Ada dua macam pertobatan. Pertobatan dari kaum keddar & nebayot menjadi anak Allah digambarkan dengan perumpamaan tentang domba yang hilang. Sebagai orang Kristen pun dapat meninggalkan Bapa-nya. Pertobatan orang kristen yang tadinya jatuh dalam dosa ini digambarkan dengan perumpamaan tentang anak yang hilang.
"Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia. Maka bersungut-sungutlah orang-orang Farisi dan ahli-ahli taurat, katanya: "Ia menerima orang-orang berdosa dan makan bersama-sama dengan mereka." Lukas 15: 1-2
Ada 3 macam golongan manusia di dunia ini, yang pertama adalah golongan orang kafir yang tidak mau bertobat ; golongan kedua adalah orang kafir yang mau bertobat (dalam Lukas 15:1, orang-orang berdosa dan para pemungut cukai). Sedangkan golongan ketiga adalah mereka yang merasa dirinya telah menerima keselamatan atas dasar usaha dirinya sendiri. Orang-orang farisi dan ahli-ahli Taurat termasuk dalam golongan ini.
Pada jaman Yesus, pemungut cukai termasuk orang yang bermartabat paling rendah. Sebab mereka biasa memungut pajak kepada orang-orang yahudi yang besarnya tidak sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah (biasanya lebih tinggi dari yang ditetapkan), dengan kata lain terbiasa memeras rakyat. Selain itu, pemungut cukai juga menyetorkan hasil pajaknya ke pihak romawi. Namun pada kenyataannya, justru merekalah yang datang, menerima dan mendengarkan Yesus. Kita termasuk golongan yang kedua, orang yang tadinya kafir, tetapi sekarang telah datang kepada Yesus dan menerima Dia.
Orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat ialah mereka yang menyelidiki kitab suci, tetapi mereka tidak tahu bahwa keselamatan itu sudah digenapi di dalam Yesus Kristus. Sehingga mereka bersungut-sungut ketika melihat para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang kepada Yesus. Ironis, sebab di satu sisi mereka ini selalu menyelidiki keselamatan yang ada dalam kitab suci, tetapi di sisi lain mereka menolak Yesus. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang celaka, sebab menolak sang juruselamat. Sedangkan orang berdosa yang datang kepada Yesus dan yang mau mendengarkan Firman serta menerima Dia, merekalah yang memperoleh keselamatan itu.
"Lalu Ia mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya? Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira." Lukas 15:3-5
Dalam perumpamaan tentang domba yang hilang ini kita akan belajar tentang pertobatan seseorang dari kafir menjadi orang percaya. Tuhan Yesus mengumpamakan manusia yang memerlukan pertobatan dengan domba yang hilang. Pada mulanya kita berada di padang gurun/dunia yang gersang, bahkan banyak dari antara kita yang telah tertelan oleh dunia ini. Namun, Yesus sendiri yang datang ke dunia untuk mencari domba yang tersesat. Domba tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, tidak memiliki kemampuan untuk kembali ke arah yang benar. Itu sebabnya, ia sangat memerlukan gembala yang mau mencari dan menyelamatkannya. Hal inilah yang menjadikan alasan mengapa Yesus mau datang mencari orang berdosa, bahkan duduk bersama dengan mereka.
Tindakan Yesus sangat berbeda dengan tindakan orang farisi, yang justru menghindari orang berdosa dan hanya mengusahakan keselamatan bagi diri sendiri. Keselamatan itu hendak mereka raih atas dasar usaha mereka sendiri dengan melakukan hukum taurat. Padahal apa yang mereka lakukan tidak menghasilkan apa-apa di hadapan Tuhan. Prinsip keselamatan yang sangat penting adalah keselamatan kita terima dengan membuka hati dan menerima Yesus, bukan atas dasar usaha kita sendiri.
"Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya..." dapat disimpulkan domba yang hilang ini adalah domba yang masih kecil, yang dapat diletakkan di atas bahu gembala. Hal ini menggambarkan pertobatan dari orang kafir yang dilahirkan kembali secara rohani. Pertobatan ini merupakan awal kehidupan seseorang menerima keselamatan. Sebelum berjumpa Yesus, kita berjalan sendirian di padang gurun ini sehingga tersesat. Tetapi ketika menerima Yesus, mulai saat itulah kehidupan kita digendong-Nya.
"dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan. Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan." Lukas 15 : 6-7
Setelah gembala menemukan domba yang hilang itu, ia mengundang semua sahabat dan orang yang ada di rumahnya untuk bersama-sama bergembira dengan dia, sebab domba yang hilang telah ditemukan kembali. Hal ini menunjukkan bahwa pertobatan satu orang membuat seisi Sorga bergembira. Sukacita sang Gembala Agung atas kembalinya satu domba yang hilang ini, melebihi sukacita dari kesembilan puluh sembilan domba yang merasa tidak tersesat sama dengan gambaran orang-orang farisi dan ahli taurat. Itu sebabnya Yesus tidak bersuka cita ketika melihat orang-orang farisi yang memenuhi seluruh tuntutan hukum taurat. Sebab hukum taurat tidak dapat memberikan keselamatan bagi manusia; yang dapat dilakukan hukum taurat hanyalah menunjukkan dosa kepada manusia. Sedangkan keselamatan hanya dapat diterima dari mendengarkan Firman Tuhan dan setelah itu mengambil keputusan untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Selanjutnya Yesus memberikan perumpamaan lain tentang pertobatan, yakni mengenai dirham yang hilang. Sang pemilik yang kehilangan dirham itu mulai mencarinya dengan menyalakan pelita dan mencari keseluruh sudut rumahnya hingga dirham itu ditemukan kembali. Perumpamaan ini menunjukkan lebih tegas bahwa orang berdosa tidak memiliki daya untuk memperoleh keselamatan. Bila orang yang kehilangan dirham itu ingin menemukan kembali uangnya yang hilang, dia harus mencarinya. Tidak mungkin dirham itu yang mencari pemiliknya. Begitu juga dengan Tuhan Yesus, Ia yang mencari orang berdosa, sebab kita tidak berdaya.
"Yesus berkata lagi: "Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya." Lukas 15 : 11-16
Orang kristen yang telah bertobat dan menerima keselamatan dapat jatuh kembali dalam dosa. Perumpamaan tentang anak yang hilang merupakan kelanjutan dari perumpanaan tentang domba yang hilang dan dirham yang hilang, namun berbeda konteks. Perumpamaan pertama dan kedua merupakan pertobatan yang terjadi di dalam hidup orang kafir, sedangkan perumpamaan anak yang hilang merupakan pertobatan yang terjadi di dalam hidup orang yang telah menjadi anak Allah.
Dalam perumpamaan itu, anak bungsu meminta harta yang menjadi haknya, dan ayahnya membagi-bagikan hartanya itu kepada kedua anaknya. Mungkin ada yang berpendapat bahwa anak bungsu ini sangat kurang ajar, sebab sudah meminta harta warisan saat ayahnya masih hidup. Sebenarnya yang diminta si bungsu ini bukanlah harta warisan, melainkan harta yang menjadi haknya. Ini menggambarkan bahwa kita, anak-anak Tuhan, berhak mendapat bagian harta kekayaan yang ada di dalam sorga. Jika kita meminta bagian dari harta tersebut, itu bukanlah hal yang salah. Yang tidak boleh dilakukan adalah menjual harta tersebut untuk hidup berfoya-foya.
Sebagai manusia, kadang kala kita jatuh dan berbuat seperti anak bungsu dalam perumpamaan ini. "Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh" memiliki suatu pemahaman bahwa setelah anak bungsu itu menerima harta yang menjadi bagiannya, ia tidak langsung menjual hartanya." Hal tersebut memberikan indikasi bahwa orang yang telah menjadi anak Tuhan dan telah menerima harta dari Bapa di sorga, beberapa saat kemudian dapat "menjual harta dari Bapa" atau jatuh ke dalam dosa jika tidak menjaga iman kita. Akibatnya, kita mulai menjauh dari Tuhan (pergi ke negeri yang jauh), kemudian kita jatuh pada dosa lainnya yakni memboroskan harta dengan hidup berfoya-foya. Jadi jika seorang Kristen mengalami kejatuhan, jangan serta merta menyalahkan setan. Hawa nafsu dapat menjadi penyebab jatuhnya manusia dalam dosa. Apabila hawa nafsu itu dibiarkan menguasai hidupnya, akan menyebabkan kita memperhambakan diri kepada setan atau dosa.
