Kamis, 16 Maret 2017

Orang biasa yang hidup secara luar biasa

"Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah." ​1 Korintus 1:26-29

Bersyukurlah jika kita hanya “orang biasa” karena kita menjadi lebih mudah rendah hati dan dipakai Tuhan. Tuhan tidak berkenan kepada orang yang sombong.

Bersama Tuhan, kita adalah orang yang luar biasa. Untuk menjadi luar biasa, kita harus belajar berkata “TIDAK” di waktu yang tepat, yaitu:

1. Katakan tidak pada rasa takut (jangan takut)
Rasa takut membuat hidup kita terbatas. Manusia memang wajar memiliki rasa takut, namun kita akan menjadi “di atas rata-rata” ketika kita berani untuk melakukan kehendak Allah. Contoh: Maria yang merelakan diri untuk melakukan perintah Tuhan (mengandung bayi Yesus sebelum menikah) dan menanggung segala konsekuensinya. Bagaimana caranya untuk tidak takut? Firman Allah adalah sumber keberanian kita. Melayani Tuhan memang kadang beresiko, tetapi Tuhan lebih dari sanggup menolong kita. When you are not afraid, you will live to the fullest.

"Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." 2 Timotius 1:7

2. Katakan tidak pada kompromi (jangan kompromi)
Dunia banyak membenarkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Alkitabiah. Meniru gaya hidup dunia membuat anak-anak Allah hidup “biasa-biasa saja” (standar), tetapi ketika kita menolak meniru gaya hidup dunia pasti kita akan menjadi anak-anak Allah yang di atas rata-rata.

3. Katakan tidak pada menyerah (jangan menyerah)
Kita tidak boleh menyerah pada visi Tuhan (melepaskan tujuan Ilahi). Banyak orang menganggap remeh visi Tuhan sehingga mudah melepaskan iman di tengah tekanan hidup.
Contoh: Rut tetap bertahan bersama mertuanya meskipun sepertinya hal tersebut tak berarti. Kadang kesuksesan kita hanya tinggal selangkah lagi dari jarak kita menyerah. Belajar untuk bertahan lebih lama. Just try one more time, please. Keep believing.

"Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa." 2 Korintus 4:7-9

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Senin, 13 Maret 2017

300: Angka Spesial dalam Alkitab

Sudah ada 2 buah film produksi Hollywood yang judulnya memuat angka 300. Kedua film tersebut bertema peperangan dimana salah satu pasukan hanya berjumlah 300 orang menghadapi ribuan bahkan puluhan ribu lawan.

Mungkin film itu terinspirasi dari Alkitab sebab dalam Alkitab terdapat kisah perang antara 300 orang dari bangsa Israel melawan 135 ribu pasukan bangsa Midian.
(Hakim-Hakim 7 dan 8:10).

Saat itu bangsa Israel dijajah oleh bangsa Midian sehingga segala hasil panen mereka harus diserahkan sebagai upeti.  Kehidupan dalam tekanan tersebut membuat banyak penderitaan terjadi dan muncul suatu harapan agar mereka dapat hidup merdeka dari penjajahan Midian.

Tuhan memilih Gideon bin Yoas untuk membebaskan bangsa Israel dari Midian.  Dan pada awalnya ada 32ribu pasukan Israel yang akan pergi berperang.  Namun, setelah diseleksi, akhirnya hanya tersisa 300 orang saja.  Dan ketika hanya tinggal 300 orang, Tuhan berfirman: “Dengan ketiga ratus orang yang menghirup itu akan Kuselamatkan kamu: Aku akan menyerahkan orang Midian ke dalam tanganmu.” (Hakim-Hakim 7:7).

