Senin, 02 November 2015

Like an Eagle!!

Beberapa hari lalu Tuhan menjelaskan kepada saya tentang seekor hewan yang 38 kali disebutkan di dalam Alkitab, hewan tersebut adalah RAJAWALI.

Burung rajawali adalah burung yang tampak gagah dan perkasa. Seekor rajawali dewasa memiliki tinggi badan sekitar 90cm, dan bentangan sayap sepanjang 2m. Kecepatan Terbang 320 km/jam, Ketinggian yang dapat dicapai – 2000 m. Ia membangun sarangnya di puncak-puncak gunung. Sarang itu sangat besar sehingga manusia pun dapat tidur di dalamnya. Sarang itu beratnya bisa mencapai 700kg dan sangat nyaman.

Ada beberapa beberapa hal bisa kita pelajari dari seekor burung Rajawali :

1. PANDANGAN YANG JAUH – Memiliki visi/tujuan (Ayub 39 : 32).
Saat rajawali melayang di langit, matanya bekerja mencari mangsa. Kemampuan visualnya yang tajam (sekitar 5 kali lebih tajam dari manusia ) membuat rajawali sangat mudah mendeteksi setiap perubahan gerak binatang yang hendak dimangsanya. Maka, sekalipun rajawali berada ratusan mil di atas permukaan tanah, rajawali mampu mengamati gerakan tikus ataupun ular di sela-sela rerumputan atau mengamati ikan-ikan yg berenang di sungai. Dan dengan secepat kilat, rajawali mampu menangkap mangsa yang sudah di amatinya sejak berada di langit.
Rajawali adalah burung yang secara luas dianggap memiliki penglihatan yang sangat baik dibandingkan dengan manusia. Hal ini disebabkan oleh fotoreseptor di retina (lebih dari 1.000.000 per mm persegi untuk Buteo, sedangkan manusia hanya 200.000). Hal ini membuatnya memiliki penglihatan yang 5 kali lebih tajam melebihi manusia.

Sama seperti rajawali, kita perlu memiliki pandangan yang jauh (Visi yang tajam). Sebagai orang-orang muda kita perlu passion yang kuat untuk menjadi orang-orang yang visioner yang senantiasa bergerak dalam tuntunan Tuhan dalam mengerjakan visi tersebut. Sedikit pun kita tidak mau dialihkan dari fokus kita di dalam mengerjakan visi.

2. SEMUA BAYI RAJAWALI HARUS BELAJAR UNTUK TERBANG. Ia mengajar anak-anaknya terbang (Kel 19:4; Ul 32:11).
Di atas puncak gunung yang tinggi, telur rajawali menetas dan munculah bayi rajawali. Seperti layaknya bayi yang lain, hanya ada dua hal yang sangat disukai oleh bayi rajawali ini untuk dilakukan, yaitu makanan dan tidur. Bayi rajawali akan menghabiskan masa-masa pertamanya di dunia di dalam sarangnya yang nyaman. Setiap hari, induk rajawali mencarikan makanan untuk bayinya dan menyuapi mulut bayi yang sudah terbuka untuk menerima makanan. Dengan perut kenyang, bayi itu tidur kembali. Hal itu berlangsung berulang-ulang dalam hidupnya.
Siklus ini berjalan beberapa minggu, sampai pada suatu hari, induk rajawali ini terbang dan hanya berputar-putar di atas sarangnya memperhatikan anaknya yang ada di dalamnya. Kali ini tanpa makanan. Setelah berputar beberapa kali, induk rajawali akan terbang dengan kecepatan tinggi menuju sarangnya, ditabraknya sarang itu dan digoncang-goncangkannya. Kemudian ia merenggut anaknya dari sarang dan dibawanya terbang tinggi. Kemudian, secara tiba-tiba, ia menjatuhkan bayi rajawali dari ketinggian. Bayi ini berusaha terbang, tapi gagal.
Beberapa kali jatuh, cepat-cepat sang induk meraih anaknya kembali. Setelah itu, dilepaskannya pegangan itu dan anaknya jatuh lagi. Tapi sebelum anaknya menyentuh daratan, ia mengangkatnya kembali. Hal ini dilakukan berulang-ulang setiap hari. Hingga hanya dalam waktu satu minggu anaknya sudah banyak belajar, dan mulai memperhatikan bagaimana induknya terbang. Dalam jangka waktu itu, sayap anak rajawali sudah kuat dan ia pun mulai bisa terbang. Banyak anak-anak muda seperti bayi rajawali ini. Terlalu nyaman di dalam sarangnya. Kita hidup dengan nyaman tanpa mau bertumbuh. Kita senang sekali untuk terus-menerus mejadi bayi-bayi rohani yang disuapi akan makanan rohani padahal seharusnya kita sudah mencapai kapasitas rohani untuk menjadi pengajar-pengajar. Kita harus mau belajar untuk mengembangkan potensi yang ada di dalam kita sehingga kita semakin maksimal di dalam segala bidang.

