mabuk yang benar-benar sadar dia sedang mabuk? Demikian juga dengan kesombongan. Dosa ini kadang tidak bisa dikenali kapan munculnya. Bisa saja memiliki sesuatu yang lebih sedikit daripada orang lain, kita sudah sombong dalam hati kecil. Roh inipun masuk dalam gereja. Sepertinya pelayanan sukses karena “aku”, semua jemaat diberkati karena “aku”. Hal ini baru benar-benar bisa disadari jika kita merendahan diri dalam hadiratNya. Berapa banyak anak-anak Tuhan yang karena sudah fasih lidah sudah jarang mempersiapkan diri saat pelayanan? “Ah, itu gampanglah”, pungkasnya. Betapa sombong dan angkuhnya anak-anak Tuhan yang sudah mahir dan berbakat bermain musik tetapi mengabaikan persiapan? Salah satu cara terbaik melayani Tuhan adalah dengan mempersiapkan diri melayaniNya, apapun bentuk pelayanannya. Jangan pernah memulai konser sebelum menyetel alat musik.
Roh arogansi ini juga berhasil merusak gereja Tuhan dengan mengatakan denominasiku yang paling benar! Berdebat tiada henti hanya untuk hal yang tidak perlu dipusingkan. Inilah yang menyebabkan doa Tuhan Yesus di Yohanes 17 belum digenapi sampai saat ini. Berhentilah mengagung-agungkan merk gereja, dan mulailah berfokus kepada Tuhan yang punya gereja.
Roh babel juga akan menghasut setiap orang percaya lebih banyak melakukan aktivitas rohani dibandingkan dengan memperhatikan kerohanian sendiri. Banyak anak-anak Tuhan yang lebih gemar menyetel musik rohani, tetapi malas untuk menyembah. Mereka lebih gemar mendengar khotbah-khotbah daripada melakukan saat teduh pribadi, ataupun lebih gemar membaca renungan tanpa Alkitab. Hal ini tentulah tidak salah, namun waspadalah akan strategi dari roh babel. Kita harus bisa menempatkan mana yang utama, mana yang sebagai pelengkap. Semua hal ini bisa menjerumuskan kita pada rutinitas.

“Sadarlah dan berjaga-jagalah”! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa  yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." 1 Pet 5:8


Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

Minggu, 12 Juni 2016

UNITY bukan dis-unity!!

"Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan." Kolose 3:14
"... Aku berdoa,...supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku ... supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu." Yohanes 17:20-22
Realitas dan Keprihatinan
"Gereja bisa terpecah???" Ini adalah pertanyaan dan sekaligus realita yang dihadapkan dalam hidup kegerejaan. Pertanyaan ini dilanjutkan dengan pengkalimatan, “Mengapa bisa terpecah, apakah ikatan didalamnya tidak kuat?” Kondisi ini tidak hanya terjadi di era kita sekarang ini, tetapi juga sebelumnya pernah terjadi, jika kita melihat ke belakang di dalam sejarah gereja. Penyebabnya tentu sangat bervariasi, namun inti terjadi keterpecahan di dalam gereja adalah karena tidak adanya ikatan yang kuat oleh kasih Kristus. Keadaan ini sangat berpotensi untuk hadirnya keterpecahan itu.
Dengan realita keterpecahan gereja yang seperti ini, kita acap kali dibuat menjadi bingung oleh karena kita terbangun dalam pemahaman bahwa gereja adalah komunitas orang-orang yang mengalami kasih karunia Tuhan sehingga kasih seharusnya menjadi warna yang jelas dalam relasi diantara warga gereja. Kepentingan diri bukan ditempatkan pada urutan pertama dan diagungkan, melainkan kepentingan bersama, supaya laju pelayanan berjalan dengan baik dan warga gereja bertumbuh kearah memuliakan Tuhan Yesus yang adalah Kepada Gereja.

Paulus dalam suratnya yang ditujukan kepada jemaat Efesus, surat itu dia titipkan kepada Tikhikus yang pada waktu itu sedang mengunjungi Paulus di penjara dan akan kembali kepada jemaatnya.

Kata ‘ikatan’ dalam Efesus 4:3
Paulus sebagai hamba Allah yang memiliki hati kasih dan respek yang dalam terhadap jemaat-jemaat Tuhan, ketika dipenjara ia menulis surat kepada jemaat di Efesus.Pada Efesus 4, kita temukan adanya penyatuan antara pengajaran/doktrin dan praktik, dimana, pengajaran yang sudah diterima dihadirkan dalam kehidupan praktis. Searah dengan pokok bahasan tentang kata ‘ikatan’, kita menemukan tindakan praktis yang harus dihadirkan guna menghadirkan kesatuan di tengah jemaat. 

Bagian ini secara khusus Paulus tuliskan di dalam Efesus 4:3 yang berbunyi: "Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera"

Kata "ikatan" - sundesmō (kata kerja dalam bahasa Yunani) berasal dari kata sundesmos, artinya yang mengikat bersama, ikatan yang memegang sesuatu bersama-sama. Paulus menekankan masalah kesatuan (unity). Namun pada bagian ini harus dipahami bahwa ini bukan berarti di tengah jemaat Efesus sedang terjadi perpecahan. Kesatuan ini internal dan organis, dan ini berdasarkan kekuatan Yesus Kristus yang berdiam diantara mereka. Kesatuan Roh, dimana maknanya adalah bahwa orang percaya harus melakukan segala upaya untuk melestarikan kesatuan yang diberikan oleh Roh melalui ikatan damai sejahtera.

Kata “kesatuan” dalam bahasa Yunani disebut henotōs. Kata ini hanya ada di Efesus 4 ayat 13. Berasal dari kata hen, “satu” berarti "kesatuan". Oikumenis sejati, bukan kesatuan denominasi, tetapi "kesatuan Roh."Dengan kata lain, Perjanjian Baru mengajarkan bahwa keinginan dari Yesus Kristus bukanlah kesatuan organisasi, tetapi kesatuan rohani.

Bagian ini merupakan aplikasi yang digambarkan Paulus setelah pada pasal-pasal sebelumnya ia menjelaskan secara rinci tentang kekayaan/kepenuhan yang kita miliki di dalam Kristus di dalam Kristus. Disini Paulus menegaskan bahwa jemaat harus memelihara kesatuan di dalam Roh. Ini dimungkinkan bila setiap anggota jemaat menunjukkan kasihnya dalam saling membantu dengan sikap rendah hati, lemah lembut dan sabar. Jemaat yang benar merupakan persekutuan kasih. Kesatuan itu dilayani oleh berbagai-bagai karunia, dimana karunia-karunia diberikan bukan untuk mengacaukan jemaat, tetapi membangunnya sebagaimana dikatakan di dalam ayat 16:“Dari padanyalah seluruh tubuh...rapih tersusun dan diikat menjadi satu menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” 

Melihat konsep yang lebih luas dari kata “kesatuan”, kita temukan di dalam ayat 4-6 (yang terdapat tujuh kali) penekanan-penekanan sebagai berikut: 
(a) ayat 4 - kesatuan roh dari gereja; 
(b) kesatuan dalam kesetiaan, doktrin/ajaran, dan persekutuan (fellowship); 
(c) sumber ultimat dari semua otoritas dalam gereja - Allah Bapa, yang adalah “diatas semua” (transendent), “melalui/oleh semua” dan “didalam semua” (immanent).
Dari hal yang sudah dibahas sebelumnya, kita menarik beberapa hal yang perlu dicermati yakni:

HIDUP JEMAAT: Berpadanan dengan Panggilan
Diawal suratnya, Paulus mengatakan:“Kepada orang-orang kudus di Efesus, orang-orang percaya dalam Kristus Yesus.”Perkataan Paulus ini memberi indikasi bahwa jemaat di Efesus bukanlah jemaat liar, melainkan orang-orang kudus yang dalam kasih karunia Allah dipanggil dalam kesatuan jemaat untuk bersekutu dan hadir sebagai jemaat yang bersaksi di tengah lingkungannya. Panggilan ini adalah anugerah dan mulia, dimana dasar panggilannya jelas di dalam Tuhan Yesus Kristus. Panggilan ini mengisyaratkan jemaat untuk hidup dalam kesatuan, sehingga jika kita bertemu dengan realita adanya keterpecahan di tengah jemaat, kita perlu melihat kembali pada panggilan yang telah diberikan. Akan hal ini, kita perlu melihat pada pemahaman dasar sebagai berikut:

Pertama, Kritus yang telah disalibkan, lewat pengorbanan-Nya, telah memperdamaikan kita sebagai orang berdosa menjadi sekutu-Nya. Kita dipersatukan dengan Dia yang adalah Tuhan, Juruselamat kita,sehingga kita bukan lagi sebagai seteru-Nya. Kita dibenarkan dan dimerdekakan dari kutuk dosa. Kita dipanggil untuk hadir sebagai pribadi yang menggambarkan siapa Allah yang sudah menyelamatkan kita.

Kedua, Karena secara de facto kita sudah dibebaskan dari ikatan dosa, kita harus menunjukkan dalam kehidupan praktis pribadi yang merdeka dan menang. Pola perilaku menghadirkan kesejahtera bagi sesama manusia. Hadir sebagai pribadi yang mempersatukan dan menghargai setiap orang sebagai milik kepunyaan Allah.

Panggilan sebagai orang-orang kudus tentunya juga secara otomatis memiliki responsibilitas untuk hidup dalam kekudusan di semua aspek hidupnya dan tidak mengikuti kecemaran dunia. Saya mempercayai bahwa ketika Allah menyelamatkan manusia, Ia menyelamatkan manusia secara utuh. Karena itu, segenap diri manusia harus dipersembahkan bagi kepentingan Allah - bukan hanya ketika berada di gereja, tetapi ketika ia sedang melakukan transaksi bisnis atau terlibat dalam kegiatan politik maupun sosial apa pun. Tidak boleh ada satu bagian pun dalam kehidupan yang tidak tercakup. Hidupnya secara keseluruhan harus dikendalikan oleh Allah...Tidak ada satu pun bidang kehidupan dimana moral yang baik bukan hal yang esensial!”

Jemaat hendaknya taat pada kebenaran firman-Nya dan tidak memberi diri untuk peduli kepada ajaran lain yang pada akhirnya mengaburkan hidup imannya, melakukan apa yang dikehendaki oleh Yesus dan tidak menjadikan prioritas diri bagian yang ‘seharusnya’ dilakukan, namun sebaliknya, melakukan apa yang menjadi prioritas Yesus -- Skala prioritas hidup didasarkan pada skala prioritas Yesus.
Selama diri kita sendiri masih menjadi pusat dari segala sesuatu, ciri kesatuan itu tak akan pernah nampak secara lengkap. Suatu masyarakat yang terdiri atas manusia yang masing-masing mementingkan dirinya sendiri, hanya merupakan suatu kumpulan manusia yang tak dapat dipersatukan, penuh dengan sikap yang individualistis dan saling bermusuhan. Tetapi bila kita menyangkal diri kita sendiri dan membiarkan Kristus hidup di dalam hati kita, maka damai dan kesatuan itu akan menjadi nyata, dan itulah ciri khas yang besar dari kita sebagai gereja-Nya

KESATUAN JEMAAT: Mutlak dan Konstan
Berbicara tentang kesatuan bukan berarti mengabaikan perbedaan. Perbedaan itu justru menjadi saat yang indah untuk menghadirkan pelayanan yang mempersatukan dan mempertumbuhkan hidup berjemaat. Keberagaman karunia di tengah jemaat bukan dilihat sebagai keterpisahan dan keterpecahan, tetapi justru saat yang baik untuk saling membangun sebagai anggota tubuh Kristus yang telah diikat dalam damai sejahtera: satu tubuh, satu Roh dan satu baptisan, sehingga dalam identitas yang jelas sebagai orang percaya yang dewasa dalam Kristus, jemaat belajar untuk menghargai keragaman dalam tubuh Kristus. Kesatuan di antara jemaat yang dewasa rohani berpusat di sekitar berbagai penyataan Kristus dan pemenuhan tujuan-Nya dengan menerapkan Alkitab pada kehidupan. 

Saya kutip dari perkataan Marthin Luther: “Orang Kristen adalah orang yang paling merdeka dari antara semua orang, dan tidak tunduk kepada siapapun; orang Kristen adalah seorang hamba yang paling patuh dari semua orang, dan iapun tunduk kepada setiap orang”.