Pada akhirnya, Gideon dan 300 orang pasukannya berhasil mengalahkan pasukan Midian. Makna dari kisah kemenangan Gideon dan pasukannya adalah:

1. Tuhanlah yang memberikan kemenangan.
300 orang mustahil secara akal logika untuk mengalahkan 135 ribu orang. Disini jelas bahwa Tuhanlah yang berperang di depan mereka, dari Tuhanlah datang kemenangan. Kehadiran Tuhan bersama Gideon menjamin kemenangan itu.  Tanpa kehadiran Tuhan maka sia-sialah upaya mereka meskipun dengan ratusan ribu orang sekalipun. Namun bila Tuhan beserta, jumlah yang kecil dapat dipakai Tuhan untuk meraih kemenangan.  “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan oleh Roh Tuhan.
Dalam kehidupan kita pun demikian, meskipun nampaknya kecil, kelihatannya tidak mampu, namun kita bisa melakukan segala perkara oleh karena Tuhan yang memampukan kita.  Manusia boleh saja melecehkan, menghina dan merendahkan tapi kita tidak usah takut dan gentar karena Tuhan beserta dengan kita.

2. Orang yang berhati baja, beriman dan rela berkorban yang meraih kemenangan bersama Tuhan.
Dari 32 ribu pasukan Israel, setelah melalui tahapan seleksi, ternyata hanya 300 orang yang maju berperang.  Mengapa mereka yang dipilih? Karena mereka tidak gentar menghadapi musuh, mereka percaya akan penyertaan Tuhan dan mereka tidak takut mati melainkan rela berkorban bagi Allah dan bangsanya.
Jelas dalam pasal 7 disebutkan dan tersirat bahwa mereka yang takut dan gentar tidak layak untuk maju dalam peperangan, sebab mereka sudah kalah sebelum berperang. Juga bagi mereka yang tidak percaya akan kebesaran dan penyertaan Allah, tidak layak maju sebab mereka tidak memiliki iman yang kokoh dalam Tuhan. Perang menuntut suatu sikap rela mati berkorban sehingga hanya mereka yang punya sikap inilah yang layak maju sebab mereka akan fokus pada penyelesaian tugas dan tujuan dari Tuhan.
Dalam hidup ini, kita pun mengalami masalah, persoalan, ujian dan tantangan yang bagaikan “medan peperangan”.  Menghadapi itu semua janganlah kita takut dan gentar tapi percayalah kepada Tuhan dan selalu rela berkorban bagi Tuhan serta tidak takut menghadapi resiko meskipun kematian jasmani, oleh karena melakukan kebenaran.  Takut berbuat yang benar karena ancaman tidak naik pangkat, tidak dapat jodoh, tidak jadi kaya, atau ancaman lainnya, tandanya kita tidak layak sebagai prajurit Tuhan. Laskar Allah yang militan harus rela mati menjunjung kebenaran dan keadilan dan fokus kepada penyelesaian tugas dan tanggung jawab sorgawi. “Karena bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan.” (Filipi 1:21).
Dalam pelayanan pun sama, tantangan bukannya sedikit, pergumulan silih berganti, tapi jangan takut dan gentar, percayalah pada Tuhan dan setialah melakukan tugas panggilan Tuhan.

3. Tuhan memakai yang kecil agar tidak muncul kesombongan pada manusia.
Hanya 300 orang saja merupakan jumlah yang sangat kecil untuk menghadapi lawan apalagi meraih kemenangan.  Kok bisa menang? Padahal jumlahnya sedikit? Ini pasti bukan karena manusianya tetapi karena Tuhan.
Saat mereka memperoleh kemenangan, mereka tidak dapat beralasan bahwa kemenangan itu karena mereka kuat dan perkasa, sebab hal itu tidak mungkin, apalagi jelas-jelas musuh lari kocar-kacir karena bala tentara Allah yang menghalau mereka sehingga musuh saling membunuh satu sama lain.