Anak bungsu yang sudah melarat itu menjadi hamba dari seorang tuan yang ada di negeri yang jauh, gambaran setan. Pekerjaannya adalah menjaga babi (babi berbicara tentang sesuatu yang najis). Tetapi paling tidak, "pangkat" si anak bungsu ini masih lebih tinggi daripada babi. Namun kemudian, si bungsu ini ingin mengisi perutnya yang lapar dengan ampas yang menjadi makanan babi. Memakan makanan babi berarti "kedudukannya" sama dengan babi, gambaran orang Kristen yang kembali pada kehidupannya yang lama, yang kafir.
Dalam 2 Petrus 2:20-22 bahwa orang yang sudah bertobat dan menerima keselamatan, namun ia kembali lagi ke dalam dosa, maka keadaannya menjadi lebih buruk daripada saat ia masih kafir. Itu sebabnya sebagai orang yang telah menerima keselamatan, kita harus menjaga keselamatan tersebut agar keadaan kita tidak menjadi lebih buruk daripada keadaan kita semula.
"Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa." Lukas 15 : 17-19
Orang Kristen yang jatuh dosa dan mau kembali kepada Bapa perlu melakukan beberapa langkah.
1. Harus memiliki kesadaran bahwa dia telah berbuat dosa. Si bungsu mulai menyadari keadaannya yang sudah sangat melarat itu. Ia berpikir, masih lebih enak hamba-hamba yang ada di rumah ayahnya dibandingkan dirinya yang hampir mati kelaparan.
2. si bungsu harus ada kemauan untuk kembali pulang ke rumah ayahnya. Ketika kita jatuh dalam dosa, jangan pernah berkata: "Tuhan angkat saya dari dosa ini." Perkataan seperti ini keliru, sebab yang harus bertindak keluar dan meninggalkan dosa tersebut adalah diri kita sendiri. Dalam perumpamaan ini, tidak dituliskan sang ayah datang menjemputnya di kandang babi. Namun, setelah si bungsu menyadari keadaannya, ia mengambil keputusan untuk kembali kepada ayahnya. Dia juga memutuskan akan mengakui segala dosanya di hadapan ayahnya.
Setelah menyadari dosa, kita harus memutuskan untuk meninggalkan dosa tersebut, mengakuinya di hadapan Bapa dan tidak melakukan dosa lagi. Itu sebabnya sangat penting bagi setiap anak-anak Tuhan untuk selalu menjaga hidupnya agar tidak lagi berbuat dosa.
Pertobatan orang yang telah menjadi anak Allah dan kembali hidup dalam dosa ini lebih sulit dari pertobatan orang kafir, sebab orang kristen yang terhilang harus memiliki kesadaran dan memutuskan kembali kepada Allah. Bandingkan dengan seorang kafir yang dalam menerima keselamatan hanya tinggal diam menunggu Tuhan yang datang mencarinya (diumpamakan sebagai domba dan dirham yang hilang).
"Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa." Lukas 15 : 20-21
Tidak cukup hanya memutuskan kembali ke rumah ayahnya, harus ada tindakan konkret. Tindakan si bungsu selanjutnya adalah melaksanakan keputusannya: bangkit dan pergi kepada ayahnya.