Kesatuan mutlak harus didemonstrasikan secara aktif diantara jemaat, dan ini tidak boleh dikacaukan atau dihancurkan oleh apapun.Setiap jemaat memiliki tanggung-jawab untuk memeliharanya. Kita wajib memperlihatkan kesatuan itu nyata-nyata dalam wujud nyata supaya dunia menyaksikannya sebagai realitas yang penuh kebenaran dan kemuliaan. Dalam hal ini, kita dengan tegas melihat bahwa kesatuan yang ada bukan karena usaha manusia, tetapi karena Allah yang sudah berinisiatif mempersatukan jemaat-Nya. Untuk ini, ikatan dalam kasih Tuhan Yesus harus menjadi fondasi yang kuat dan semua jemaat dibawa dalam kesadaran seperti ini.

Yesus Kristus adalah Kepala Gereja yang mempersatukan jemaat sebagai anggota tubuh untuk tetap hidup dalam kesatuan. Apa yang sudah dikerjakan oleh Tuhan Yesus tidak boleh dan tidak dapat dihancurkan oleh segala ambisi dan keinginan manusia. Namun hal ini bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Kita menemukan banyaknya ‘serangan-serangan’ yang dihadirkan guna menghancurkan ikatan kesatuan jemaat baik yang datangnya bukan saja dari dalam gereja sendiri, tetapi juga dari luar gereja.

Berkali-kali kita temukan di beberapa tulisan Paulus para penyesat, baik yang di dalam maupun di luar gereja, berusaha keras menghancurkan kesatuan ini. Pengajaran-pengajaran yang disampaikan sering kali juga dapat mempengaruhi segelintir jemaat yang tidak kokoh imannya, sehingga mereka menjadi orang yang sangat potensial untuk menghancurkan kesatuan di dalam jemaat.

SIKAP JEMAAT: Proaktif dan Dinamis
Paulus dalam hal ini menekankan pentingnya usaha yang sungguh untuk memelihara kesatuan di dalam jemaat. Dia memberi nasihat agar di dalam hidup mereka selalu hadir kebajikan-kebajikan, dimana kebajikan ini hanya dapat dihasilkan jika Roh Allah tinggal di dalam diri kita, dan ini memberi kontribusi dalam menciptakan kesatuan dan tetap menghadirkan keadaan yang sesuai dengan panggilan. Namun hal ini sama sekali asing bagi daging dan sayangnya jarang terdapat dalam kehidupan banyak orang Kristen. Kebajikan-kebajikan yang ada adalah:
  • Rendah hati - tapeinophrosunē (bah. Yunani), dari kata sifat tapeinos (sederhana, miskin, rendah hati) dan phren (pemikiran, pemahaman). Istilah ini sangat penting bagi kekristenan. Kerendahan hati merupakan syarat mutlak terciptanya kesatuan. Dalam bahasa Yunani tidak ada istilah untuk ‘kerendahan hati’ yang tidak dihubungkan dengan dengan pengertian kehinaan. Sifat kerendahan hati pada awalnya dipandang sangat rendah nilainya, namun kekristenan menempatkannya pada tempat yang utama dalam deretan sifat-sifat manusia. 
  • Lemah lembut - prautētos (bah. Yunani). Orang Kristen harus memastikan bahwa rahmat-Nya memampukan kita untuk memiliki sikap lemah lembut yang ditanamkan Roh Kudus, memanifestasikan didalam dirinya dalam keanggunan lahiriah "kelembutan". Lemah lembut tidak sama dengan lemah. Ini adalah sifat ‘orang kuat’, yang mampu menguasai atau mengendalikan kekuatan yang bergejolak dalam dirinya yang mendorongnya melayani orang lain. Rendah hati dan lemah lembut adalah dua sifat yang berpasangan. “Orang yang lemah lembut tidak memusingkan hak-haknya, dan orang yang rendah hati tidak memusingkan jasa-jasanya.”
  • Sabar - makrothumias (bah. Yunani), artinya memelihara temperamen yang tenang ketika menghadapi permusuhan dan perlawanan. Kata ini secara khusus dipakai untuk menyebut kesabaran terhadap sesama manusia. Makrothumia ialah semangat ketahanan yang mampu menerima penghinaan maupun luka hati tanpa rasa pedih atau keluh. Semangat itu adalah semangat yang mampu menghadapi siapa saja dengan penuh kesabaran, kemantapan diri, dan tanpa sakit hati, walaupun orang itu tidak menyenangkan atau meremehkan kita. Tidak marah menghadapi orang yang menjengkelkan, sementara saling membantu dan saling bertoleransi, karena tanpa toleransi mustahil orang dapat hidup berdampingan dalam keadaan rukun dan damai.

Kebajikan-kebajikan ini mengajarkan bahwa dalam hidup kita sebagai murid-murid Kristus yang sejati dipastikan tidak ada pola yang hanya bertumpu pada kebanggaan dan pengagungan diri sendiri. Semua didasarkan dan diikat dalam kasih. Ini merupakan kekuatan untuk menghadang hadirnya bahaya yang dapat merusak kesatuan dalam jemaat. Untuk itu kita harus meneladani teladan sejati yang kita temukan di dalam diri Tuhan Yesus sebagaimana tergambar dalam Injil Matius 11:29, “...karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”

HAL-HAL YANG HARUS DIWASPADAI: Respon dan Aplikasi
Dunia: Daya Tarik dan Keindahan
Dunia dan semua keindahan yang ada di dalamnya memberi daya tarik/daya dorong yang kuat untuk dinikmati dan dialami. Keindahan yang ditawarkannya mengikat manusia dengan sangat kuat untuk lebih dalam hanyut dan terbuai sehingga kehidupannya bukan lagi didasarkan pada kebenaran yang menghidupkan spiritualitasnya, melainkan semakin jauh dan menghindari segala hal yang dianggap rasio tidak bisa memberikan kesenangan baginya. Daya tarik dunia membawa manusia masuk ke dalam arus konsumtif/materialisme (lebih dalam dari sekedar memiliki suatu barang - ini adalah ekspresi keduniawian dengan kekuatan persuasif yang luar biasa), hedonisme (pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup).

Oleh karena keterikatan dengan apa yang ada di dunia, dan manusia memberi diri diikat olehnya, manusia tidak lagi menyenangi apa yang disenangi Allah, namun yang terjadi sebaliknya, menyenangi apa yang tidak disenangi Allah. Kalau sedang membawa diri untuk menyenangi apa yang disenangi Allah, pertimbangan rasio menjadi daya dorong/tolak ukur yang kuat untuk melangkah atau tidak. Segala hal yang tidak memuaskan keinginan hanya dianggap sebagai penghalang dalam mencapai tujuan hidup. Namun keindahan dan segala hal yang ditawarkan dunia yang sepertinya memberi peluang bagi manusia untuk mencapai tujuan hidupnya, menjadi hal yang sangat dikejar dan diminati. Untuk konteks jemaat, jika hal ini masih terlihat, tentulah menjadi keprihatinan karena ini berarti sedang terjadi degradasi iman yang akan berakhir pada kematian secara rohani. Hal ini pun memberi indikasi sedang terjadinya penurunan kesadaran akan kehadiran Allah, sehingga jika berhadapan dengan kesulitan, yang terealisasi adalah sikap yang sangat mempersalahkan Allah.

Kita harus waspada dengan apa saja yang ditawarkan dunia, supaya hal itu tidak mengikat dan menjerumuskan dirinya dalam jurang yang lebih dalam sehingga warna hidupnya semakin sekuler/duniawi. Kita tidak bisa menutup mata terhadap kondisi dimana jemaat datang ke gereja tetapi hidupnya sangat terikat pada keindahan dunia dan segala hal yang ditawarkan kepadanya. Kehadirannya di gereja hanya sebagai penggambaran bahwa dia adalah seorang Kristen yang harus beribadah, namun mengenai apa yang harus dilakukannya, yang menjadi penentu adalah kehendak dirinya sendiri. Tidak ada orang yang dapat mengatur atau mengekangnya, mungkin juga termasuk Allah yang telah memberikan kehidupan kepadanya.

Selanjutnya, keindahan dunia mengalihkan nilai-nilai kebenaran yang ada dan membawa kepada nilai-nilai kefanaan. Kesenangan yang ditawarkan dan dialami pada dasarnya hanya membuat manusia mengalami kesenangan yang sementara. Keindahan dan kesenangan hidup yang sebenarnya hanya ditemukan di dalam kasih Kristus, sudah dinyatakan dalam hidup jemaat, dan membawanya mengalami kebahagiaan yang sejati.

Pengajar Palsu : Persuasif dan Daya Pikat
Dalam konteks era saat ini, kita diperhadapkan dengan begitu banyaknya pengajar palsu yang mencoba menarik kebenaran yang sudah dimiliki jemaat. Apa yang mereka hadirkan memberi kontribusi untuk menghancurkan kesatuan di dalam kehidupan jemaat.Untuk itu, kita hendaknya mencermati beberapa hal, yakni:
  1. Metode yang persuasif digunakan dalam mempengaruhi dan mengaburkan iman para jemaat Tuhan di jaman ini. Cara yang digunakan, cara konvensional maupun dengan segala kecanggihan karena era ini dikenal Hi-Tech. Metode kelihatan sangat ‘rohani’, dimana mereka memakai isi Alkitab supaya dianggap orang-orang yang juga menyampaikan isi Alkitab. Hal ini kita katakan sebagai kamuflase kebenaran. Mereka hanya memakai isi Alkitab dengan versinya sebagai selubung untuk memunculkan kehendak mereka, bukan kehendak Allah.
  2. Ajaran yang disampaikan bukan God-Centris (Allah sebagai pusat), tetapi Man-Centris (manusia sebagai pusat). Para pengajar palsu menyampaikan ajarannya dengan cara yang sepertinya dapat diterima oleh logika manusia dan cara-cara yang sangat humanis. Dengan kata lain, cara antropologis humanis, dimana semua berdasarkan pada ukuran manusia dan manusia dapat menerima dengan logikanya. Ini sangat bertentangan dengan cara yang seharusnya dimiliki, yakni Theologis -- berdasarkan pada apa yang menjadi kehendak Allah. Apabila jemaat tidak memiliki pengajaran yang kuat, merekapun punya tendensi dipengaruhi dan dibawa ke arus yang semakin jauh dari kebenaran yang sejati. Tidak terdapat kebenaran yang mengagungkan Tuhan Yesus sebagai Pencipta dan Juru Slamat manusia, melainkan lebih kepada pengagungan oknum si penyampai isi Alkitab. Sadar atau tidak, jemaat dibawa untuk lebih mengutamakan si penyampai berita, dan bukannya Pribadi yang disampaikan (Subyek). Kenyataan ini membawa jemaat hanya memunculkan ketaatan kepada manusia dan bukan kepada Tuhan Yesus, Sang Pencipta dan Pemilik segalanya.

Akan hal ini, jemaat harus mempunyai kepekaan terhadap berita apapun yang disampaikan oleh para pemberita. Untuk memiliki kepekaan tentunya jemaat harus senantiasa hidup dalam keintiman yang benar dengan Tuhan Yesus Kristus dan tetap memiliki kerinduan untuk hidup dalam Firman-Nya dan merenungkan itu siang dan malam, 24 jam selalu terkoneksi dengan Tuhan Yesus Kratus. Seperti Pemazmur katakan: “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,...tetapi yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam”(Mzm 1:1-2).
Hal-hal yang harus diwaspadai ini ditindak lanjuti dengan sikap proaktif untuk tidak pernah berkompromi dan bersahabat dengan apa yang ditawarkan dunia, tetapi hidupnya sungguh menyenangi apa yang menjadi kesukaan Allah, dan secara otomatis kehadirannya diharapkan akan menghadirkan kesatuan yang mempersatukan.

Jemaat Kristus yang sejati mempunyai panggilan dari Allah sendiri, dan ini merupakan anugerah yang didasarkan dalam ikatan damai sejahtera. Hidup yang telah mengalami perdamaian dengan Allah diimplementasikan dalam mewujudkan kesatuan di dalam jemaat. Kesatuan yang diperjuangkan di tengah jemaat dimunculkan sebagai tindakan yang berkesinambungan. Jemaat harus mendemonstrasikan kesatuan walau ditengah jemaat terdapat keberagaman, seperti berbagai ragam karunia, etnis dan keberagaman lainnya. Keberagaman dilihat dalam pengertian ‘kekayaan’ untuk membangun kesatuan anggota tubuh Kristus. Kesatuan yang ada bukan karena jemaat yang mengusahakan tetapi inisiatif dari Allah sendiri.
Ikatan kasih Kristus menjadi fondasi yang kuat sehingga kesatuan jemaat tidak bisa terpecahkan oleh apapun, pihak manapun dan kondisi apapun. Ikatan kasih yang kuat sungguh mengikat sesama jemaat untuk bersama membangun tubuh Kristus kearah pertumbuhan yang memuliakan Tuhan Yesus. Kemuliaan tertinggi hanya patut diterima oleh Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja yang telah mempersatukan umat-Nya.

Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati

Senin, 06 Juni 2016

Personal REVIVAL

'Kenapa sih kok loe keliatannya lesu banget akhir-akhir ini?’ .
‘Ya, maklum aja. Loe tau ’kan gue banyak kerjaan, terus ortu gue juga lagi ribut. Jadi wajar aja dong...’.

‘Kenapa sih kok kalian gak berapi-api lagi kayak dulu?’
‘Ya, wajar aja dong. ‘Kan udah lama banget sejak kita lahir baru. Jadi wajar aja dong kalo kita gak semangat lagi kayak dulu.’

WAJAR? Apakah benar suatu hal yang wajar kalo orang Kristen udah beberapa waktu jadi melempem, gak semangat lagi buat ikut Tuhan? Apa wajar kalo orang Kristen udah lewatin beberapa waktu tertentu tiba-tiba menghilang dari ‘peredaran’ di ibadah? Apa wajar kalo orang Kristen hidupnya naik turun? Kadang semangat buat melayani Tuhan, kadang nggak? Hmmm… Apa itu wajar?
Jawabannya TIDAK. Di Alkitab gak pernah ada ayat yang bilang kalo orang Kristen udah beberapa waktu bakal kehilangan semangat, api ato gairah buat melayani Tuhan. Sebaliknya Alkitab penuh sama ayat-ayat yang bilang kalo orang Kristen itu harusnya terus menerus ‘panas’, berapi-api buat Tuhan, tetap semangat melayani Dia.

So, kalo kita hari ini anggap itu kewajaran buat mundur sebentar dari Tuhan, jangan lagi. Ingat loh Tuhan udah tetapin kita buat terus naik en bukannya turun (Ul 28:13), jadi jangan pernah anggap wajar yang namanya kemunduran rohani.

AWAS VIRUS L3N1!
Kalo dulu kita sempat heboh sama virus H5N1 yang bisa bikin orang sama unggas kena flu burung, di alam roh si iblis juga lagi sibuk nyebarin virus L3N1 di kalangan anak Tuhan yang sungguh-sungguh. Apaan tuh L3N1? Lemah-Letih-Lesu-Negatif! Virus ini emang cuma nyerang anak Tuhan yang lagi berapi-api buat Tuhan. Yang bahayanya kebanyakan anak Tuhan gak sadar kalo mereka udah kena virus 3LN1 ini. Kalo kita liat ada orang dengan ciri-ciri kayak dibawah ini artinya mereka udah kena virus L3N1:
· Tiba-tiba jadi males buat terlibat sama hal-hal rohani
· Tiba-tiba jadi gak semangat lagi buat hal-hal rohani
· Tiba-tiba jadi bosan sama hal-hal rohani
· Kehilangan semangat buat lakuin kegiatan rohani
· Masih lakuin hal-hal rohani tapi asal aja (jadi kebiasaan)
· Pikiran dan pandangannya jadi negatif dan pesimis, gampang nyerah.
· Ngerasa jauuuh banget sama Tuhan
Nah perhatiin deh orang-orang yang sekarang lagi berapi-api buat Tuhan, apa mereka masih berapi-api setelah 1 bulan? 1 taun? Kalo mereka keliatannya masih berapi-api tapi gak kerasa apinya ato yang lebih parah kalo mereka udah gak berapi-api lagi, itu artinya mereka udah kena serangan virus L3N1.

° KENAPA BISA KETULARAN?
Kenapa virus L3N1 cuma nyerang orang yang berapi-api sama Tuhan? Soalnya orang-orang kayak gini ini yang punya potensi bikin kekacauan di dunia si jelek, makanya mereka itu mesti ‘dibungkam’ dulu biar gak jadi ancaman.
“Tetapi roh jahat itu menjawab: "Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?" (Kis 19:15)

Kalo suatu hari di dalam pertemuan para si jelek disebutkan nama kita, kira-kira apa respon para si jelek itu? Apakah kita merupakan ancaman bagi mereka? Atau “Ah, orang ini sih biarin aja, gak bakalan ngaruh sama kita kok” jawab si jelek. Apakah kita bisa kayak Ayub, yang saking salehnya sampe-sampe si jelek merasa terancam en ingin mencobainya. Tapi jangan kuatir, “…sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.” (1Yoh 4:4b). Cukup sadari dan hidupi firman tersebut.

Nah, yang jadi pertanyaan kenapa kita kok bisa kena virus L3N1? Ada banyak penyebabnya:
1. Buka celah
Kenapa bisa kita bisa kena serangan si jelek? Salah satu alasannya karena kita tanpa sadar suka buka celah buat si jelek masuk dalam hidup kita. Contoh paling gampang itu cerita waktu Hawa digoda sama si jelek. Kenapa anak muda kayaknya gampang banget ‘naik-turun’? Soalnya suka buka celah sih. Apa celahnya? Dia dengerin kata-kata si jelek. Kata-kata iblis belum tentu ‘tentang yang jahat-jahat ato kesannya negatif’ aja loh. Kadang, kata-kata si jelek itu ‘manis en positif bangeeet.’ So uji segala semua (1Tes 5:21), jangan buka celah. Sebisa mungkin jangan bikin kesalahan yang bisa bikin si jelek masuk. “dan janganlah beri kesempatan kepada si jelek.” (Ef 4:27)

2. Gak hidup sesuai Firman
Tuhan kasih jaminan sama kita kalo kita hidup sesuai firmanNya yang udah Dia tulisin di Alkitab, kita bakal beruntung, sukses, pokoknya hidup kita bakal baik. Gak percaya? Baca aja Ul 28:13 atau Yos 1:7-8. Nah kalo hidup kita gak sesuai dengan firman Tuhan, gak heran kalo kita bakal jadi sasaran empuk si jelek. “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.” (Maz 119:9)

3. Gak jaga kesehatan
Ini yang sering orang Kristen lupa. Mereka jaga kesehatan rohnya, tapi gak jaga kesehatan tubuhnya. Jangan lupa, tubuh kita itu kayak wadah buat roh kita. Kalo ada sesuatu yang terjadi sama tubuh kita itu bakal berpengaruh sama keadaan roh kita. Contoh paling gampang, kalo kita sakit, mau melakukan kegiatan rohani jadi gak bisa, mau doa ingetnya idung meler, mau nyembah pinggang sakit, dan roh kita bakal rentan kena serangan si jelek, soalnya tubuh kita -yang adalah benteng pertahanan pertama buat roh kita- lagi lemah, makanya si jelek bisa masuk en nyerang. So jaga tubuh, jangan sakit. Jaga kesehatan. Jaga roh. “Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (1Kor 6:19)