Kita tidak boleh sombong kalau mencapai suatu keberhasilan, karena sesungguhnya itu semua karena kuasa dan kemurahan Tuhan saja.  Firman Tuhan berkata: “Kalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang membangunnya.  Kalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.” (Mazmur 127:1).
Semua kerja dan karya kita bisa berhasil karena anugerah dan pertolongan Tuhan.  Kepintaran dan pengetahuan kita disebabkan oleh Tuhan.  Kita pintar bukan karena kita pintar tapi karena Tuhan yang menganugerahkan kepintaran itu.
Jangan sombong namun milikilah kerendahan hati, agar Tuhan semakin melimpahkan kebaikanNya dalam hidup kita.
Firman Tuhan berkata: “Orang yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan.

Jadilah prajurit Tuhan, pelayan Tuhan, anak-anak Tuhan yang selalu beriman kokoh dalam Tuhan,  tidak takut dan gentar menghadapi situasi apapun serta rela berkorban untuk kebenaran.

Tuhan Yesus memberkati

Sabtu, 11 Maret 2017

Naik ke Gunung Tuhan

Sifat dari api adalah dia tidak pernah turun ke bawah. Contoh kalau kita membakar korek api, api itu selalu naik ke atas. Jika kita merekayasa untuk menurunkan api itu ke bawah, maka api itu akan tetap mencari jalan untuk naik ke atas. Sebab itu pesan Tuhan bagi kita adalah bahwa musibah kebakaran yang menimpa kita, tidak akan membuat kita turun ke bawah, tapi hal itu akan membawa kita naik ke atas. Karena api akan membawa kita untuk terus naik ke atas.

3 “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?” 4 “Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. 5 Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia. (Mazmur 24:3-5)

Orang-orang yang akan menerima berkat keselamatan dan keadilan adalah mereka yang mau naik ke atas gunung Tuhan yang kudus.

2 Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, 3 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: “Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem.” (Yesaya 2:2-3)

Ini adalah nubuatan nabi Yesaya untuk apa yang akan terjadi di hari-hari terakhir. Hal ini sangat relevan dengan keadaan kita saat ini karena kita ada di hari-hari yang terakhir. Pertanyaannya, mengapa bangsa-bangsa berduyun-duyun hendak ke gunung Tuhan untuk mencari pengajaran dari Allah Yakub? Ada apa dengan Allah Yakub?

Allah Yakub adalah Allah yang tidak pernah membiarkan seseorang pergi dengan tangan hampa. Yakub bekerja 20 tahun dengan pamannya Laban. 14 tahun dia habiskan untuk memperoleh kedua orang istrinya. 6 tahun kemudian dia bekerja untuk memperoleh ternak-ternaknya. Jika Tuhan tidak menolong, maka Yakub akan keluar dengan tangan kosong (Baca Kej.29-31). Hal ini sama dengan ketika orang Israel hendak keluar dari Mesir, Tuhan tidak membiarkan mereka keluar dengan tangan hampa.

Di dunia ini ada banyak hal yang tidak pasti. Misalnya BMKG meramalkan musim hujan akan terjadi antara  bulan September sampai Desember 2015 yang lalu. Tapi ternyata kekeringan terjadi di mana-mana, sehingga petani mulai bingung untuk menentukan waktu untuk menuai dan waktu untuk menabur. Ketika bangsa-bangsa melihat ketidakpastian di dunia ini, maka mereka akan memutuskan untuk mencari pengajaran dari Allah Yakub.

Apa yang mau dilihat  dari Allah Yakub? 

Pada waktu Israel di padang gurun, Tuhan menyuruh Musa naik ke atas gunung, orang Israel sujud menyembah berhala (Keluaran 32). ‘Baal’ di dalam Alkitab disebut ‘The god of harvest’. Baal ini adalah dewa yang menguasai seluruh penuaian dari hasil tanah. Jadi waktu mereka di padang gurun, yang mereka lihat adalah kematian, mereka tidak melihat ada tempat di mana mereka bisa menabur dan bercocok tanam. Yang mereka lihat hanyalah kematian di depan sedang menanti mereka. Tuhan berjanji untuk membawa Israel ke tanah yang berlimpah susu dan madu, tapi yang mereka lihat adalah kekeringan dan kematian. Oleh sebab itu mereka mencari pertolongan kepada baal yang mereka kenal di tanah Mesir selama 430 tahun.