Orang yang diumpamakan sebagai domba dan dirham yang hilang dicari oleh Tuhan, mengapa orang kristen yang diumpamakan sebagai anak yang hilang ini justru yang harus mencari ayahnya? Sebab si bungsu sudah tahu Firman. Orang kafir dicari oleh Tuhan karena mereka sama sekali belum pernah mendengar Firman. Tetapi setelah Firman disampaikan, keputusan untuk menerima atau menolak Dia diserahkan kepada masing-masing pribadi. Demikian pula dengan si bungsu in: jika ia tetap merasa nyaman hidup di kandang babi dan memutuskan tetap tinggal di situ, kondisinya akan tetap demikian; ayahnya tidak akan mencari dia.
Banyak orang berkata: "Tuhan kan maha kasih, tetapi mengapa Ia tidak datang mengangkat orang kristen yang sudah jatuh agar kembali ke jalan-Nya?" Dari pernyataan ini ada indikasi agak menyalahkan Tuhan yang tidak melakukan apa-apa kepada orang kristen tersebut agar keluar dari dosanya.
Dalam memandang kondisi seperti ini, kita tidak boleh melihat dari satu sisi saja. Allah maha kasih, di sisi lain Allah juga maha kudus dan maha adil. Allah tidak akan pernah mengingkari salah satu atribut-Nya untuk melaksanakan atribut-Nya yang lain. Contohnya, karena Ia adalah kasih, maka Allah mengingkari atribut-Nya yang lain sebagai Allah yang maha kudus, sehingga Ia mau masuk ke dalam ketidak-kudusan manusia. Hal seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh Allah. Orang kristen yang jatuh dalam dosa itu harus keluar dari dosanya, kemudian mencari Tuhan.
Saat melihat si bungsu dari kejauhan, ayahnya yang berada di rumah tergerak hatinya oleh belas kasihan. Yang menggerakkan belas kasihan sang ayah adalah kesungguhan hati si bungsu. Berarti jika kita sungguh-sungguh sadar tentang keadaan tidak enak karena jauh dari rumah Bapa dan bertindak untuk kembali kepada Bapa, kita akan menerima belas kasihan Bapa. Setelah anaknya itu masuk ke dalam rumah, barulah ayahnya itu berlari mendapatkannya lalu memeluk dan menciumnya.
"Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria." LUKAS 15 : 22-24
Yang membuktikan sang ayah tidak keluar rumah untuk menyambut anaknya yang hilang terdapat dalam ayat 22, "Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya..." Sebab tidak mungkin hamba-hamba itu semuanya ada di luar rumah atau di pinggir jalan, mereka pasti ada di lingkungan rumah tuannya. Sang ayah memerintahkan para hambanya untuk mengambilkan jubah terbaik, cincin dan sepatu, serta mengenakannya kepada si bungsu. Artinya, Tuhan akan menerima setiap orang kristen yang sadar dan mau meninggalkan dosanya itu dan mau datang kepada Bapa untuk memohon pengampunan. Oleh sebab itu jangan pernah menunda-nunda kesempatan yang ada untuk kembali kepada Bapa.
Bukan hanya itu saja, kita juga akan menerima pemulihan dari Allah. Yang dipulihkan bukanlah harta yang telah dihambur-hamburkan si bungsu. Banyak orang yang salah mengartikan ayat ini. Mereka berpikir bahwa ketika seorang Kristen kembali kepada Tuhan, Ia akan memulihkan hidupnya secara keseluruhan. Yang tadinya melarat karena dosa, hari itu bertobat hari itu pula kekayaan yang telah hilang itu akan dikembalikan. Padahal, yang terjadi tidaklah demikian. Tuhan akan memulihkan setahap demi setahap. Sekalipun Tuhan sudah mengampuni, masih ada akibat dosa yang harus kita tanggung.
Jubah terbaik yang dikenakan si bungsu berbicara tentang kebenaran. Statusnya dipulihkan sebagai orang benar di hadapan Allah. Selanjutnya di jari si bungsu dikenakan cincin (berbicara tentang kuasa sebagai anak). Ketika kita bertobat, Allah akan memulihkan posisi kita sebagai anak Allah. Kuasa ini yang memampukan kita menghadapi musuh, persoalan hidup dan lain-lain. Sepatu yang dikenakan si bungsu yang telah kembali ke rumah ayahnya itu berbicara tentang landasan yang kuat di dalam menjalani kehidupan ini, yaitu Firman Tuhan.