4. Burn out
Biasanya nih, biasanya ya.. orang yang lagi berapi-api buat Tuhan suka jadi kayak Marta, jadi seksi sibuk. Lakuin ini, lakuin itu. Padahal bukan itu yang Tuhan pengen. Ujung-ujungnya orang yang kayak gini bakal burn out ato kecapean, abis energi. Kalo udah gitu, dengan gampang si jelek bisa nyerang kita. Makanya waktu kita lagi berapi-api sama Tuhan, pastiin kita lakuin kehendak Tuhan, biar gak burn out.
Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk 10:40-42)

° PERTOLONGAN PERTAMA PADA VIRUS L3N1
Seandainya kita atau ada teman kita yang kena serangan virus L3N1, apa yang mesti kita lakuin? Nah, kalo itu kasusnya kita mesti cepetan minum ‘pil dopu /doa puasa’. Untuk membangun manusia Roh, ‘saat kita mulai kehilangan aktivitas rohani dalam diri kita, itu saatnya kita harus mulai berpuasa!’. Nah dosis ‘pil dopu’ yang mesti kita ‘minum’ beda-beda tergantung sama berapa parahnya kita kena virus L3N1. Bisa jadi kita mesti minum ‘pil dopu’ buat sehari, dua hari, ato tiga hari ato lebih, pokoknya sampe kita merasa sampe ada perubahan dalam roh kita. Sampe kita merasa ada api Tuhan lagi dalam diri kita baru kita berenti.

° PENCEGAHAN
Ada pepatah yang bilang, ‘lebih baik mencegah dari pada mengobati’. Nah sebelum kita kena serangan virus L3N1, ‘kan lebih baik kita mencegah serangan virus L3N1 sama diri kita. Nah cara mencegah serangan virus L3N1 sebenarnya gampang-gampang susah. Buat mencegah serangan virus L3N1 kita mesti punya antibodi dalam roh kita yang namanya PERSONAL REVIVAL.
Personal revival itu mesti kita dapatin sendiri dari Tuhan. Gak bisa kita minta orang lain buat dapetin personal revival buat kita. Soalnya, sesuai namanya, personal revival itu sifatnya ya personal ato pribadi, jadi gak bisa diwakilkan sama orang lain.

Dari mana kita tau seseorang itu punya personal revival ato nggak? Kita bisa liat dari ciri-cirinya. Nah sekarang saya kasih liat kayak gimana sih ciri-ciri personal revival yang asli...
1. Personal revival ≠ semangat
Salah satu ciri orang yang mengalami revival itu orangnya jadi bersemangat. Tapi bukan artinya semua orang yang semangat lagi mengalami revival. Bisa jadi emang bawaan orangnya bersemangat ato ada satu dua hal yang bikin dia semangat. Semangat yang asalnya dari diri sendiri bisa ilang, tapi kalo semangat karena emang lagi mengalami revival susah ilangnya.
2. Personal revival ≠ mengalami kasih mula-mula
Waktu baru bertobat biasanya kita jadi senang banget sama semua yang sifatnya rohani. Kita jadi rajin doa, baca Alkitab, ke gereja, dsb. Ato kalo bahasa kerennya kita itu lagi mengalami ‘kasih mula-mula’ sama Tuhan. Nah, revival itu gak sama dengan kasih mula-mula yang kita alami waktu pertama kali bertobat. Emang ada beberapa ciri yang mirip tapi tetap aja bukan.
3. Personal revival ≠ karunia roh
Gimana rasanya doain orang sakit, terus orangnya sembuh? Ato gimana rasanya ada orang kesurupan kita usir setannya pergi? Wah rasanya kaya jadi Tuhan aja. Tapi biar biar katanya semua karunia roh bekerja dalam hidup kita, belum tentu kita lagi mengalami revival. Soalnya revival sama karunia roh itu beda.
4. Personal revival ≠ punya pengalaman rohani sama Tuhan
Gimana rasanya ya kalo kita tiba-tiba dibawa Tuhan ke surga? Ato kita dikasih liat sama Tuhan kejadian yang akan datang kaya Yohanes? Ato tiba-tiba Tuhan Yesus muncul di depan kita terus bilang, ‘Halo anakKu, apa kabar’? Pasti senang, bangga, pokoknya luar biasa banget deh perasaan kita. Tapi biar kita katanya diajak Tuhan bolak-balik surga bumi, ato dapat penglihatan yang gimana gitu... tetap aja itu bukan revival.

PERSONAL REVIVAL ITU...
· Mati en hidup lagi
Yang namanya revival itu asal katanya dari revive (hidup kembali) artinya dulu kita pernah mati trus sekarang hidup lagi. Itu baru namanya revival. Nah secara rohani, kita bisa bilang kita mengalami revival kalo secara rohani kita merasa mati, kering, garing, gak bergairah en secara tiba-tiba Tuhan menjamah hidup kita en buat kita merasa ‘hidup’ lagi. Itu baru revival.
· Perubahan yang radikal
Yang namanya revival itu selalu ada perubahan. Gak ada revival yang gak merubah sesuatu. Revival selalu bawa perubahan. Jadi kita bisa bilang kalo kita mengalami revival kalo kita mengalami perubahan, en perubahannya juga radikal, contohnya dari yang dulunya biasa merokok, tiba-tiba dalam satu hari langsung berenti merokok.
· Pertobatan yang sungguhan
Di mana-mana, mulai dari zaman Alkitab sampe zaman sekarang, revival itu selalu ditandai sama pertobatan yang sungguh-sungguh dari orang yang mengalaminya. Gak bisa ada orang ngaku mengalami revival tapi dianya gak bertobat sungguh-sungguh. Yang namanya revival itu selalu menghasilkan pertobatan yang daleeem banget, sampe orangnya berubah 180 derajat.
· Dapetin apinya Tuhan
Revival itu bisa diumpain kayak api. Kita dibakar sama apiNya Tuhan. Itu revival. Kita bukan cuma dibakar, tapi kita jadi api itu sendiri en kita bisa bakar orang lain juga. Nah itu baru namanya revival.