Pada waktu Musa di atas gunung, Tuhan memberikan satu perintah kepada Musa dari Ulangan 8:3. Memang ada kelaparan di tengah kita, ada kekeringan di tengah kita, ada padang gurun di depan kita, janji Tuhan masih jauh di depan.  Namun ketika kita ada di atas gunung, Tuhan memberikan petunjuk; “Jika kamu mau hidup di padang gurun, di tengah-tengah keadaan yang sangat sulit, maka jangan terlalu banyak mencari roti.” Kita harus membagi waktu antara sibuk mencari roti dan sibuk mencari petunjuk Tuhan. Jadi harus ada keseimbangan antara roti dan firman.

6 Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah! 7 Apabila melintasi lembah Baka, mereka membuatnya menjadi tempat yang bermata air; bahkan hujan pada awal musim menyelubunginya dengan berkat. 8Mereka berjalan makin lama makin kuat, hendak menghadap Allah di Sion. (Mazmur 84:6-7)

Masalah demi masalah akan membuat kekuatan kita berkurang. Apabila Anda hidup dalam tekanan, suka atau tidak suka, iman Anda aka menurun.

Alkitab mencatat tiga kali dalam setahun seorang laki-laki harus menghadap hadirat Tuhan di Yerusalem untuk merayakan ‘hari raya Roti tidak beragi, hari raya Tujuh Minggu dan hari raya Pondok Daun.  Jadi tiga kali dalam satu tahun, setiap laki-laki harus kembali untuk mencari Tuhan di  Yerusalem,  yaitu di Bukit Sion.

Mazmur 84:6, ‘Mengadakan ziarah’ yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah mencari Tuhan. Artinya orang yang mengandalkan Tuhan, orang yang mencari Tuhan sekalipun mengalami masalah, tekanan dan masa-masa yang sukar, tapi hal-hal itu tidak akan membuat mereka turun.

Yehezkiel 34:23  Pada hari-hari terakhir Tuhan akan mengangkat seorang gembala untuk menggembalakan umat Tuhan di atas gunung. Yehezkiel melihat bahwa akan ada satu umat yang tidak hidup di bawah gunung, tetapi umat ini adalah umat yang akan dibawa Tuhan untuk naik ke atas gunung. Mengapa kita perlu naik ke atas gunung? Karena pada waktu kita berada di bawah gunung, maka tekanan dan goncangan akan membuat kita mencari pertolongan kepada yang lain. (Yeh.34:26).

Mazmur 16:5-6  Daud tidak berasal dari suku Lewi, tapi Daud berasal dari suku Yehuda. Sebagai suku Yehuda, Daud mendapat warisan tanah yang berlimpah susu dan madunya. Tuhan membagi dua berkat kepada orang Israel: Kepada para Imam, Tuhan memberikan berkat sorgawi yaitu diriNya sendiri yang menjadi warisan kepada orang-orang Lewi. Tapi kepada suku-suku yang lainnya Tuhan memberikan kekayaan yang datang dari dunia ini.

Daud adalah seorang raja yang tidak pernah kalah dalam peperangan. Dia adalah raja yang besar, kaya dan ditakuti. Tapi ketika Daud berada di puncak keberhasilannya dia mau menukarkan segala keberhasilannya, kekayaan, jabatan dan segala sesuatu yang ada padanya dengan Tuhan sendiri.   Daud hanya ingin Tuhan yang menjadi warisan bagi dirinya.

Tuhan selalu memberikan pilihan kepada siapa kita mau beribadah, kepada Tuhan atau kepada mamon? Kita tidak bisa memilih kedua-duanya, kita hanya bisa memilih salah satu.

Bagaimana Tuhan mengetahui hati seseorang? 

Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. (Matius 6:21)

Bagi orang yang senang mengoleksi mobil, maka kekayaannya akan pergi ke mobil-mobil mewah tsb. Bagi orang yang senang kepada permata, maka dia akan mengoleksi permata-permata yang mahal-mahal. Orang yang senang dengan rumah, maka dia akan koleksi properti yang luar biasa. Sebaliknya orang yang hatinya melekat kepada Tuhan, maka hartanya juga akan mengalir ke rumah Tuhan.

Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. (Mazmur 73:25)

Mamur 23, 24 dan 25 adalah tiga Mazmur yang disebut Mazmur Kerajaan. Ketiga Mazmur ini setiap hari sabat harus dibacakan di istana-istana raja.

Jika kita berkata Tuhan adalah gembala yang baik, berarti kita adalah domba-dombaNya. Daud bukan domba, tapi Daud adalah raja yang ditakuti, tapi Mazmur 23, 24, 25 harus dibacakan di istana raja setiap hari Sabat. Supaya para pemimpin tahu bahwa tidak ada bos di hadapan Tuhan. Satu-satunya bos adalah Tuhan pencipta langit dan bumi. Daud tahu posisinya dan dia menentukan pilihan yang benar.

Melalui penganiayaan dan penderitaan baru kita menemukan siapa yang kepadanya kita bersukacita. Jika bagian kita adalah Tuhan, maka apapun yang hilang dari hidup kita, kita akan tetap bersukacita.

Mengapa kita perlu naik ke gunung Tuhan?

14 Dan Abraham menamai tempat itu: “TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: “Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.” (Kejadian 22:9-14 )

Kata ‘Jehovah Jireh’ artinya Allah melihat. Setiap kali kita membersihkan tangan dan hati kita, membersihkan hidup kita dari masalah keuangan, kita bertindak benar, kita bersikap benar, dan kita mengambil keputusan yang benar, maka Tuhan melihat dan Dia menyediakan segala sesuatu yang kita perlukan.

Salam Revival!!!
Tuhan Yesus memberkati

Sabtu, 04 Maret 2017

Mengalami hadirat Tuhan yang termanifestasi

Theologia Perjanjian Lama yang memiliki benang merah sampai ke Perjanjian Baru, yaitu tentang bait Allah. Artinya dalam perjanjian lama dia begitu megah, begitu mewah, rumit, penuh dengan banyak aturan-aturan dan terdiri dari benda-benda yang bersalutkan logam mulia, tenunan-tenunan yang mahal. Itu semua terdapat di perjanjian lama, tapi semua itu merupakan kerangka besi untuk satu bangunan yang lebih mulia. Jadi hukum-hukum dalam perjanjian lama adalah semancam kerangka besi yang dipakai untuk membangun suatu bangunanan yang lebih mulia dan lebih agung. Bangunan itu adalah kita sendiri.

11 Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, — artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, — 12 dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal. 13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, 14 betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (Ibrani 9:11-14)