Banyak di antara kita yang masih menjadi orang kristen, bahkan datang beribadah di gereja, namun mungkin ada yang sudah mulai tersesat atau sudah mulai "tinggal di kandang babi". Jangan menunda kesempatan yang ada untuk meninggalkan dosa dan kembali kepada Bapa. Jangan memohon belas kasihan hamba Tuhan atau bahkan Allah sendiri untuk mengangkat kita dari dosa. Yang dapat mengeluarkan kita dari lumpur dosa adalah diri kita sendiri. Bapa hanya akan menyambut anak-Nya yang hilang itu yang mau kembali kepada Bapa. Tanpa mau kembali, maka ia akan tetap terhilang.
Ada kontroversi tentang status orang Kristen yang berbuat dosa. Apakah orang kristen yang berdosa masih bisa disebut sebagai anak Allah, sebab ada doktrin yang mengatakan "sekali selamat tetap selamat" Hyper Grace. Statusnya sebagai anak Tuhan tidak akan pernah hilang. Namun, statusnya berubah menjadi anak terhilang. Anak terhilang tidak tinggal di dalam rumah Bapa. Namun, ketika orang kristen yang berdosa itu kembali kepada Allah, maka Ia akan mengembalikan statusnya sebagai anak dan Ia juga memberikan hak kepadanya untuk tinggal di dalam rumah-Nya.
"Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia." LUKAS 15 : 25-28
Tipe anak sulung adalah tipe yang dimiliki oleh para ahli taurat, orang yang ingin menerima keselamatan, tetapi ketika melihat orang lain menerima keselamatan itu, ia marah. Sifat seperti ini tidak boleh melekat di dalam diri kita. Kendati tidak baik, sifat seperti ini pasti dimiliki sebagian orang yang ada di lingkungan kita. Orang yang mau kembali kepada Allah perlu menutup telinga dari orang-orang yang tipenya seperti para ahli taurat (anak sulung) yang menghambat pertobatan seseorang. Tatkala seseorang mencemooh pertobatan kita, jangan termakan cemoohan itu. Tetapkan langkah untuk terus di dalam pertobatan. Selain itu, cemoohan atau tekanan tersebut merupakan salah satu konsekuensi dari dosa yang harus kita tanggung. Sebagai orang yang sadar akan dosa dan mau kembali kepada Bapa, kita harus memiliki kerelaan untuk menanggung segala resiko.
"Sesungguhnya, waktu akan datang," demikianlah Firman TUHAN ALLAH, "AKU akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan Firman TUHAN. Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari Firman TUHAN, tetapi tidak mendapatnya." Amos 8 : 11-12
Sebelumnya telah dibahas bahwa sepatu yang dikenakan oleh si bungsu menggambarkan Firman merupakan landasan yang utama bagi seseorang untuk mengalami pertobatan. Tetapi ada waktunya Firman itu tidak akan ada lagi di bumi ini, sehingga lenyap pulalah kesempatan bertobat. Mungkin ketika mendengar pernyataan ini banyak yang beranggapan bahwa jika hal ini terjadi berarti kiamat segera datang. Maksud ayat ini dapat juga terjadi ketika manusia sudah habis masa hidupnya di muka bumi ini, maka kesempatan baginya untuk bertobat pun sudah habis. Itulah sebabnya pergunakanlah kesempatan yang ada untuk bertobat, selama kita masih hidup.
Cepatlah kembali kepada Bapa ketika kita menyadari dosa yang telah kita lakukan. Sebab jika waktunya tiba, kita tidak memiliki kesempatan lagi. Bila saat itu posisi kita sedang jauh dari Bapa, maka hidup kita akan selamanya berada dalam neraka. Tetapi jika sejak sekarang ini kita selalu berusaha untuk tetap ada di dalam rumah Bapa, kita akan dibenarkan di hadapan Allah, memiliki kuasa sebagai anak Allah dan perjalanan kita semakin teguh di dalam Firman Tuhan.
Tuhan Yesus memberkati!!!