GET THE FIRE...
Ok, sebelum kita bahas gimana caranya ngalamin personal revival, kita mesti tau dulu dua hal penting: satu, itu gak cuma terjadi di KKR ato di persekutuan. Ya, kita bisa rasain api Tuhan di KKR, kita bisa dijamah Tuhan waktu di KKR, tapi itu gak bakal tahan lama, en sifatnya cuma sementara. Personal revival itu baru bakal terjadi kalo kita mempersembahkan tubuh kita sama Tuhan di waktu-waktu yang emang kita khususin buat Tuhan. Dua, personal revival itu gak terjadi dalam waktu singkat. Kadang butuh waktu. Soalnya api Tuhan itu baru bakal terjadi hanya kalo kitanya udah siap.
Nah, sekarang ayo kita dapetin apinya Tuhan... gimana caranya? Nih dia...

Pertama, bangun mezbah. Revival itu sering diumpamain kaya api Tuhan yang datang dari langit menyambar korban yang ditaro di atas mezbah. Yang jadi masalah kita itu seringnya cuman mau apinya doang, tapi gak mau membangun mezbahnya. Kalo mau apinya Tuhan, ya kita mesti sediain tempat buat dibakar sama api itu, yaitu mezbah. Di Alkitab kalo kita baca, Tuhan gak pernah kirim apiNya kalo gak ada mezbah. Contoh aja kayak di I Raja-raja 18:32.
Apa maksudnya bangun mezbah? Bukan artinya kita mesti bangun mezbah kaya zamannya Musa. Mezbah itu bicara soal tempat. Artinya kita mesti punya tempat buat api Tuhan. Gimana cara praktisnya? Sediain waktu buat bersekutu sama Tuhan tiap harinya. Karena pas waktu kita bersekutu dengan Tuhan itulah Dia bakal kirim apiNya buat kita.

Kedua, taruh korban di mezbah. Mezbah udah ada, tapi kalo gak ada korbannya, mau bakar apa? Masa mau bakar mezbahnya? Jadi kalo udah ada mezbah, sekarang kita taruh korbannya di atas mezbah. Apa korbannya? Diri kita sendiri.
Apa maksudnya? Bukan cuma sekedar sediain waktu buat bersekutu sama Tuhan tiap hari, kita juga mesti bener-bener total abisin waktu itu buat bersekutu sama Tuhan aja, gak ngerjain yang laen, gak mikirin yang laen, pokoknya waktu itu only for God. Inget aja Elia, abis dia beres bangun mezbah, dia taruh korbannya, baru api Tuhan datang (I Raja-raja 18:33)

Ketiga, persembahannya mesti selalu ada. Nah ini dia tahap yang paling susah. Supaya apinya terus nyala, korbannya mesti terus ada di atas mezbah. Malah kalo zamannya Musa, korban itu dibiarin terus dari pagi sampe sore. Nah hal yang sama, kalo kita mo revival, kita mesti terus-terusan mempersembahkan diri kita sama Tuhan, tiap saat, tiap waktu, tanpa berenti.
Nah, masalahnya di zaman Perjanjian Baru ini, korban yang ada di atas mezbah ini bukan korban yang mati kaya zamannya Musa, tapi korban yang hidup (Roma 12:1), makanya korban itu bisa milih buat turun dari mezbah en kabur. Tapi dia juga bisa milih buat stay di mezbah.

Now, mungkin banyak dari kita yang bingung gimana caranya mempersembahkan diri sama Tuhan tiap hari. Sebenarnya cara mempersembahkan diri yang paling gampang itu adalah dengan taat sama apa yang Tuhan omongin. Soalnya buat kita bisa taat itu gak gampang loh en butuh pengorbanan yang gak sedikit. Makanya waktu kita taat sama Tuhan, kita lagi mempersembahkan diri kita sama Tuhan.

BELAJAR DARI TUKANG SATE
Ok, tadi kita udah belajar gimana caranya dapet api dari Tuhan. Sekarang kita belajar gimana caranya tetap on fire en gak melempem. Nah kalo mo tau caranya paling enak itu kita belajar dari tukang sate. Sambil belajar, perut kenyang makan sate, hehehe. Tapi ini beneran lagi, kita bisa belajar gimana caranya tetap on fire buat Tuhan sama tukang sate (walopun tukang satenya gak sadar). Emang apa aja sih yang bisa kita pelajari dari tukang sate?
1. Dia pake arang buat bakar sate
Pernah gak kepikir kenapa tukang sate pake arang buat bakar sate? Kenapa gak pake kompor gas ato pake microwave aja, biar praktis? Jawabannya biar murah en biar panasnya juga rata jadi satenya juga matangnya pas en juga biar ada aroma khasnya.
Anyway, bukan itu intinya. Yang jadi intinya itu si arangnya sendiri. Kalo mau tetap on fire buat Tuhan, kita mesti jadi arang. Arang itu biar item, tapi istimewa. Salah satu keistimewaannya arang itu bisa nyimpen api. Gimana caranya? Pertama arangnya dibakar terus dibiarin sampe apinya mati. Nah sekarang apinya dimana? Mati? Nggak! Apinya sekarang pindah di dalam arang.

Nah supaya tetap on fire buat Tuhan, kita juga mesti kaya arang tadi, dibakar, dibakar, dibakar terus, terus, terus sama apinya Tuhan sampe kita jadi api juga. Jangan bayangin kejadiannya bakal kaya Sadrakh, Mesakh en Abednego yang kaya pake AC di tengah dapur api. Api Tuhan itu panasnya bukan maen en menghanguskan apa aja.
Ngomong gampangnya, begitu kita pertama kali dapat api Tuhan, kita bakal merasa semangat, berapi-api, wah pokoknya lautan kusebrangi, gunung kudaki demi Tuhanku. Nah biasanya kalo udah kaya gini bakal datang ‘divisi pemadam kebakaran’-nya kerajaan iblis. Mereka bakal coba segala cara buat padamin api kita. Kalo udah gitu apa api kita bakal padam? Ato apa kita bakal bertahan dibakar terus, kaya arang, sampe kita ‘hangus’? Kalo kita bertahan terus sampe akhir, maka kita bakal jadi arang yang bisa nyimpen api, gak ada yang bisa padamin kita kalo udah gitu, karena kita adalah api itu sendiri. Tapi kalo kita berenti di tengah jalan...ya tanggung sendiri akibatnya. So ayo kita sama-sama jadi arang buat Tuhan, ok.

2. Dikipasin
Suka perhatiin peralatan apa yang gak boleh ketinggalan sama tukang sate selain tempat bakar sate? Kipas! Di mana-mana tukang sate pasti bawa kipas, kalo tukang satenya modern, bawanya kipas angin. Buat apa sih kipas? Ya buat ngipas lah masa buat makan? Nggak, nggak, fungsi utama kipas sebenarnya itu buat nyalain api yang ada di dalam arang biar tambah gede.
Nah gimana supaya kita keep on fire sama Tuhan? Ya api yang didalam kita itu perlu dikipasin lagi biar tambah gede. Gimana cara ngipasinnya? Pake kipas angin? Ya nggak lah. Caranya kita jaga terus hubungan sama Tuhan biar ‘angin surga’ itu bertiup terus dalam hidup kita en bikin api yang ada dalam kita gak mati-mati. Nah jadi gimana dengan saat teduhnya kita? Masih jalan terus ato antara hidup dan mati?

3. Dia pake banyak arang
Pernah gak liat tukang sate bakar satenya cuman pake satu arang doang? Gak akan mateng-mateng tuh satenya. Tukang sate selalu pake banyak arang. Kenapa? Biar lebih cepat matangnya. Selain itu juga kalo arang yang satu udah kurang api, ‘kan bisa dibantu sama ‘rekan’ arangnya yang lain.
Mau tetap on fire? Jangan sendirian. Jangan jauh-jauh dari komunitas kita, mau persekutuan, gereja, sekolah, ato apa aja. Soalnya begitu kita ngerasa api kita mulai padam, kita bisa minta bantuan api dari teman satu komunitas kita. Tapi pastiin juga komunitas kita itu komunitas api, bukan komunitas air. Kalo nggak, padam dong api kita.

4. Dikasih minyak
Apa yang dilakuin tukang sate kalo arangnya udah agak-agak padam? Ada dua pilihan. Pertama dia bakal kipas-kipas terus, ato dia bakal kasih minyak tanah. Nah sama dengan kita. Biar api kita tetap ada, selain dikipasin sama ‘angin surga’ kita juga ‘minyak tanah surga’. Apa ‘minyak tanah surga’ itu? Gak lain gak bukan adalah Roh Kudus. Nah pertanyaannya, apa kita udah penuh sama Roh Kudus hari ini ato Roh Kudusnya udah abis lagi? Kalo kita merasa kekurangan Roh Kudus, minta lagi sama Tuhan, biar kita kembali on fire.

KALO UDAH DAPET PERSONAL REVIVAL TERUS NGAPAIN?
Seandainya kita udah dapat api revival terus ngapain? ‘Kepanasan’ sendirian aja? Sibuk kipas-kipas sendiri, biar apinya gak padam? Or kita langsung buat KKR revival, ajak semua orang biar tau apa yang terjadi sama kita? Ya jangan gitu lah. Kalo kita udah dapat api revival, kita bagiin lagi api itu sama orang di sekeliling kita. Jangan pelit. Inget loh kita udah nerima gratis, kita juga mesti kasih dengan gratis juga. Semakin banyak kita sebarin api ini sama orang lain, makin cepat juga Indonesia bakal alamin revival.

Kalo kita udah dapat api revival, kita juga mesti siap-siap buat menderita. Sejarah udah membuktikan kalo semua orang yang dapat api revival itu pasti menderita. En orang pertama yang bakal menyiksa mereka itu adalah orang terdekat mereka. Jadi begitu kita udah dapat api revival siap-siap aja buat mengalami penderitaan, disalah sangka-in sama orang, disalah mengerti-in sama orang. Itu udah satu paket sama revival.

Kenapa kita mesti mengalami penderitaan kaya gitu? Soalnya di mana-mana juga orang itu gak suka sama perubahan. Sedang revival itu sifatnya ‘kan merubah segala sesuatu. Ya jelas aja mereka gak suka. Kedua, ada faktor si jelek juga. Si jelek gak suka liat kita berapi-api soalnya itu mengancam keberadaan dia, maka dia bakal pake semua orang buat stopin kita supaya gak berapi-api lagi. Nah, kalo udah gini, apa kita masih mau revival?

PERSONAL REVIVAL, COUNTRY REVIVAL
Kalo kita liat sejarahnya negara-negara ato kota-kota yang kena revival, selalu dimulai sama satu orang yang mengalami personal revival.Contoh aja, revival di Wales, yang dimulai sama satu orang anak muda yang mengalami personal revival, namanya Evan Roberts. Dari satu orang aja, satu bangsa bisa mengalami revival. Sekarang kebayang gimana kalo satu rumah yang mengalami revival? Gimana kalo satu gereja yang mengalami revival? Gimana kalo satu kota yang mengalami revival? Pastinya satu negara bakal langsung mengalami revival juga.
Personal revival precedes country revival.
Kebangunan rohani pribadi mendahului kebangunan rohani satu bangsa.

DAPAT PEWAHYUAN, DAPAT API
Udah jadi rahasia umum kalo yang namanya anak muda itu semangat, berapi-api melayani Tuhan pas masih kuliah, ato sekolah. Tapi begitu masuk dunia kerja, pssssss... ilang gak tau rimbanya, tau-tau muncul lagi di gereja pas udah merit, jadi jemaat yang mesti dimenagin lagi. Tapi itu sama sekali GAK NORMAL. Yang normal itu waktu masih sekolah berapi-api buat Tuhan, udah masuk kerja masih berapi-api, udah merit mesti lebih berapi-api (soalnya ‘kan udah berdua gak sendirian lagi).

Kenapa bisa ada anak muda yang kayanya berapi-api sebentar terus ilang? Soalnya mereka gak mengalami pewahyuan bahwa Yesus itu Anak Allah. Iya, mereka tau kalo Yesus itu Tuhan yang menyelamatkan, Allah yang berkuasa, Tuhan yang hidup. Tapi itu semua cuma ada di otak doang, bukan di hati.

Kalo kita sampe mengalami pewahyuan bahwa Yesus itu anak Allah, dijamin 100% hidup kita bakal berubah 180 derajat. Contoh aja Paulus. Di Kisah 19 ayat 1 dia masih pengen bunuh orang Kristen, tapi di ayat 20 gara-gara pewahyuan yang dia terima dari Tuhan bahwa Yesus itu Anak Allah, dia langsung bisa kotbah, beritain Injil.

Nah, kalo kita udah dapat pewahyuan yang sama kaya Paulus, dijamin hidup kita gak akan pernah sama lagi. Api yang kita dapat juga bakal terus terjaga, gak peduli mau kita masih jomblo kek, udah kerja kek, ato udah merit sekalipun.
Gimana caranya dapat pewahyuan itu? Cukup percaya aja dengan hati kita. Buka hati buat semua yang Tuhan mau kerjain dalam hidup kita..

Salam Revival!!! Tuhan Yesus memberkati