Pemuridan adalah kunci untuk melatih kita dari bayi-bayi rohani yang tidak bisa terbang menjadi rajawali yang bisa terbang. Kita juga perlu menyadari bahwa ujian terhadap iman kita itu menghasilkan ketekunan untuk mencari Tuhan lebih lagi dan ujian tersebut melatih kita, agar sayap kita menjadi kuat dan siap untuk terbang tinggi bersama dengan Tuhan. Kita siap untuk dipromosikan Tuhan. Sebagaimana otot yang keras dan kuat dibentuk dari latihan yang rutin, demikian pula iman kita. Allah itu selalu memelihara kita. Ia tidak pernah bermaksud untuk mencelakai kita.

3. RAJAWALI DICIPTAKAN UNTUK TINGGAL DI TEMPAT TINGGI (Bersarang di bukit-bukit batu yang tinggi. Ayub 39:30,31)
Berbeda dengan jenis burung lainnya, rajawali diciptakan untuk terbang di tempat-tempat yang tinggi, jauh dari pandangan mata telanjang dan jauh dari jangkauan para pemburu. Burung rajawali memiliki keunikan, jika ia berada di alam bebas, akan menjadi burung yang paling bersih di antara burung lainnya, tapi jika dia berada di dalam ‘penjara’ dan terikat, ia akan menjadi burung yang paling kotor (hal ini dikarenakan rajawali mengkonsumsi makanan yang berbeda dengan burung lainnya).

Di dalam Firman Tuhan kita belajar bahwa ketika kita dengar suara Tuhan dan kita melakukannya Dia berkata bahwa Dia akan mengangkat kita menjadi kepala dan bukan ekor. Dia akan mengangkat kita di atas gunung batu. Bukit-bukit batu yang tinggi adalah tempat yang Allah sediakan buat rajawali-rajawali-nya yaitu anda dan saya. Di dalam Kristus kita adalah orang-orang yang merdeka dari penjara dosa dan ikatan dosa. Allah adalah gunung batu dan kekuatan kita. Mari kita terbang dan bersarang (berlindung) kepada-NYA.

4. RAJAWALI TERBANG MENGGUNAKAN KEKUATAN ANGIN (Yesaya 40 : 31)
Tidak terbang seperti layaknya burung-burung yang lain yang terbang dengan mengepak-epakkan sayapnya dengan kekuatan sendiri. Yang dilakukan Rajawali ialah melayang dengan anggun, membuka lebar-lebar kedua sayapnya dan menggunakan kekuatan angin untuk mendorong tubuhnya. Yang membuat rajawali sangat spesial ialah ia tahu betul waktu yang tepat untuk meluncur terbang. Ia berdiam di atas puncak gunung karang, membaca keadaan angin, dan pada saat yang dirasa tepat ia mengepakkan sayapnya untuk mendorong terbang, lalu membuka sayapnya lebar-lebar untuk kemudian melayang dengan menggunakan kekuatan angin itu.
Angin sering disebutkan dalam Alkitab sebagai penggambaran dari Roh Kudus. Kita dapat belajar untuk bekerja sama dengan Roh Kudus dan membiarkan-Nya mengangkat kita lebih tinggi lagi, semakin dekat dengan Tuhan Yesus. Seringkali kita ‘terbang’ dengan kekuatan kita sendiri. Hasilnya kita menemui banyak kelelahan, kekecewaan dan kepahitan dalam hidup ini. Belajar dari rajawali, marilah kita ‘terbang’ melintasi kehidupan ini dengan mengandalkan tiupan angin Roh Kudus.

Kadang angin juga berbicara mengenai kesulitan-kesulitan hidup. Badai sering menggambarkan adanya pergumulan dalam hidup ini. Bagi rajawali, badai adalah media yang tepat untuk belajar menguatkan sayapnya. Dia terbang menembus badai itu, melayang di dalamnya, melatih sayapnya untuk lebih kuat lagi. Sebagai orang-orang kristen seharusnya kita senantiasa mengucap syukur dalam menghadapi berbagai-bagai pencobaan. Karena saat itulah saat yang tepat bagi kita untuk mempergunakan pencobaan sebagai media untuk menguatkan sayap-sayap iman kita. Setiap pergumulan adalah sarana untuk mengangkat kita untuk terbang lebih tinggi bersama dengan Tuhan.