Kabar baik dari ayat di atas adalah tidak ada yang tidak dapat diampuni, asal kita mau datang kepada Yesus. Di akhir zaman ini yang harus kita bangun adalah ibadah kita, yaitu ibadah yang berkenan kepada Tuhan. Pengalaman ‘lahir baru’ menentukan perjalanan kita selanjutnya untuk membangun ibadah yang berkenan kepadaNya. Setiap orang yang menjadi Kristen harus dimulai dari ‘lahir baru’. Sebab dengan ‘lahir baru’, Yesus langsung mengambil tempat di hidup kita. Tanpa ‘lahir baru’, tanpa pengalaman jumpa Yesus dan disucikan, maka semua ibadah kita sia-sia. Makanya penyembahan berhala atau ibadah tanpa pertobatan disamakan dengan berzinah. Tujuan menyeluruh dari keselamatan kita adalah supaya kita dapat menikmati kehadiran Tuhan yang termanifestasi dan Tuhanpun menikmati kita. Jadi hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan dua arah bukan satu arah. Waktu kita berjumpa dengan Tuhan, tidak mungkin hidup kita tetap sama. Saat kita bersekutu dengan Tuhan dalam penyembahan dan merasakan hadiratNya, saat itulah kita sedang menggenapi prinsip-prinsip keselamatan kita. Tidak mengenal Tuhan dengan keintimanNya, sama artinya kita sedang menyangkal tujuan kita yang sangat mendasar, yaitu tujuan kita diciptakan. Tanpa hubungan dengan Tuhan, semua kebenaran, hukum-hukum, aturan-aturan yang kita baca dalam Alkitab menjadi kehilangan makna. Sebab tidak ada satu kebenaran yang berdiri sendiri, tapi kebenaran dalam firman Tuhan terkait satu sama lain. Dasarnya adalah tujuan Tuhan menciptakan kita adalah bagi diriNya sendiri. Sebab itu Tuhan cemburu ketika kita menyembah yang lain selain Tuhan.

Kejatuhan membuat kita terputus dari Tuhan. Kejatuhan menjadikan kita seperti orang asing bagi Tuhan. Kejatuhan membuat kita berhenti mengasihiNya. Kejatuhan membuat kita sulit mempercayai Tuhan. Kejatuhan membuat kita berhenti menikmati hadiratNya. Semua pemberontakan manusia tidak dapat mengubah kebenaran dasar yang Tuhan sudah buat yaitu ‘kita berharga’. Sebab itu Tuhan tebus kita dengan darahNya yang mahal untuk kembali kepada hubungan yang semula.

Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih. (Wahyu 13:8)

Sebelum kita diciptakan, sebelum kita memberontak penebusan sudah ditetapkan. Gunanya penebusan adalah untuk membawa kita kembali ke dalam satu hubungan yang intim dengan Tuhan.

Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajah-Ku terhadap engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani engkau, firman TUHAN, Penebusmu. (Yesaya 54:8)

Alkitab memperkenalkan Tuhan sebagai satu pribadi yang punya perasaan (emosi). Tuhan murka tapi Dia tidak dapat melupakan kasih setiaNya. Jadi ada satu yang Tuhan tidak dapat lakukan adalah Dia tidak dapat berhenti mengasihi kita. Sebab itu jika kita tidak selamat bukan karena Tuhan tidak mengasihi, tapi karena kita menolak Juruselamat.

Ada satu cerita klasik di Alkitab tentang pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia (Baca Kejadian 4). Habel berkenan kepada Tuhan bukan karena dia orang baik, tapi karena dia mengambil posisi tahu diri di hadirat Tuhan. Sedangkan Kain tidak menyenangkan Tuhan bukan karena dia buruk, tapi karena dia tahu diri. Kain dan Habel sama-sama orang berdosa, bedanya Habel tahu diri bahwa dia orang berdosa.

Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka. (Keluaran 25:8)

Jadi tujuan kita membuat tempat kudus bagi Tuhan adalah supaya Dia berdiam di dalam kita. Sebab itu Paulus berkata,

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, …?” (1 Kor.6:19)

Di tengah kehidupan padang gurun yang gersang dan jelek, orang percaya memiliki daya tarik dan menjadi tontonan dunia. Waktu malam ada tiang api, waktu siang ada tiang awan. Paulus berkata, “Jika kemah tempat kediamanmu di bumi dibongkar, Tuhan sudah sediakan tempat yang lebih mulia.” Dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun mereka telah diajarkan keteraturan. Setiap kali tiang awan atau tiang api berjalan, mereka berjalan dan setiap kali tiang awan atau tiang api berhenti, mereka harus berhenti dan kemah dibentangkan. Artinya yang memilih tempat berhenti adalah Tuhan sendiri. Seharusnya perjalanan kita di duniapun ditentukan oleh Tuhan. Kita bernyanyi, “Tiap langkahku diatur oleh Tuhan”, artinya hidup kita bergantung sepenuhnya kepada Tuhan.

Kemah Suci (Tabernakel)

Pagarnya terdiri dari kain lenan putih. Kain putih bicara tentang kekudusan, dimana kekudusan itu kondisi bukan standart. Tiang-tiang itu terdiri dari kayu aras pilihan. Bukti kita percaya Tuhan adalah kita bersedia dibentuk seperti tiang dari kayu aras. Tuhan sedang bentuk kita seperti kayu aras pilihan. Setiap kayu itu tidak boleh ditancapkan ke tanah karena tanah sudah terkutuk. Di bawah tiang kayu itu beralaskan tembaga. Di atas tiang kayu itu ditutup dengan perak.  Tembaga bicara tentang penebusan, sedangkan perak bicara tentang anugerah. Kita adalah kayu, sebab itu izinkan hidup kita dibentuk, dipotong dan diukur. Jika kita ikut Tuhan kita tidak hidup dalam kutuk, karena kita adalah kayu yang dialas oleh tembaga (penebusan) dan di atas kita ada perak (anugerah). Jadi tembaga dan perak itulah Yesus.

Padang gurun adalah gambaran dunia yang penuh dengan dosa. Jadi sekalipun kita hidup di padang gurun (dunia), tapi kita tidak seperti dunia. Melainkan kita harus seperti kain putih pada pagar kemah suci.

Pintu masuk menggunakan kain warna-warni yang indah (itulah Yesus). Artinya yang harus menjadi daya tarik bukan diri kita tetapi Yesus, sebab itu Yesus berkata “Akulah pintu”. Pintu adalah untuk semua yang dari padang gurun boleh masuk.

Halaman kemah suci terdiri dari mezbah korban bakaran dan kolam basuhan. Mezbah bakaran bicara tentang Kalvari (karya Kristus di Salib) dan kolam basuhan adalah tempat dimana kita dibersihkan dari dosa-dosa. Jika kita hanya menjadi orang ‘Kristen halaman’, tidak ada yang indah di halaman. Sebab di sana ada darah, ada suara binatang dipotong, ada suara orang yang menangis dll. Di halaman, kita belum ketemu dengan Tuhan, yang ada hanya pemberesan dosa. Sering kali kita hanya menjadi Kristen yang berhenti di halaman, sehingga kita menjadi orang Kristen yang tidak mengenal Tuhan. Kita bicara tentang Tuhan, kita baca, dengar khotbah, tapi kita tidak kaya dengan pengalaman jumpa dengan Tuhan.

Atap kemah suci terbuat dari kulit lumba-lumba. Bayangkan, ditengah padang gurun Tuhan minta kulit lumba-lumba. Artinya hidup kita ini sangat mahal tidak biasa-biasa.

Ruang kudus terdiri dari kaki dian, meja roti dan mezbah dupa. Di sini semua perkakas bersalutkan emas murni, bahkan kaki dian terbuat dari emas murni yang ditempa. Di sinilah imam besar masuk. Meja roti juga disebut ‘The bread of present’. Artinya Tuhan memberi kita makan di dalam hadiratNya. Di alam hadirat Tuhan kita menerima makanan. Roti tanpa hadirat Tuhan menjadi roti basi. Roti tanpa hadirat Tuhan menjadi roti keras. Pengajaran tanpa pewahyuan, tanpa hadirat Tuhan, tanpa urapan, sama dengan kita menerima makanan basi atau makanan keras yang tidak ada gunanya untuk pertumbuhan kita.

Mezbah dupa adalah doa dan penyembahan. Di sini imam melepaskan keharuman yang luar biasa, bahkan keharumannya sampai menempel di baju imam itu. Pesan nubuatan bagi kita adalah sebelum kedatangan Yesus yang kedua kali, harus ada kegerakan doa, pujian dan penyembahan yang menyenangkan Tuhan.

Tuhan Yesus memberkati