5. RAJAWALI MEMILIKI WAKTU KHUSUS UNTUK PEMBAHARUAN (Mazmur 103 : 5)
Ketika burung rajawali mencapai umur 40 tahun, maka untuk dapat hidup lebih panjang 30 tahun lagi, dia harus melewati transformasi tubuh yang sangat menyakitkan. Dan pada saat inilah seekor rajawali harus menentukan pilihan untuk melewati transformasi yang menyakitkan itu atau melewati sisa hidup yang tidak menyakitkan namun singkat menuju kematian.
Pada umur 40 tahun paruh rajawali sudah sangat bengkok dan panjang hingga mencapai lehernya sehingga ia akan kesulitan makan. Dan cakar-cakarnya juga sudah tidak tajam. Selain itu bulu pada sayapnya sudah sangat tebal sehingga ia sulit untuk dapat terbang tinggi.

Bila seekor rajawali memutuskan untuk melewati transformasi tubuh yang menyakitkan tersebut, maka ia harus terbang mencari pegunungan yang tinggi kemudian membangun sarang di puncak gunung tersebut. Kemudian dia akan mematuk-matuk paruhnya pada bebatuan di gunung sehingga paruhnya lepas. Setelah beberapa lama paruh baru nya akan muncul, dan dengan menggunakan paruhnya yang baru itu ia akan mencabut kukunya satu persatu-satu dan menunggu hingga tumbuh kuku baru yang lebih tajam. Dan ketika kuku-kuku itu telah tumbuh ia akan mencabut bulu sayap nya hingga rontok semua dan menunggu bulu-bulu baru tumbuh pada sayapnya. Dan ketika semua itu sudah dilewati rajawali itu dapat terbang kembali dan menjalani kehidupan normalnya. Begitulah transformasi menyakitkan yang harus dilewati oleh seekor rajawali selama kurang lebih setengah tahun. Ia menunggu dengan sabar selama proses ini berlangsung, dan setiap hari ia membiarkan sinar matahari menyinari tubuhnya untuk mempercepat proses penyembuhannya. Melalui proses ini, bulu-bulu barupun tumbuh, dan rajawali menerima kekuatan yang baru sehingga ia mampu untuk bertahan hidup hingga umur 70 tahun, seperti normalnya rajawali hidup.

Di dalam Mazmur 103 : 5 dikatakan bahwa Dia yang memuaskan hasratmu dengan kebaikan, sehingga masa mudamu menjadi baru seperti pada burung rajawali.
” Who satisfies your mouth [your necessity and desire at your personal age and situation] with good so thatyour youth, renewed, is like the eagle’s [strong, overcoming, soaring]! –Amplified Bible.

Mazmur 103 : 5 mengatakan bahwa masa muda kita akan menjadi baru seperti rajawali. Dalam versi Amplified, dikatakan bahwa masa muda kita akan dibaharui. Kita adalah anak-anak muda yang akan senantiasa dibaharui kekuatannya oleh Tuhan setiap kali kita datang ke hadirat-NYA dan bersekutu dengan-NYA. Firman Allah berkata kita anak-anak muda yang seperti rajawali : Strong (kuat), overcoming (mengalahkan musuh) dan soaring

6. KETIKA BURUNG RAJAWALI SAKIT dan KETIKA IA MATI
Ketika rajawali mengalami sakit di tubuhnya, ia terbang ke suatu tempat yang sangat disukainya, dimana ia dengan leluasa dapat menikmati sinar matahari. Karena sinar matahari memainkan peranan yang sangat penting dalam kehidupan rajawali, dan juga merupakan obat yang paling mujarab baginya. Begitu juga Ketika rajawali berada dalam keadaan mendekati waktu kematiannya, ia terbang ke tempat yang paling disukainya, di atas gunung, menutupi tubuhnya dengan kedua sayapnya, memandang ke arah terbitnya matahari, lalu…..mati.

Mari kita perhatikan : Yesaya 40 : 31 versi amplified Bible
“But those who wait for the Lord [who expect, look for, and hope in Him] shall change and renew their strength and power; they shall lift their wings and mount up [close to God] as eagles [mount up to the sun]; they shall run and not be weary, they shall walk and not faint or become tired.

Di dalam ayat ini dikatakan bahwa siapa pun yang menanti-nantikan Tuhan (berharap dan mencari Dia) kekuatannya akan dibaharui oleh Tuhan. Di dalam Alkitab pun ternyata manusia yang mencari, mendekat kepada Tuhan digambarkan seperti rajawali yang mendekat kepada matahari.
Matahari itu begitu penting bagi rajawali karena dari situlah sumber kekuatannya ketika ia sakit dan bertumbuh. Kita pun demikian, kita senantiasa membutuhkan Tuhan.
Mari setia sampai akhir dengan mata yang memandang kepada Tuhan Yesus seperti rajawali memandang matahari bahkan ketika ia akan mati.
Tuhan Yesus Memberkati!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar